Valency terduduk di kursi kantornya sembari melihat layar ponsel. Sebuah foto berisikan Rosa dan Albert yang duduk bersebelahan di pesawat terpampang jelas di sana, membuat wanita itu menghela napas tak berdaya.“Bisa kulihat kamu dan suamimu telah berhasil mendorong Nyonya dan Tuan Besar Spencer untuk memperbaiki hubungan mereka,” celetuk Verena yang tanpa sengaja melihat layar ponsel Valency.Valency tersenyum dan menutup ponselnya. “Ini semua berkat Jayden, aku tidak melakukan apa pun.” Dia menghela napas. “Sebaliknya, aku hampir menghancurkan hubungan mereka.”Mendengar hal itu, Verena langsung menoleh ke arah Valency. “Hancur atau tidak hubungan mereka bukan tanggung jawabmu, Valency. Kamu hanya mengungkapkan kebenaran untuk melindungi suamimu, dan kuyakin mereka juga menyadari niatmu tidak buruk. Itulah kenapa Nyonya Besar Spencer bahkan meminta maaf padamu, bukan?” ujarnya, membuat Valency tersenyum tak berdaya.“Aku hanya berharap mereka akan mendapatkan akhir yang baik,” guma
Valency menggigit bibirnya. Bibinya ini sama keras kepalanya dengan sang ibu, apa ini memang sifat dasar para wanita keluarga Jones?Dalam hati, Valency berpikir, menjual aset sang ibu sama saja dengan tidak menghormati peninggalannya. Perjuangan dan hasil keras Victoria terkandung dalam setiap lembaran saham yang diberikan oleh sang bibi. Demikian … Valency tidak punya pilihan.Dengan helaan napas, Valency pun berkata sembari tersenyum tak berdaya, “Sepertinya, aku tidak punya pilihan.”Viona berdiri dari kursinya dan menghampiri Valency. Dia menepuk pundak keponakannya itu berkata, “Keputusan bijak, keponakanku. Mulai hari ini, kita akan bekerja sama dengan lebih baik, bukan begitu?”
Memasuki waktu makan siang, Jayden sengaja mendatangi Valency ke kantornya agar mereka bisa makan siang bersama.Baru saja dia memarkir kendaraannya dan berjalan menuju pintu lobi utama, Jayden malah menangkap keberadaan Eric Grey yang sedang berdiri dengan satu tangan di saku celana. Mata pria itu terlihat sibuk memeriksa lift sambil sesekali melirik arloji di lengan kiri.Alis Jayden bertaut dengan wajah curiga. Eric seperti sedang menunggu seseorang.‘Apa dia masih mengganggu Valency?’ batin Jayden dengan ekspresi menggelap, merasa risih setelah semua yang lawan bisnisnya itu rencanakan dahulu terhadap sang istri.Awalnya, Jayden hendak menghampiri Eric dan mempertanyakan niatnya, tetapi d
Catatan author:Halo para pembaca setia,Setelah ini, penulis akan masuk ke Season 2 dari karya "Istri Sang CEO". Di season ini, kita akan lebih berfokus pada karakter baru, yaitu Verena dan Eric. Bagaimana dengan Jayden dan Valency? Tentu saja mereka masih akan ada, tetapi mereka akan menjadi selingan dalam kisah Verena dan Eric yang akan perlahan mulai lebih kompleks.Saya juga ingin meminta maaf karena update dari author agak lama. Hal ini disebabkan oleh kondisi kesehatan yang belum sepenuhnya pulih, serta adanya revisi yang diminta oleh editor. Semoga setelah ini, proses update bisa berjalan lancar yaa.Terima kasih atas pengertian dan dukungan kalian.Salam hangat, Author_______________________“Ugh ….” Lenguhan kabur dari mulut Verena ketika dia merasakan tubuhnya terhempas ke atas tempat yang empuk.‘Di mana …?’ batinnya, mencoba melihat menembus pandangannya yang buyar. Tangan Verena terulur meraba sprei, membuatnya yakin dirinya sedang berada di atas tempat tidur di ruangan
