Dikarenakan author baru selesai operasi, mohon kakak-kakak pembaca maklum apabila update author lebih lambat ya. Mohon doanya agar pemulihan bisa lebih cepat agar bisa lanjut menulis dengan normal. Terima kasih
“Lency!” Teriakkan nyaring dari seseorang membuat Valency seketika menoleh. Di ambang pintu kamar, sosok Jennita muncul dengan balutan kemeja kasual serta jeans berwarna senada, wanita itu melambaikan tangan ke arah Valency dengan wajah berbinar. Jennita berlari kecil menghampiri Valency yang sedang duduk menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Kemudian, muncullah sosok Christian yang mengekor di belakangnya. Valency tersenyum menyambut kedatangannya sahabatnya itu. “Padahal, aku meneleponmu baru beberapa jam yang lalu, Jen, tapi kamu langsung datang.”Beberapa hari setelah pulang dari kediaman Spencer, Valency baru mengabari Jennita mengenai kehamilannya. Tentu saja, sebagai penggemar fanatik Jayden, Jennita langsung heboh begitu mendengar kabar baik tersebut. “Lency! Kenapa baru memberitahuku?!” sentak Jennita. Meski bibirnya tampak cemberut, tapi binar di wajahnya tak terelakkan. “Apa kamu tidak tahu betapa senangnya aku karena akan menjadi seorang bibi?!” “Jen ….” Valency
Hai semua,Pertama-tama, saya ingin berterima kasih atas doa dan dukungannya untuk kesembuhan saya. Puji syukur, jaitan setelah operasi sudah mengering dan saya sudah bisa mulai kembali beraktivitas seperti biasa.Kedua, saya ingin meminta maaf karena baru bisa mulai update sekarang. Kiranya setelah pulih ini, saya akan mengejar ketertinggalan dan berusaha melanjutkan cerita dengan update setiap harinya..Mohon maaf sekali karena update karya ini sempat tertunda lama. Terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya. Dukungan kalian sangat berarti bagi saya. Mari kita lanjutkan perjalanan ini bersama. Terima kasih banyak.Salam hangat,Author
Melihat keterkejutan di wajah Valency dan Jayden, Rosa pun mengulas senyum dan berkata, “Jangan terkejut. Bukankah di tengah situasi seperti sekarang sudah sepantasnya aku menghilang untuk sementara waktu?”Valency menggigit bibir. Dengan ragu-ragu dia bertanya, “Apa Nyonya Spencer memutuskan pergi karena … aku?”Dalam hati Valency merasa bersalah. Hubungan Jayden dengan ibunya baru beberapa waktu ini membaik, tapi sekarang Rosa malah mau pergi?Mungkinkah hal itu karena Rosa masih belum menerima Valency sepenuhnya sebagai menantu? Atau mungkin … ada sesuatu dari kehamilan Valency yang membuat Rosa merasa trauma dengan pengkhianatan sang suami?Rosa maju beberapa langkah m
Matahari mulai merangkak naik. Dari luar, cuaca tampak cerah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Akan tetapi, cerahnya cuaca siang itu berbanding terbalik dengan suasana di kediaman Spencer.Hawa sendu menyelimuti seisi rumah ini, terutama karena sejumlah masalah yang datang silih berganti, sampai kepergian Felix dan Rosa, membuat kediaman yang biasa ramai itu sepi.Di salah satu ruangan di rumah itu, Albert duduk di ruang kerjanya tampak sedang melamun sambil bertopang dagu.“Permisi, Tuan Albert ….” Kepala pelayan kediaman Spencer mengetuk pintu ruang kerja Albert yang tidak tertutup sempurna.Tidak ada sahutan dari dalam, kepala pelayan itu berpikir Albert tidak mendenga
