"Maaf Nyonya, besok Tuan Aland memiliki janji temu dengan salah satu kolega penting di perusahaan. Karena itulah saya datang untuk mengingatkannya secara langsung," bohong Erile, dia menundukkan kepalanya dan menghindari tatapan tersebut agar mulutnya bisa bicara dengan lancar ketika mengucapkan tentang kebohongan seperti ini. "Oh," balas Zoya singkat, "Masuklah dan tunggu di dalam," timpal Zoya lagi. Dia juga tidak punya tujuan apapun ketika menanyakan tentang hal tersebut. Hanya ingin tahu apakah Erile bersedia berbagi informasi tentang perusahaan kepadanya, Ingin tau apakah Erile masih menganggapnya sebagai orang asing bagi Aland. Tapi untunglah Erile mengatakan dengan jujur, begini saja sudah berhasil membuat hati Zoya merasa tenang.Dan setelah mempersilahkan Erile untuk masuk, Zoya lantas masuk ke dalam dan memerintahkan Seli untuk menyajikan minuman bagi tamu. Seli dengan sigap mematuhi perintah sang nyonya. Dia segera menyajikan minuman dan makanan ke ruang tamu. Tapi waja
Setelah Erile pergi, Zoya lebih dulu meninggalkan semua orang dan menuju kamarnya. Tadi dia pun melihat Austin yang masih nyaman disuapi irisan buah oleh sang Oma. Sendirian di dalam kamar ini, Zoya menatap kota Servo melalui jendela kaca yang ada di sana. Melihat banyak kendaraan yang lalu lalang disana seolah begitu sibuk. Sementara dia terkurung di sini dalam kebencian. "Ya Tuhan," gumamnya seraya membuang nafas kasar, seperti coba membuang perasaan yang selama ini mengganjal di dada. Cukup lama menenangkan dirinya sendiri akhirnya Zoya putuskan untuk keluar dari dalam kamar tersebut. Dia melihat Aland, Oma Emma dan Austin masih berkumpul di ruang tengah. Aland dan Oma Emma sedang antusias mendengarkan Austin yang bercerita tentang pengalamannya di sekolah hari ini. Zoya lantas ikut duduk di salah satu sofa, "Sekarang aku sudah mendapatkan sahabat pengganti yang sama seperti Elea, Ma," cerita Austin, dia merasa harus menjelaskan cerita itu karena tadi sang Mama belum sempa
Mendadak waktu jadi cepat sekali berlalu, siang tadi dia menandatangani dokumen pemindahan harta, Dan malam ini Zoya sudah berada di rumah utama keluarga Floyd. Rumah yang 6 tahun lalu telah dia tinggalkan namun kini tiba-tiba Zoya seperti kembali ke titik awal."Ayo sayang, ini adalah rumahmu," ucap mama Emma, dia menatap Zoya sendu seraya mempersilahkan sang menantu untuk masuk lebih dulu ke dalam rumah tersebut.Akhirnya hari ini tiba juga, mereka kembali berkumpul di rumah ini dan menjadi keluarga yang sesungguhnya."Selamat datang Austin, Tante memiliki banyak hadiah di dalam untukmu," ucap Prisila.Austin sudah berjingkrak kegirangan dan Aland lantas menarik istrinya itu untuk segera masuk karena melihat Zoya hanya diam saja."Tidak ada yang berubah dari rumah ini, satu-satunya yang hilang hanyalah kamu dan Austin. Aku bersyukur karena pada akhirnya kalian kembali," ucap Aland, seraya memeluk pinggang Zoya dengan erat, memeluk posesif sampai Zoya tak bisa menghindar."Zoya, ayo
Zoya benar-benar seperti kembali ke awal, bukan hanya tentang kembali mendatangi rumah ini untuk dia tinggali, tapi juga tentang pertama kali hubungannya dengan Aland tercipta. Malam itu ulang tahun perusahaan keluarga Floyd, Aland yang mabuk menarik Zoya hingga membuatnya hamil. Dan malam ini Aland kembali menyentuhnya dengan paksa. Bahkan tidak peduli dengan dia yang sudah menangis, Aland tetap melancarkan aksinya hanya demi sebuah kepuasan. "Apa terasa sakit?" tanya Aland setelah dia berhasil menyatukan diri, sedangkan Zoya mana bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena yang paling sakit adalah hatinya. Zoya justru memalingkan wajah, engan untuk menatap pria yang telah berhasil menguasainya."Aku akan mulai bergerak," ucap Aland lagi dan setelahnya dia pun menepati ucapannya tersebut, gerakan yang awalnya begitu perlahan dan seterusnya ditambah tempo.Memang malam ini terasa sangat berbeda seperti beberapa tahun yang lalu, dulu Aland menyentuhnya dengan sangat kasar tapi malam i
