Tinggalkan jejak yuk. love dan komentarnya. mampir cerita baruku ya. Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri.🥰
Bab 121 BerangkatHari keberangkatan Sakha ke Padang Sumatera Barat tiba. Sakha akan mengambil penerbangan terakhir yakni jam 19. Menjelang Zuhur, ia berangkat bersama asisten Ardi menuju bandara Sukarno Hatta di Tangerang. Demi menghindari kemacetan, ia akan berangkat lebih awal menggunakan taksi."Mas Sakha jangan lupa makan, jaga kesehatan dan juga ibadahnya." Rahma masih memeluk erat sang suami yang bersiap pamitan."Iya, Sayang. Nanti sampai sana aku langsung hubungi ya. Aku pasti akan merindukanmu.""Trus gimana kalau rindu?"."Tenang saja, aku sudah bawa salah satu baju kamu." Sakha terkekeh. Rahma hanya mendelik. Tidak harus membawa baju sebenarnya kalau pun rindu mereka bisa saling menelpon atau video call. Namun Sakha tetap kekeh minta salah satu baju Rahma untuk teman tidur katanya."Jaga baik-baik kandungannya, Sayang. Kamu wanita kuat, pasti bisa melewati semuanya. Jangan pernah berprasangka buruk, oke!"Sakha mencium pucuk kepala Rahma lama sambil menyematkan doa."Terima
Bab 122 Khawatir"Apa Rahma sudah tidur?"Gita semakin tidak mengerti, kenapa Sakha mengalihkan pembicaraan."Iya Rahma baru saja tidur. Mama yang temani. Gimana keadaan di sana, Kha?""Tidak bagus, Ma.""Apa?!"Reflek Gita membungkam mulutnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang ponsel."Sakha, katakan yang jelas. Jangan bikin mama khawatir.""Ada masalah begitu Sakha sampai, Ma. Warga berbondong-bondong melakukan demo mengenai ganti rugi pembebasan tanah. Sepertinya Om Revan tidak tahu ada karyawannya yang melakukan penggelapan uang.""Sakha," lirih Gita sambil menahan isak tangis. Gita keluar dari kamar Rahma supaya tidak mengusik tidur menantunya. Gegas ia menuju kamarnya. Ada Ardi, suaminya hampir memejamkan mata lalu terlonjak."Ada apa, Ma?""Sakha, Pa. Dia kena masalah di tempat kerja Revan.""Sakha, ini papa. Apa yang terjadi?""Pa, tolong besok papa diskusi sama Om Revan. Sakha butuh info penting terkait pembebasan lahan untuk tol. Ini warga barusan dihalau pet
Bab 123 Bab 123 Tetap TenangPagi yang cerah membuat Rahma bangun tidur dengan penuh semangat. Ia harus menaikkan moodnya agar baby nya juga sehat.Gegas diambiknya ponsel di nakas. Tidak ada panggilan dari suaminya. Namun, mengingat semalam ia sudah terlelap ditemani Gita mungkin saja telpon dari suaminya diangkat sang mama.Benar saja, Rahma melihat riwayat panggilan masuk dari Sakha. Seulas senyum pun terbit di bibirnya."Ternyata Mas Sakha semalam telpon. Aku sudah ketiduran."Dilihatnya pesan yang dikirim ke Sakha semalam. Hanya ada balasan aku telpon balik, Sayang. Rahma mencoba melakukan panggilan ke suaminya. Namun, hanya nada operator yang menjawab. Ia mencoba berpikir jernih mungkin sinyalnya lagi nggak bagus."Baiklah, nanti aku telpon lagi, Mas. Semoga kamu pas luang," ujar Rahma membesarkan hati.Rahma sudah mengenakan gamis floral dipadu jilbab polos. Penampilannya memang anggun. Aura ibu hamil sudah terpancar di wajahnya. Ia menyempatkan selfi lalu mengirimkan ke suamin
Bab 124 FokusPagi itu, Sakha fokus mengurus proyek yang ditangani oleh ayah mertuanya. Proyek itu kerjasama juga dengan papanya dan teman-teman dekat semasa kuliah papanya. Sakha bersama Toni berpikir keras agar warga tidak melakukan demonstrasi menuntut uang ganti rugi."Begini Pak Cokro, pihak perusahaan telah memberikan uang ganti rugi untuk pembebasan lahan. Bahkan nominalnya tidak kecil. Kami jelas tidak mau mendholimi warga. Justru visi dan misi perusahaan adalah mensejahterakan rakyat yang ada disekitarnya."Sakha mencoba berpikir dingin untuk bernegosiasi dengan perwakilan dari warga."Tidak, Pak! Jelas kami tidak menerima sebesar yang ada dalam perjanjian. Ini kami membawa buktinya. Dari beberapa warga yang memberi pernyataan, kami hanya diberikan jumlah sebesar 80% dari yang dijanjikan. Mana tanggung jawab pimpinan perusahaan?!" Laki-laki paruh baya bernama Cokro itu berapi-api membuat Sakha menghembuskan napas kasar. "Tenang dulu, Pak! Berhubung pimoinan perusahaan ini se
