Setelah akhirnya mengobrol cukup lama, Baskoro melirik ke arah di mana tempat Anggita masuk dirinya takut jika sang adik akan menguping pembicaraan ini maka dirinya harus memastikan terlebih dahulu. Ia langsung saja teringat tentang temannya itu yang minta dicarikan jodoh karena belum juga menemukan tambatan hati."Raka menurutmu bagaimana Anggita?" tanya Baskoro tiba-tiba.Lelaki yang tengah menikmati kopi itu pun langsung kembali menurunkan gelasnya. "Bagaimana apanya?" tanya Caraka kembali. Dirinya memang belum mengetahui maksud dan tujuan dari ucapan Baskoro. Menurutnya tidak ada yang salah dari adiknya itu."Ya menurutku dia bagaimana, cantik?" tanya Baskoro kembali. Dirinya mau memulai obrolan dengan Caraka mengenai sang adik dan niatnya."Tentu saja Anggita cantik kan dia adikmu," ujar Caraka. Menurutnya kali ini pertanyaan Baskoro benar-benar tidak masuk akal tentu saja anggota keluarga itu sudah pasti cantik karena dia perempuan apalagi dia adik Baskoro tentu saja kecantikann
Baskoro tersenyum mendengar Raka setuju dengan perjodohan itu. Ia yakin untuk membujuk Anggita tak sesulit yang ia pikirkan. Adiknya kali ini pasti tak akan menolak. Caraka pamit pulang karena sudah terlalu malam. Ada Sasy yang menunggunya di rumah, memang sejak la ia meminta di Carikan jodoh. Namun, beberapa yang di kenalkan padanya tak membuat ia respect. Akan tetapi, saat Anggita di sodorkan menjadi kandidat, ia pun langsung setuju padahal ia mengira wanita itu adalah susternya Bunga. "Kenapa aku bisa setuju, tapi saat pertama kali melihat dia--ah entah." Caraka kembali fokus mengemudi, usianya sudah kepala Empat walau begitu tak membuat wajahnya pun menua. Mungkin hanya pikirannya yang kolot, juga pandangannya yang sedikit kabur.***Anggita menggerutu kesal, kenapa pria itu datang lalu sang kakak mengenalkannya, hal tersebut membuat dirinya harus berdiri cukup lama di depan pintu berharap jika akan ada hal yang terdengar. Namun, menurutnya semuanya berakhir dengan sia-sia kare
Setelah mengatakan hal itu, Bunga mengambil tas dan langsung melangkah ke mobil. Gegas Anggita pun mengambil tas mengikuti keponakannya. Ada yang tak benar terjadi dengan anak seusia Bunga. "Bunga," ujar Anggita.Bunga tengah menangis di mobil, Anggita merasa iba melihat anak kecil itu menangis. Ia mencoba menenangkan Bunga yang mungkin sedang sangat terluka dan tertekan. "Mereka selalu saja bertengkar. Enggak pagi, siang dan malam. Jarang bertemu, tapi saat bertemu bertengkar terus. Aku pusing Tante dengarnya." Anggita memeluk Bunga, pikirnya tak baik dengan kondisi psikologisnya jika terus menerus tertekan seperti ini. Ia harus bicara pada sang kakak masalah Bungan sepertinya. "Tante antar, mau?" tanya Anggita."Iya, boleh."***Anita terkesiap saat melihat status Wa-nya. Anggita berpose di sebuah kamar mewah dan menulis caption yang membuat ia melongok. Melihat senyuman di wajah mantan ipar yang itu benar-benar membuat dirinya kesal bisa-bisanya masih pagi seperti ini Anggita s
Pak Alam pengacara yang ditunjuk oleh Baskoro untuk menangani proses perceraian sang adik, pagi ini mendatangi kantor Beni. Pengacara kondang karena sudah berhasil menangani kasus-kasus ternama bahkan menjadi incaran para pembisnis lalu mempercayakan kasusnya kepada lelaki itu, dengan langkah percaya diri mulai memasuki kantor."Di mana ruangannya Pak Beni?" tanya Pak Alam kepada resepsionisnya. setelah diberitahu dan diarahkan, lelaki itu segera melangkah ke tempat yang dirinya tujukarena ia mendapatkan perintah untuk tidak berlama-lama dengan kasus perceraian dari sang kliennya.Di tangan lelaki itu sudah membawa map yang berisi berkas-berkas perceraian karena beberapa hari lalu dirinya diminta oleh Baskoro untuk mengajukan cerai kepada pengadilan agama. Setelah berkas-berkasnya keluar dirinya diminta untuk langsung mendatangi Beni.Lelaki itu segera mengetuk pintu ruangan dari Beni, setelah terdengar laki itu mempersilahkan yang masuk ia segera masuk ke ruangan tersebut.Beni terke