"Kenapa Daddy keluar sendiri? dimana mama?" tanya Austin ketika melihat sang ayah datang seorang diri ke meja makan, sementara semua keluarga sudah berkumpul di sini, Oma Emma dan Tente Prisila yang selalu mendampingi dia. "Mama masih mandi, sepertinya dia masih butuh waktu yang lama," balas Aland, dia melihat jam belum ada 5 menit istrinya mandi, jadi Aland putuskan untuk ikut duduk di sana dan menyeduh teh hangatnya."Kak, bisa aku minta tolong sesuatu?" tanya Aland."Hem, katakan," balas Prisila, dia juga langsung menatap ke arah sang adik menatap dengan intens."Carikan aku Wo untuk mengurus pesta pernikahan ku dengan Zoya.""Jadi kalian putuskan untuk menikah lagi?""Tentu, Karena sekarang dia punya identitas yang baru.""Itu keputusan yang tepat. kamu tidak perlu mencemaskan apapun aku akan mengurus semuanya dengan Erile," balas Prisila pula. sebuah jawaban yang membuat Oma Emma langsung menatap ke arah anak gadisnya tersebut. sekarang keluarga mereka telah kembali utuh, Oma E
Dengan menggandeng tangan sang keponakan, Prisila pun keluar dari rumah tersebut. Antusias sekali dia hendak mengantarkan Austin ke sekolah."Tante, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Austin ketika mereka berdua sudah sama-sama duduk di dalam mobil, Prisila juga sudah menghidupkan mesin mobilnya siap untuk melaju. "Tanya apa sayang? katakan lah," jawab Prisila pula, dengan hati-hati dia mulai membawa mobil itu untuk keluar dari halaman rumah utama keluarga Floyd."Daddy dan mama akan menikah lagi? Apa akan ada acara besar-besaran?" tanya Austin."Iya, mama dan Daddy akan menikah lagi, tapi sepertinya tidak terlalu besar-besaran. Yang penting adalah makna dari pernikahan itu tersampaikan pada semua orang," jelas Prisila, sederhana baginya jelas tetap mewah di mata Zoya dan Austin. "Kenapa Austin bertanya seperti itu?" tanya Prisila pula, apalagi saat dilihatnya Austin mendadak sendu, sedikit menundukkan kepalanya. "Aku takut," jawab Austin lirih dan Prisila langsung tahu
"Tidak Kak, tidak perlu melakukan apapun untukku," ucap Zoya dengan suara yang terdengar lirih."Aku matikan teleponnya," ucap Zoya lagi, lalu setelahnya dia benar-benar memutus sambungan telepon tersebut tanpa menunggu tanggapan apapun dari Prisila lebih dulu.Zoya tidak tahu, bahwa untuk menjawab panggilan telepon darinya Prisila sampai lagi-lagi menghentikan mobilnya di tepi jalan. Takut jika ada hal penting yang ingin Zoya katakan.Tapi sekarang balasannya justru hanya sebuah panggilan telepon yang terkesan dingin.Namun kini Prisila tidak merasa tersinggung sedikit pun, mereka memang butuh waktu untuk memperbaiki semuanya. Prisila sangat sadar diri, selama ini dialah yang acuh, dialah yang dingin bahkan dialah yang selalu mencela.Huh! Prisila membuang nafasnya secara perlahan, lalu kembali melajukan mobilnya tersebut menuju rumah sakit.**Di tempat lain, Sofia tentu makin terkejut mendengar ucapan Zoya, kini dia ingin melawan namun langsung sadar bahwa lawannya adalah keluarga
"Al," panggil Adeline dengan suaranya yang terdengar lirih. Ini juga adalah pertemuan pertama mereka setelah waktu berlalu lama, setelah Aland memutuskan untuk mencari anak dan istrinya mereka tidak pernah lagi bertemu.Tapi Adeline selalu berada di tempat yang sama, dia menunggu untuk Aland kembali. Dan kini dia sungguh butuh penjelasan, sayangnya Aland tidak bersedia menemuinya secara pribadi, jadi terpaksa dia menunjukkan diri dengan cara seperti ini.Di tempat itu keadaan cukup ramai tapi bagi Adeline di dunia ini seolah hanya ada dia dan Aland, dari sorot matanya sudah mengabarkan semua yang ada di dalam hati. Tentang rindu dan juga banyak pertanyaan.Dan Zoya yang melihat Adeline ada dihadapannya, dia jadi kembali diselimuti dengan perasaan tidak percaya diri. Baginya selama ini Adeline adalah wanita yang sempurna, satu-satunya wanita yang memang pantas bersanding dengan Aland.Siapalah dia jika dibandingkan dengan Adeline? Tidak ada apa-apanya, kini Zoya bahkan coba melepaskan