Happy reading ....Papa Agam tidak bicara, dia masih diam sambil menatap dingin ke arah Andre dan bu Lisa bergantian. Rasanya jika ia adalah buto ijo ingin sekali melahap mereka hidup-hidup."Apa kepentingan kalian datang kesini?" tanya Papa Agam dengan sorot mata yang masih memancarakan aura dinginnya."Ka-kami ke sini ma-mau meminta ma-maaf O-om, karena--""Bicara yang jelas!" bentak Papa Agam, membuat Andre terlonjak kaget.Jantung Andre dan Bu Lisa hampir saja copot dari tempatnya. 'Astaga! Orang tua Aisyah galak amat? Sampe jantungan aku.' gerutu bu Lisa.Andre menarik napasnya terlebih dulu, kemudian dia mengutarakan niatnya untuk meminta maaf pada orang tua Aisyah. Berharap mereka mau menerimanya."Begini Om ... saya dan ibu kesini, karena kami mau minta maaf sama Om dan Tante, sebab saya selaku suami Aisyah--""Mantan suami!" potong Mama Rani dengan nada menekan. "Kalian baru bercerai dan sekarang status sudah mantan!" tegasnya."Elaah Bu ... baru beberapa jam, belum ada 1 bul
Happy reading ...Semua mata ke arah sumber suara, dan ternyata yang datang adalah Aisyah. Wanita itu pulang lebih awal karena dia mendapat kabar dari pelayan jika Andre dan juga ibunya datang."Apa yang dikatakan oleh kamu benar, Mas. Aku mana mungkin mau rujuk sama kamu lagi, setelah apa yang telah kamu dan ibumu lakukan kepadaku selama ini. Aku bukan wanita bodoh yang akan masuk ke dalam jurang yang sama. Apakah dengan ketidakhadiranku di pengadilan, masih belum membuat otak kalian terbuka?" Aisyah duduk di sofa dengan gaya yang elegan, namun tatapannya tajam ke arah Bu Lisa dan juga Andre."Ciiih! Jangan sombong kamu Aisyahm Mentang-mentang kamu anak orang kaya, kamu bisa berlaku seenaknya gitu?!""Oh ... ya tentu bisa dong, Bu. Semua bisa dibeli dengan uang. Di dunia ini tidak ada yang tidak suka dengan uang, termasuk Ibu kan? Kalau kalian ingin ke sini hanya membuat keributan saja, lebih baik, silahkan ... pintu terbuka dengan lebar." Aisyah menunjuk pintu utama yang masih terbu
Happy reading....Tepat jam 19.00 malam, tamu yang diundang oleh Mama Rani pun datang. Dan dia adalah keluarga Okta. Aisyah cepat cukup terkejut saat melihat ternyata yang datang adalah Oktam"Mah, jadi tamunya itu bang Okta sama Papahnya?" bisik Aisyah sambil menyenggol bahu mamahnya."Iya ... sekalian Mama mau ngucapin terima kasih, karena Okta kan sudah ngebantu kamu buat urus perceraian mu dengan Andre."Aisyah mengangguk, kemudian dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada saat Okta dan juga Papa Abraham duduk di hadapannya."Terima kasih ya ... sudah menerima undangan makan malam dari kami," ucap Papa Agam sambil tersenyum ke arah sahabatnya."Santai saja, kayak sama orang lain," jawab papa Abraham sambil terkekeh kecil. "Oh iya ... gimana? Kata Okta perceraian anak kamu dan juga suaminya berjalan lancar?" Kali ini papa Abraham menatap ke arah Aisyah."Iya ... alhamdulillah perceraian putriku lancar, walaupun tadi ada sedikit kendala sih ""Kendala? Apa itu?" tanya papa Abra
Happy reading ....."Ada apa Aisyah?" tanya Okta."Ini Bang, ada yang mengirimkan ku pesan, tapi isinya sebuah ancaman," jawab Aisyah sambil memberikan ponselnya ke arah Okta.Pria itu pun membacanya, dan di sana tertera sebuah ancaman untuk Aisyah, di mana isinya adalah ....KAMU DAN KELIARHAMU AKAN MENDAPATKAN BALASANNYA! AKU AKAN MEMBUAT KALIAN HANCUR."Kira-kira siapa ya, Bang?" tanya Aisyah dengan raut wajah yang ketakutan.Jujur dia merasa takut jika keluarganya dalam bahaya, dan Okta yang melihat ketakutan di wajah Aisyah pun menggenggam tangan wanita itu, membuat Aisyah sontak langsung menariknya."Maaf ... aku hanya tidak ingin kamu cemas. Kamu tidak usah khawatir ya! Aku akan mencari tahu siapa orang yang sudah meneror kamu, dan sebaiknya kamu blok saja nomornya," tutur Okta."Iya Bang, terima kasih ya ... tapi aku penasaran siapa yang sudah berani mengirimkan pesan ancaman seperti itu?"Okta diam, sepertinya dia tahu siapa dalang dari pemilik nomor asing tersebut. Tapi Okta