"Kamu jangan terlalu senang dulu saat kak Baskoro mengurus perceraiannya dengan Beni begitu cepat, memang tidak curiga jika dia memiliki rencana lain," ungkap Andre yang langsung saja membuat senyuman di bibir Anggita sirna seketika. "Atau mungkin saja ka Baskoro sedang ada persiapan untuk adiknya yang tercinta ini," ujar Andre kembali.Anggita terdiam dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya tersebut memang benar-benar sangat menakutkan. Dia menatap Andre dengan sangat serius dan lama, lalu tertawa tak mungkin kakaknya akan melakukan hal itu lagi pula rencana apa yang sedang disusun lagian tak mungkin ada seorang kakak yang mau menjebloskan adiknya sendiri dalam jurang kesulitan begitu juga dengan kakaknya tidak mungkin akan melakukan itu.Anggita tak mau mengambil pusing, dirinya kembali fokus lagi kepada laptopnya ia menanyakan beberapa hal kepada kakaknya itu tak mau memikirkan apa yang diucapkan oleh Andre barusan karena menurutnya Baskoro tidak akan menjerumuskannya ke dalam hal-
Anggita merasa iba, dirinya sangat tahu bagaimana rasanya tidak diperhatikan apalagi menurutnya usia Sasy masih sangat kecil, ia masih memerlukan sosok seorang ibu yang bisa mengurusnya menemaninya bermain, maka dari itu dirinya sangat membenci perpisahan untuk saja saat dirinya dan Beni berpisah ia belum memiliki anak jadi tidak ada korban di rumah tangganya itu.Sasy tiba-tiba melangkah ke arah Anggita, anak itu tahu jika Anggita tengah memperhatikannya maka dari itu dirinya pun langsung menghampirinya saja. "Tante Anggita, aku minta maaf ya karena sudah mengira jika Tante itu adalah susternya Bunga. Aku benar tidak tahu," ungkap Sasy. Wajah anak itu begitu polos bahkan terlihat jika dirinya sangat menyesal karena sudah salah paham kepada Anggita dan mengira jika wanita itu adalah suster dari temannya.Anggita tersenyum, aura keibuannya sangat terlihat saat wanita itu mengelus puncak kepala dari Sasy. "Tidak apa-apa kan Sasy juga tidak tahu jika tante Anggita itu tantenya Bunga buk
Baskoro menaikkan alis mendengar pertanyaan Anggita. Sebenarnya memang ada maksud tertentu, tetapi nanti saja di bicarakan. Dirinya hanya ingin mencari momen yang tepat saja karena menurutnya lebih baik jika adiknya belum mengetahui perihal rencana perjodohannya dengan Caraka. Apalagi sekarang dirinya melihat jika adiknya itu masih belum memikirkan pilihan masa depannya lagi."Aku membantumu karena kewajibanku bukan membantu adik yang keluar dari keluarga toxic itu," ungkap Baskoro. Ya, memang dirinya juga ingin menyelamatkan adiknya agar tidak berlalu terlalu larut berada di dalam keluarga yang toxic seperti itu. Walaupun memang dirinya memiliki niat lain, tetapi dirinya melakukan itu demi kebaikan sang adik juga bukan untuk dirinya sendiri. Baskoro hanya ingin melihat jika adiknya itu bahagia dan tidak berlalut larut dalam masa lalunya apalagi menurutnya Beni bukanlah seorang lelaki yang pantas untuk dimiliki.Anggita tak yakin, tetapi ia mencoba positif thinking saja. "Oh, begitu,"
Caraka terdiam mendengar sang anak bertanya. Dia saja belum mencoba pendekatan pada Anggita, apalagi dirinya mengetahui jika perceraian Anggita saja baru dimulai menurutnya masih sangat panjang waktu bagi dirinya untuk mengabulkan permintaan anaknya tersebut. Apalagi anaknya itu tidak bisa yang namanya menerima janji karena pasti akan selalu ditagih terus-terusan oleh Sasy.Caraka menggendong anaknya itu menuju kamar karena sudah larut malam dia ingin anaknya untuk segera beristirahat agar tidak bangun kesiangan. "Papa tidak janji jika tante Anggita akan menjadi mamanya Sasy, tetapi Papa berjanji akan membuat tante Anggita sayang kepada Sasy, karena rasa sayang itu sangat penting jika tante Anggita tidak memiliki rasa sayang kepada Sasy, dia juga tidak bisa menjadi mama yang baik maka dari itu rasa sayang itu sangat penting," ungkapan Caraka. Lelaki itu berusaha untuk memberikan penjelasan yang mudah dimengerti untuk anaknya karena menurutnya seorang anak kecil tidak akan memahami per