Bab 125 Berbaju HitamDi tempat lain, Rahma sedang memeriksakan kesehatan dan kandungannya. Ia bertemu Sherly lalu diantar ke dokter kandungan. Di rumah sakit yang sama Revan dan Melia yang berangkat bareng Rahma melakukan cek kesehatan di bagian dokter umum terlwbih dahulu. Revan dan Melia mendapat antrian panjang. Alhasil, Sherly memintanya pindah dokter yakni dirinya."Maaf, Dok. Dia orang tua sahabat saya. Biar saya yang menangani langsung.""Dengan senang hati dokter Sherly. Kamu sudah meringankan tugasku," jawabnya terkekeh."Ishh, dokter nih.""Mari silakan Om dan Tante. Keluhannya apa?""Begini dokter. Sebenarnya istri saya sudah lama kena vonis Miom. Bahkan sejak melahirkan Rahma dulu. Waktu itu mau diangkat tetapi istri saya masih ragu dan diputuskan melakukan obat jalan. Akhir-akhir ini kesehatan istri saya menurun. Jadi, mohon solusinya.""Baik, Om. Tante, bisa saya lihat dulu rekam medis yang dari rumah sakit di sana dulu."Melia menyodorkan berkas salinan rekam medis dar
Bab 126 Godaan 18+Di antara batas kesadarannya, Sakha mulai mencoba membuka paksa kelopak matanya. Meski terasa berat, ia tetap paksakan. Otaknya meminta untuk memulihkan kesadarannya. Hingga terasa sebuah parfum mencolok menguar sampai ke indra penciumannya."Akhirnya yang ditunggu sudah bangun." Suara bariton menyapa Sakha yang sudah mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia juga tersentak saat sepasang tangan dengan kulit halus merangkul dari belakang. Posisinya duduk di kursi. Ia begitu susah menggerakkan kedua tangan dan kaki. "Ada apa ini? Kenapa tangan dan kakiku diikat? Apa dia anak buah Pak Cokro? Lalu kemana pria tua brengs*k itu.""Siapa kalian?! Di mana Pak Cokro?! Kalian menggertakku, huh? Kalian mau menipuku?!""Tenang anak muda! Jiwa mudamu mengingatkanku saat bekerja sama dengan papamu."Sakha melebarkan matanya. Netranya menatap nyalang lelaki paruh baya yang usianya kisaran papanya. "Apa dia rekan bisnis papa? Atau justru musuhnya?""Siapa Anda?"Laki-laki itu tertawa
Bab 127 Pencarian"Dasar merepotkan. Laki-laki lemah kok mau melawan bos. Hufh."Sebuah mobil pajero telah sampai di area pembangunan jalan tol. Perempuan dengan rambut panjang diikat tali rambut itu segera menurunkan Sakha dalam kondisi terlelap. Ia dibantu dua orang pengawal Robert. Sakha ditinggalkan di sebiah rumah kecil yang biasa dipakai koordinasi para karyawan perusahaannya."Ayo kita tinggalkan segera tempat ini. Lama-lama di sini kita bisa jadi santapan warga," ujar Cantik. Kedua pengawal pun menyetujui. Gegas mobil itu melaju kencang ke arah menjauh dari wilayah pembangunan tol."Kamu sangat kuat ternyata Cantik. Apa tidak lelah dengan semalam? Sementara anak muda itu tak berdaya," cibir salah satu pengawal yang duduk di belakang. Cantik yang duduk di samping sopir hanya mendecis."Dasar laki-laki lemah. Baru juga satu ronde sudah KO."Mendengar ungkapan Cantik kedua pengawal terbahak. Mereka tidak menyangka perempuan usia 20an itu sangat kuat. Jelas keduanya tidak berani ma
Bab 128 Gadis Pintar"Namanya Cantika, yatim piatu. Umur 22 tahun. Lulusan Ilmu Komputer. Saat ini tinggal berdua bersama neneknya yang sedang sakit parah."Toni memberikan info lengkap mengenai gadis yang dicari oleh Sakha. Di ruang kerjanya, Sakha mengetuk-ngetuk pena ke meja. Ia mencari cara untuk bisa bertemu gadis bernama Cantik."Kita ke alamat itu, Pak Toni.""Hah, kapan, Pak?""Tahun depan. Sekarang lah."Toni terkekeh menyadari kekeliruannya. "Siap, Pak." Toni segera meraih kunci mobil di meja kerja Sakha. Ia masih heran kenapa anak bosnya begitu antusias mencaru perempuan bernama Cantika itu. "Apa gadis itu secantik namanya? Apa Pak Sakha main hati dengan perempuan muda.""Pak. Pak Toni!"Sakha menaikkan intonasinya saat Toni justru melamun tidak segera membuka pintu mobil."Eh, maaf Pak Sakha. Silakan masuk!"Mobil melaju di siang yang terik menyusuri jalan berliku. Mereka menggunakan map untuk mencari alamat tinggal Cantika. Di tengah perjalanan, mereka tersendat oleh si