Anita menghentikan langkah, ia kesal dengan Gani yang asal mengucapkan talak. Padahal ia tak salah jika dirinya membutuhkan sebuah privasi bukankah rumah tangga itu urusan mereka berdua dan rumah itu adalah miliknya juga lantas apa salah jika dirinya menginginkan ibunya itu sopan jika masuk ke kamarnya. Anita membalikan badan dan menatap ke arah Gani dengan tajam, dirinya tidak ingin bertengkar lagi karena dirinya sudah sangat muak ia memilih untuk duduk dan diam saja.Dalam hati Anita benar-benar begitu kecewa dengan suaminya mengapa sangat memihak ibunya padahal di sini juga ia adalah istrinya wajar jika dirinya menuntut hal tersebut ia hanya menegur ibunya saja agar bertindak sopan di rumahnya walaupun Gani anaknya, tetapi sekarang lelaki itu sudah memiliki istri.Gani pun sama menghela nafas begitu panjang tanda dirinya sudah melihat kehadiran Beni yang baru saja datang ke rumah sakit tengah mengobrol dengan sang adik Rani.Beni baru saja tiba di rumah sakit setelah selesai denga
Hari ini Anggita libur bekerja, dirinya bingung akan melakukan apa di rumah dan dirinya juga begitu kesal karena terus saja menerima pesan dari Beni. Lelaki itu terus saja mengirimnya pesan walaupun ia sudah berulang kali tidak membalas pesan-pesan yang dikirimkannya benar-benar menurutnya Beni itu seperti takmemiliki pekerjaan selain mengganggunya."Halo kak, di mana aku sangat bosan nih di rumah kita jalan-jalan yuk?" Anggita mencoba untuk menghubungi Evan ia ingin mencari suasana baru untuk mengisi waktu luangnya itu, karena dirinya di rumah benar-benar merasakan begitu bosan.Wajah Anggita kembali ditekuk kembali saat mendengar jawaban dari kakaknya Evan ternyata lelaki itu sedang syuting di lokasi yang sangat jauh tidak mungkin bisa menemaninya untuk berjalan-jalan. Anggita sampai lupa jika ternyata kakaknya itu adalah seorang artis besar tentu saja memiliki jadwal yang begitu padat."Yah, hari libur saja masih bekerja menyebalkan sekali."Wanita itu langsung saja menutup sambung
Wanita itu menatap ke arah Caraka mengapa dirinya seperti seorang kekasih yang ketahuan menyimpan nomor mantannya saja apalagi tatapan Caraka begitu menyelidik dan penuh curiga."Bukan aku masih menyimpan nomornya saja, aku sudah menghapusnya tetapi tidak diblokir lagi pula kemarin-kemarin aku sedang banyak urusan jadi mana sempat aku memikirkan hal itu," ungkap Anggita lagi. Lagi pula dirinya memang sudah tidak berminat lagi untuk menyimpan nomor dari Beni ia sudah menghapusnya karena tidak ingin lelaki itu melihat tentang status-status yang selama ini dirinya buat.Anggita menatap ke arah Caraka setelah menjawab rasa penasaran dari lelaki itu."Memangnya kenapa bertanya hal seperti itu, masalah buat kamu?" tanya Anggita. Caraka terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh adik dari temannya itu, jujur dirinya sangat bingung akan menjawab seperti apa. Lalu apa yang membuat dirinya seperti itu, melihat Beni di kantor saja sudah membuatnya muak apalagi kinerja dari lelaki itu yan
Sesuai permintaan Raka, sepulang dari kantor Anggita pun dijemput Caraka untuk menjemput Sasy juga sekalian menjemput Bunga."Bagaimana sudah siap?" tanya Caraka.Anggita mengangguk seperti biasa jika mereka berdua ingin bertemu pasti lelaki itu memilih untuk menunggu di mobil karena tidak ingin membuat dirinya tidak nyaman karena gosip-gosip di luaran sana maka dari itu hal terbaik adalah mereka bertemu di mobil yang jelas tidak akan diketahui oleh siapapun juga meminimalisir terjadinya gosip yang tidak diinginkan oleh mereka berdua.Wanita itu menatap ke arah Caraka yang terlihat begitu sangat berkarisma dan, kacamata hitam dan jas yang melekat di tubuhnya begitu pas terlihat begitu gagah dan sangat berwibawa, lelaki itu masih terlihat begitu cool dan juga sangat dewasa walaupun usianya sudah tak lagi muda, tetapi Anggita yakin jika para wanita di luaran sana masih akan tergoda dengan ketampanan dari duda satu anak itu terlebih lagi ia adalah seorang pemilik perusahaan terbesar.Sem
