Bang Jayden elah :")
Valency yang baru saja keluar dari kamar mandi mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, mencari keberadaan suaminya. Namun, dia tak menemukan Jayden di sana. Hal itu membuat Valency mengernyit. “Apa dia masih di ruang kerjanya?” tanya Valency pada dirinya sendiri. Mengingat hari ini Jayden pulang lebih awal, pasti suaminya itu meninggalkan banyak pekerjaan hanya untuk dirinya. Valency merasa bersalah.Jujur saja, Valency merasa selama beberapa waktu ini, dia sudah terlalu banyak menyusahkan Jayden alih-alih membantunya.Memikirkan hal tersebut, Valency berpikir dia harus melakukan sesuatu untuk Jayden, bahkan bila itu adalah hal kecil. Dengan sebuah ide di kepala, dia pun langsung bergegas menuju dapur. Sesampainya di sana, Valency melihat May yang sedang sibuk menyiapkan bahan untuk makan malam hari ini. “May,” panggilnya, membuat May menoleh.“Nyonya?” ucap May cepat. “Apa perlu sesuatu? Kalau Nyonya ingin makan sesuatu, bisa langsung beri tahukan padaku atau pelayan lainny
Valency tersentak halus merasakan ada tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Kepalanya menoleh sedikit ke belakang dan mendapati wajah tampan Jayden. “J-jay ... “ Wajah Valency bersemu memerah dan memanas, menyadari tatapan May dan pelayan lainnya kini menatap mereka. Namun, Jayden seolah tak peduli dengan hal itu. Dia malah semakin mempertunjukkan kemesraannya dengan Valency. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Valency gugup sekaligus malu. Jayden meletakkan dagunya di pundak Valency, membuat beberapa pelayan menahan diri untuk tidak memekik melihat kemesraan Tuan dan Nyonya mereka yang sangat jarang. “Ini rumahku, kenapa aku tidak boleh berada di sini?” Jayden balik membalas, menjahili Valency. “Tidak! B-bukan begitu maksudku ... “ Valency menjadi semakin malu dan salah tingkah, membuatnya menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang benar-benar memerah. Kedua sudut bibir Jayden tertarik untuk membentuk senyum kecil saat menyadari istrinya sedang malu. D
“Kamu mendengarnya?!” Kedua mata Valency membulat sempurna. Jayden terlihat santai, berbanding terbalik dengan ekspresi Valency yang menjadi panik sendiri. Hal itu membuat Jayden terkekeh geli, padahal dia tak akan melakukan apa-apa pada Valency. ‘B-bagaimana bisa dia mendengar percakapanku dengan May?’ tanya Valency lagi dalam hati. ‘Bukankah dia ada di ruang kerjanya?’ Dia tak habis pikir bagaimana Jayden bisa mendengarnya, padahal jarak antara dapur dan ruang kerja Jayden sangat jauh. Jayden yang seakan bisa membaca pikiran Valency mengedikan bahunya santai. “Suara kalian begitu besar, tentu saja aku yang berada di ruang tamu bisa mendengarnya.” Ucapan Jayden membuat Valency melongo dan mematung seketika. Jadi Jayden berada di ruang tamu?! Astaga! Jadi pria itu mendengar semua percakapannya!? Dari awal sampai akhir!? ‘Ya ampun, Valency Lambert. Bisa-bisanya kamu seceroboh itu!?’ Tidak menyangka pria itu ada di ruang tamu, Valency merutuki dirinya sendiri. Seharusnya, dia
“Tuan, ada surat untuk Nyonya.” May datang memasuki ruang kerja Jayden, menyodorkan sebuah amplop cokelat dengan logo pengadilan di atasnya. “Panggilkan Valency, katakan aku ingin bicara dengannya,” titah Jayden. May mengangguk, bergegas melenggang keluar dari ruang kerja Jayden tanpa banyak bertanya. Mendapati amplop dari pengadilan bertuliskan nama nyonya barunya saja sudah berhasil mengejutkan May pagi ini. Namun, melihat reaksi tuannya yang biasa-biasa saja malah terlihat santai juga membuat May mengerti jika majikannya itu sudah memiliki rencana. Artinya, tidak akan ada masalah yang terjadi. Baru saja May hendak memanggil Valency di kamar, Valency sudah lebih dulu keluar dari kamarnya. Tubuhnya tersentak halus melihat May yang berada di depan pintu. “Ada apa, May?” tanya Valency bingung. “Aku tidak memanggilmu, apa ada sesuatu?” “Selamat pagi Nyonya. Tuan Jayden meminta Nyonya untuk datang ke ruang kerjanya,” ucap May sembari tersenyum. Kerutan di kening Valency bertam