Happy reading ....."Kenapa Syah?" tanya Okta saat melihat Aisyah terlihat panik.Tanpa menjawab wanita itu pun menyerahkan ponselnya ke pada Okta, dan lagi-lagi dia membaca sebuah ancaman.JIKA KAU TIDAK MENTRASFER UANG YANG KU MINTA DAN KAU TIDAK MEMBALAS PESAN INI, MAKA JANGAN SALAHKAN AKU JIKA KELUARGAMU AKAN CELAKA. "Benar-benar keterlaluan!" geram Okta sambil mengepalkan tangannya.Aisyah sudah dilanda ketakutan, dia takut jika orang itu benar-benar akan mencelakai kedua orang tuanya "Bang, gimana ini? Aku tidak mungkin membiarkan orang tuaku celaka Bang, sebaiknya aku--""Tidak. Entah kenapa feeling ku mengatakan bahwa ini adalah ulah mantan suamimu.""Mas Andre? Tapi bagaimana bisa dia tahu nomorku?" kaget Aisyah bercampur bingung."Entahlah ... kamu tenang aja ya, aku tidak akan membiarkan dia mencelakai keluargamu. Sebentar aku telepon anak buahku dulu."Kemudian Okta pun keluar dari mobil, dia memerintahkan anak buahnya untuk mengintai setiap gerak-gerik Andre, karena Okt
Okta membalikan badannya saat dia mengetahui siapa wanita itu. Sementara saat wanita yang berada di hadapan Aisyah melihat Okta, dia pun langsung mengejar pria tersebut."Okta tunggu!" tahan wanita tersebut sambil memegang lengan Okta."Lepaskan tanganku!" pinta Okta dengan raut wajah yang dingin."Tidak. Aku tidak mau!" Wanita itu menarik tangan Okta sedikit kuat, hingga membuat es krim yang berada di tangan pria tersebut pun akhirnya jatuh."Lepaskan!" pinta Okta sambil melepaskan tangannya dengan kasar, kemudian dia pergi dari sana. Akan tetapi wanita itu lagi-lagi menahannya, namun kali ini bukan sebuah pegangan tetapi pelukan."Kenapa sih kamu selalu menghindariku? Kamu tahu ... aku begitu sangat merindukanmu, Okta. Ayolah ... jangan seperti ini! Selama ini aku mencarimu, tapi kamu selalu saja berpaling dariku. Aku tahu kok di hatiku masih ada kamu kan?" ucap wanita tersebut dengan pedenya.Okta tersenyum sinis, kemudian dia melepaskan tangan yang melingkar di perutnya. "Jika ing
"Anak buahku bilang jika Andre bukan tersangkanya, sebab pria itu tekun bekerja di kebun mertuanya, tapi ... jika bukan dia, lalu siapa?"Aisyah yang mendengar penuturan Okta pun seketika menjadi lesu. Dia pikir memang Andre pelakunya. "Tapi kalau bukan Mas Andre, siapa Bang? Aku merasa tidak mempunyai musuh?" bingung Aisyah.Okta juga terdiam, menerka-nerka siapa dalang dibalik peneror tersebut. Kemudian dia melirik ke arah Aisyah di mana wanita itu dilanda kecemasan."Sudah ... jangan terlalu dipikirkan! Aku akan menemukan orangnya, sebaiknya sekarang kita pulang yuk!" ajak Okta.Aisyah menggelengkan kepalanya, 😚"Tidak Bang. Antarkan aku ke kantor saja! Masih ada pekerjaan yang harus aku handle," pinta Aisyah.Okta pun melajukan mobilnya menuju kantor di mana Aisyah bekerja, dan selama perjalanan wanita itu hanya diam saja, pikirannya sedang kalut memikirkan siapa pelaku yang sudah meneror dia selama ini.Hingga tanpa terasa wanita itu pun tertidur, dan saat mobil sampai di depan k
Seorang pria berjas turun dari mobil tersebut. Namun Aisyah tidak bisa melihat jelas, dan saat pria itu mendekat barulah ia sadar jika pria itu adalah temannya."Astaga ... Erik! Kamu Erik kan?" kaget Aisyah sambil menatap ke arah pria tampan tersebut."Memangnya kamu pikir siapa? Ya jelas aku kembarannya Erick Thohir," jawab pria itu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kamu ngapain berada di bawah hujan seperti ini?""Aku mau pulang, tadi mau nyari taksi eh malah nggak ada, penuh semua," jawab Aisyah sambil memegang payungnya."Ya udah ... kalau gitu aku antar yuk!" ajak Erik.Aisyah terdiam. "Ah ... tidak usah. Aku biar masuk lagi aja ke dalam kantor ""akamu ini bandel ya dari dulu, kalau dibilangin susah. Sudahlah ayo! Lagi pulang hujannya semakin deras, kalau kamu tidak pulang nanti kedua orang tuamu cemas bagaimana?"Aisyah nampak berpikir, kemudian dia pun mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku ikut pulang dengan kamu." Mendengar itu Erik tentu saja sangat senang.Dia membukak