Eric tampak lemas, wajahnya memerah dengan bau alkohol menyengat yang berasal dari mulutnya. Keadaan Eric yang nyaris kehilangan kesadaran, permintaan tolong, serta sosok seorang wanita berpakaian minim yang tadi mengejarnya. Hal itu membuat Verena sadar kalau Eric sepertinya diobati dan ingin dijebak oleh sang wanita.Dengan wajah yang kini berubah kesal, Verena menengok ke arah wanita yang terjatuh tadi, hendak meminta pertanggungjawaban si wanita. Akan tetapi, ternyata wanita itu sudah terlanjur kabur!Bertepatan dengan itu, di ujung lorong pintu lift terbuka. Orang-orang keluar dari lift dan lorong menjadi ramai.“Bukankah itu Eric Gray, yang kemarin sempat ramai dibicarakan karena terlibat dalam konflik keluarga Spencer?” bisik salah seoran
“Ini malapetaka,” gumam Verena sewaktu dirinya berada di dalam taksi.Berada di perjalanan pulang, Verena menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menutup matanya dengan lengan. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang telah terjadi di antara dirinya dengan Eric.Verena memang sering digoda teman-temannya sebagai perawan tua lantaran tak pernah menjalin hubungan lebih dalam dengan lawan jenis, dan jujur … dia bahkan sempat berpikir akan melepasnya dengan kekasih pertamanya. Namun, tidur dengan pria yang dirinya paling waspadai jelas tidak ada di dalam agendanya minggu itu … atau bahkan seumur hidup!Mengingat sosok Eric yang berada dalam pengaruh kuat obat, Verena hanya bisa membatin dalam hati, ‘Semoga dia tidak ingat apa yang terj
Verena Jones-Hayden, itu adalah nama panjang Verena yang sebenarnya. Namun, karena statusnya sebagai anak di luar nikah Viona, yang merupakan hal memalukan untuk keluarga Jones, Verena tidak diperbolehkan menyandang nama keluarga tersebut.Alhasil, Verena pun menggunakan nama Hayden selaku nama belakangnya. Nama belakang dari pria yang seharusnya juga bertanggung jawab dalam menghadirkan dirinya ke dunia ini ….“Kenapa kamu baru pulang?” tanya Viona, membuyarkan lamunan Verena.Pertanyaan Viona membuat Gracia diam-diam tersenyum mengejek ke arah Verena. Dia tahu kalau Verena salah menjawab, Viona pasti akan marah besar dan menegur kakak tirinya itu.Verena menatap Viona yang memandangnya dengan wajah dingin. “Urusan dengan klien.”Viona pun langsung memusatkan atensi kepada putri sulungnya itu. Dari ujung kepala hingga kaki, penampilan Verena jauh dari kata rapi. Alhasil, Viona mengernyit.“Urusan dengan klien macam apa yang–” “Aku lelah,” potong Verena, membuat bukan hanya Viona, ta
Gawat.Ini kacau.Eric Gray sadar jelas bahwa dirinya sudah sangat mengacau kali ini.Terbangun dalam keadaan tanpa busana di dalam sebuah ruang hotel yang bahkan tidak dia sadari telah dia pesan, Eric yakin bahwa kali ini ada masalah besar yang akan menghebohkan hidupnya.Dengan ekspresi panik, Eric menutup mata dan memegang kepalanya. Dia mencoba menggali ingatan mengenai apa yang sebenarnya terjadi semalam.Saat menelusuri pecahan ingatan samar, Eric teringat bahwa tadi malam dia pergi ke ruang VIP restoran hotel guna melakukan pertemuan bisnisnya dengan Tuan Hudson, salah satu partner perusahaan LuxGray yang ingin membahas perihal kerja sama mereka.“Tuan Gray, perkenalkan ini adalah putriku, Jessica Hudson,” ucap seorang pria paruh baya dengan perut buncit yang begitu menarik perhatian. Wajahnya yang bulat menampakkan ekspresi bangga dengan senyuman penuh makna kala dia mendorong sang putri untuk menghadap Eric.Eric yang terduduk di kursinya menampakkan wajah dingin, seperti tid