Mendengar ucapan itu, wajah Albert kembali memiliki warna. Ada sinar harapan di matanya seiring dia menatap kertas di depan mata.Benar juga, Rosa hanya menyerahkan surat permohonan cerai itu kepadanya, tapi tidak menyerahkan benda tersebut langsung ke kantor catatan sipil. Itu berarti, Rosa masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki segalanya!Menyadari hal tersebut, Albert lantas berdiri, meraih jas yang tersampir di kursi serta lembaran kertas pemberian Jayden. Dia berlari menuju pintu keluar, tapi mendadak langkahnya terhenti.Jayden menautkan alis. Apa lagi yang ayahnya ragukan!?Dengan tidak sabar, Jayden angkat bicara seiring dirinya menghampiri sang ayah. “Apa lagi yang Ayah–”BRUK!Belum sempat Jayden menyelesaikan ucapannya, kehangatan menyelimuti dirinya.Albert memeluknya. “Terima kasih, Jayden.” Ucapan itu terdengar di telinga Jayden, membuat mata pria tersebut membesar. “Memiliki putra sepertimu … adalah berkah terbesar dalam hidupku.”Usai mengatakan itu, Albert pu
Valency terduduk di kursi kantornya sembari melihat layar ponsel. Sebuah foto berisikan Rosa dan Albert yang duduk bersebelahan di pesawat terpampang jelas di sana, membuat wanita itu menghela napas tak berdaya.“Bisa kulihat kamu dan suamimu telah berhasil mendorong Nyonya dan Tuan Besar Spencer untuk memperbaiki hubungan mereka,” celetuk Verena yang tanpa sengaja melihat layar ponsel Valency.Valency tersenyum dan menutup ponselnya. “Ini semua berkat Jayden, aku tidak melakukan apa pun.” Dia menghela napas. “Sebaliknya, aku hampir menghancurkan hubungan mereka.”Mendengar hal itu, Verena langsung menoleh ke arah Valency. “Hancur atau tidak hubungan mereka bukan tanggung jawabmu, Valency. Kamu hanya mengungkapkan kebenaran untuk melindungi suamimu, dan kuyakin mereka juga menyadari niatmu tidak buruk. Itulah kenapa Nyonya Besar Spencer bahkan meminta maaf padamu, bukan?” ujarnya, membuat Valency tersenyum tak berdaya.“Aku hanya berharap mereka akan mendapatkan akhir yang baik,” guma
"Ahh … kau nikmat sekali, ...." Baru saja Valency melangkah masuk ke dalam apartemen sang kekasih untuk merayakan hari jadi ketiganya, tapi dirinya malah dikejutkan dengan lenguhan dua orang yang bersahutan. "Jangan meninggalkan jejak di sana, Lency bisa curiga nanti ...." Valency menautkan alisnya. Itu … suara desahan seorang perempuan! Dengan tubuh kaku, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu berjalan perlahan, menghampiri sumber suara yang dia yakini berasal dari kamar sang kekasih. Di waktu yang bersamaan, sebuah suara pria terdengar berkata, “Kamu kira aku takut padanya?” Itu adalah suara kekasih Valency, Felix! Dengan jantung berdebar kencang, Valency mengintip celah pintu kamar yang tak tertutup rapat. Seketika, gadis itu pun terbelalak melihat pemandangan di dalam. Tampak sang kekasih dan sahabat dekatnya, Felix dan Cecilia, sedang berbaring mesra di atas tempat tidur dengan posisi intim! “Bukankah hari ini hari jadi tiga tahun hubungan kalian?” tanya Cecilia se
Jayden Spencer, seorang desainer perhiasan ternama yang dihormati semua orang! Di usia lima belas tahun, Jayden Spencer sudah berhasil menghasilkan desain perhiasan legendaris yang dikagumi semua orang. Saat dia dua puluh lima tahun, pria itu mendirikan Diamant Corp, perusahaan yang hanya dalam kurun waktu tiga tahun menjadi perusahaan perhiasan terbesar negara Eden. Sekarang, di usianya yang ketiga puluh sembilan, pria tersebut telah menjadi salah satu tokoh terpenting dalam dunia perhiasan! Mata Valency membulat sempurna. Bagaimana bisa satu email sederhananya malah membuatnya dipertemukan langsung dengan orang penting seperti Jayden? “Langsung ke intinya,” ucap Jayden memecah lamunan Valency. “Desain yang dirimu kirimkan, itu adalah desain yang telah diikutkan dalam lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara.” Valency menelan ludah. Lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara adalah lomba yang diikuti oleh Felix dan Cecilia. Kebetulan Valency tahu Diamant Corp adalah salah satu p