Kedua anak itu terus saja mengobrol membuat Anggita tidak bisa berkutik lagi karena menurutnya obrolan mereka berdua itu benar-benar bukan berada di ranahnya sama sekali, tidak seharusnya kedua anak itu sudah membahas perihal Ibu bahkan membahas pernikahannya."Papa, bagaimana pekerjaan hari ini apakah lancar?" tanya Sasy dengan sangat lembut.Raut anak dari Caraka itu benar-benar terlihat begitu bahagia karena Anggita ikut menjemputnya di sekolah, bahkan sejak tadi pun putrinya itu tidak berhenti berbicara ia terus saja menceritakan harinya serta terus-terusan mencari topik pembicaraan dengan Anggita."Lancar dong semuanya karena Papa yang mengerjakan," ungkap Caraka. Sebagai seorang ayah melihat putrinya begitu bahagia tentu saja hal tersebut adalah kebahagiaan untuknya juga karena jika putrinya sakit ia pun yang merasa sakit dan tidak rela jika putrinya sampai merasakan hal tersebut."Om Caraka bagaimana kabarnya?" Kini giliran Bunga yang bertanya karena gadis itu juga sudah lama t
Caraka mengantarkan Anggita dan keponakannya itu untuk pulang tadi mereka juga sempat makan siang bersama karena putrinya meminta ingin makan siang di luar, mau tidak mau Caraka pun menuruti keinginannya dari putrinya itu daripada ia terus-terusan di teror oleh permintaan putrinya yang belum terpenuhi tersebut.Anggita mengucapkan terima kasih dan berbasa-basi menawarkan Caraka untuk mampir, tetapi lelaki itu mengatakan untuk langsung pulang saja karena putrinya pun sudah tertidur karena saking lelahnya."Lain kali tolong jangan seperti itu, aku belum tentu mau menjadi istri kamu." "Harus mau." Raka menggoda. "Pede selangit Anda." Anggita memalingkan wajahnya lalu berbalik masuk rumah.Saat memasuki rumah, Anggita melihat wajah keponakannya tersebut kembali murung tidak seceria tadi padahal sejak tadi Bunga selalu saja berceloteh tanpa henti."Bunga kenapa murung seperti itu capek ya ayo kita istirahat." Anggita mencoba untuk menggendong keponakannya tersebut, tetapi Bunga justru me
Baskoro memikirkan perkataan Anggita tentang waktu luang untuk anaknya Bunga. Adiknya itu banyak mengeluhkan perihal anaknya yang seperti kurang kasih sayang, ia juga tidak memungkiri jika Bunga kurang kasih sayang dari orang tuanya itu. Anggita mengatakan agar dirinya bisa membicarakan hal ini dengan sang istri, tetapi ia tidak yakin jika istrinya itu mau diajak berdiskusi pasti hal-hal yang tidak diinginkan terjadi lagi, dirinya juga saat ini menghindari perihal itu semua karena menurutnya bertengkar dengan sang istri sama saja membuang-buang waktu ia juga tidak ingin kembali terjadi ribut besar karena pembahasan itu pasti akan menyulitkan kedua belah pihak dan tentu saja pasti keduanya akan sama-sama emosi mempertahankan argumentasi. Baskoro memijat kepalanya, entah mengapa menurutnya Fanya tidak mau berkompromi dengan dirinya padahal ia tidak meminta lebih hanya menginginkan jika wanita itu berada di rumah saja dan fokus dengan anaknya dan biarkan ia yang bekerja itu saja mengapa
Anita yang sejak tadi diam saja terus-terusan di sudutkan oleh ibu mertuanya itu terkesiap mendengar jika nanti ibu akan tinggal bersama di rumah. Dirinya tidak akan bisa hidup dengan tenang jika sampai Bu Neni tinggal bersama dengannya di rumah itu, tidak tinggal bersama saja wanita itu begitu pengeretan kepada dirinya dan juga Gani apalagi tinggal bersama pasti ibunya itu akan sangat menyulitkan mereka."Baiklah Bu, ibu akan tinggal bersamaku sebagai ucapan permintaan maaf atas apa yang sudah dilakukan oleh Anita," ungkap Gani. Anita harus mengurusnya. Anita bagai di sambar petir. Bagaimana bisa suaminya itu memberikan izin ibunya untuk tinggal bersama mereka tanpa meminta pertimbangan darinya padahal di sana ia juga memiliki hak yang sama."Aku tidak mau jika Ibu harus tinggal bersama kita," ungkap Anita menolak. Kali ini dirinya tidak ingin tinggal diam saja jika sampai ibunya tinggal di rumahnya maka pasti ia akan sama seperti anggota yang dijadikan pembantu oleh Bu Neni ia ben