Valency menatap cemas keadaan di luar mobil, dirinya terlihat sama sekali belum ada niat untuk turun padahal mobil yang membawanya telah berhenti. “Kita sudah sampai dari sepuluh menit yang lalu, mau berapa lama lagi kamu menatap keadaan di luar?” tanya Jayden sembari bersandar santai di balik kemudi. Sontak Valency melempar tatapan kesal pada suaminya dan berkata, “Ini semua salahmu, Jay!” Dia melanjutkan, “Sudah kubilang untuk tidak mengantarku, tapi kamu tetap keras kepala!” Ekspresi gadis itu sangat kesal. Bagaimana tak kesal, Valency awalnya hanya ingin makan siang bersama Jennita. Namun, Jayden malah memaksa untuk mengantarnya langsung dengan mobil pribadinya. Bahkan, tidak ada sopir yang mengikuti, hanya Jayden sendiri! Oleh karena itu, sekarang Valency takut jika ada paparazi yang menangkapnya keluar dari mobil Jayden. Bisa-bisa akan ada masalah lain yang tercetus! “Bagaimana kalau nanti ada yang melihat kita? Kamu sendiri belum ingin pernikahan ini terbongkar, ‘kan?!”
Valency terbelalak, lalu meremas ujung kemeja yang dia kenakan demi menekan rasa gugup dan panik karena pertanyaan Christian. Bagaimana pria itu bisa melihatnya? Bukankah Jayden sendiri berkata kaca film mobilnya sangat gelap sehingga aman dari pandangan luar? Tidak, lebih penting dari itu, bagaimana mungkin Christian tahu mobil seorang Jayden Spencer?! Melihat Valency terdiam, Jennita pun bertanya dengan bingung, “Kamu benar-benar datang bersama Jayden Spencer?” Bola mata Valency bergerak risau. “Itu ….” Haruskah Valency berbohong? Akan tetapi, bagaimana bisa berbohong kalau Christian tampaknya begitu yakin dengan apa yang dia lihat? Valency menatap Jennita yang terus menatapnya lurus. Kalau Jennita tahu dia berbohong, temannya itu pasti akan sangat tersinggung dan marah besar. Akan tetapi, di sisi lain, Valency tidak bisa semudah itu mengaku dan membongkar hubungannya dengan Jayden, bukan? Tunggu … memangnya kalau mengaku berarti Valency harus membongkar hubungannya? Va
Jennita dan Christian menatap Valency dengan wajah tidak percaya. Valency dan Jayden adalah suami-istri? Berita gila macam apa ini!? “Kamu serius?! Tunggu, bagaimana? Kok bisa!? Kamu bercanda!” seru Jennita, Christian sendiri tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang sekitar. Toh dirinya sudah mengenakan masker dan topi. Yang jelas, informasi saat ini terlalu mengejutkan untuknya! Seorang Jayden Spencer memiliki istri? Tidak hanya itu, istrinya bukan dari kalangan atas maupun orang ternama!? Bagaimana bisa!? Valency terdiam sesaat, memandang dua orang di depannya. Kemudian, detik berikutnya dia tertawa keras. “Ha ha h
“Tutup mulut kotormu itu!” Jennita terlihat sangat marah, dia mengacungkan telunjuknya di hadapan Felix dengan mata memerah, membuat Felix yang melihatnya jadi terkekeh geli. Felix berdiri santai dan bersandar di ujung meja, memasukkan satu tangannya di saku celana. “Apa yang salah dari ucapanku?” Pria itu melirik Valency dengan seringai mengejek. “Bukankah itu adalah pekerjaanmu, Lency? Setelah menaiki ranjang Jayden Spencer dan menemani malamnya, sekarang kamu berpindah ke ranjang Christian Black,” ucap Felix merendahkan. “Bajingan!” sentak Valency dengan nada tinggi, tak terima dengan kalimat yang dilayangkan Felix untuknya. Namun pria itu ma