Share

46. Selamat Tinggal, Pras.

"Maaf kalau Pak Abdi menganggap saya lancang. Namun sungguh, saya tidak tenang sebelum Pak Abdi mengatakan apa yang ingin Bapak bicarakan dengan saya. Karena saya ingin menghadapi sidang nanti dengan hati yang lapang," tanya Suri terus terang.

Abdi mendesah. Sejurus kemudian, ia menyisir rambutnya yang sudah rapi dengan jari jemarinya. Abdi jelas terlihat gelisah.

"Baiklah. Sebenarnya apa yang ingin saya bicarakan denganmu nanti, tidak ada hubungannya dengan masalah perceraian. Saya--aduh bagaimana ya mengatakannya?" Abdi memijat-mijat keningnya rikuh.

"Begini. Rencananya saya ingin melamar Wanti secara pribadi dulu. Setelah Wanti menerima lamaran saya, baru saya dan keluarga besar akan melamarnya secara resmi. Masalahnya, saya tidak tahu bagaimana prosesi lamaran yang Wanti impikan. Makanya saya ingin menjemputmu agar kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bertukar pikiran. Kamu 'kan sahabat Wanti? Pasti kurang lebih kamu tahu mengenai impian-impiannya."

Abdi meringis kala melihat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status