16Tindakan MimiMelihat keseharian Ardan yang tidak ada bedanya dan Justru malah semakin semena-mena kepada dirinya, membuat Mimi terasa tertantang. Setelah aksi protesnya akibat gajian tidak diberikan, akhirnya Mimi mendapatkan gaji bulanannya kemarin sore."Mi, ini celana tidak ada yang bagus apa? Mana kotor begini. Setiap hari pekerjaan kamu apa sih? Hanya mencuci baju kerja saja tidak bisa!"Mimi hanya mendengarkan ocehan suaminya. Ya sudah kehilangan feeling untuk menjadi suami istri yang penurut dan mendengarkan semua apa yang ada dan katakan dan keluhkan. Mimi hanya melakukan apa yang menurutnya nyaman dan tidak lagi merasa prihatin dengan kehidupannya sendiri. Mimi akan fokus untuk menyiapkan bekal untuk masa depan Laela dan dirinya, jika sewaktu-waktu ada pergi bersama wanita itu. selama Ardan masih memberikan nafkah kepadanya, selama itu juga Mimi akan memperlakukan suami itu sebagai tanggung jawab untuk berbakti sebagai seorang istri."Kamu nggak denger apa, apa yang aku
Setelah mendengar ancaman Ardan kemarin, Mimi memilih untuk diam. dia sudah kehilangan rasa untuk meladeni lelaki yang disebut suami itu."La, ikut Mama yuk!" ajak Mimi."Ke mana, Ma?" Laila bingung melihat ibunya yang sudah mengemasi pakaian di dalam tas."Mama mau menginap di rumah kakung. Ikut?""Ikut ..."Laila terlihat senang hendak menginap di rumah orang tua Mimi. Selama ini Laila memang dekat dengan orang tua dari Mimi daripada kedua orang tua Ardan.Ardan yang sedang menonton televisi kaget melihat Mimi keluar kamar dengan menggendong Laila dan membawa tas ransel di tangannya."Mau ke mana kamu?""Ngungsi!" jawab Mimi malas."Kamu tidak boleh pergi sebelum aku mengizinkan.""Nggak peduli! Kamu saja tidak mau mendengarkan apa yang aku keluhkan, untuk apa aku pertahankan?"Ardan berdiri. Bagaimana pun ia masih punya gensi. Bagaimana keluarga Mimi nanti akan bertanya mengenai hal ini Jika mimi pulang dengan membawa tas besar itu. Pasti dirinya akan menjadi pihak yang disalahkan
Setelah mendapatkan ide untuk membuka bisnis sendiri, mimik ini mulai memikirkan strategi untuk tidak terlalu membebani atau bergantung kepada suaminya.Pekerjaan Mimi yang dulunya hanya berkutat di dapur dan kasur, juga berkeliling panas-panasan menjajakan jajanan, kini dia mulai sibuk berada di kamar. Hal itu membuat Ardan merasa heran sendiri dengan perlakuan Mimi yang sekarang berubah menjadi sosok pemalas baginya."Cucian masih numpuk di belakang tetapi kamu sibuk tiduran aja di atas ranjang! Seharian ini ngapain aja?" bentak Ardan."Kalau Mas laper, ada makanan di dalam tudung saji. Nggak usah misuh-misuh di sini! Berisik!" balas Mimi santai."Laila mana? jangan-jangan kamu titipkan lagi ke rumah ibu?" "Nggaklah! Dia lagi pergi ngaji. Bentar lagi juga pulang.""Bikinin kopi, buruan l!" titah Ardan yang mulai tidak menggubris sikap cuek Mimi."Lebih baik Mas bikin sendiri aja. udah ada air panasnya kok di termos," ucap Mimi. Dia sibuk bermain dengan gadgetnya bahkan sampai tidak
Tentu saja setelah mencoba untuk bersikap semaunya, Ardan lebih suka berada di luar daripada di dalam rumah. Syukurlah! Batin Mimi selalu saja gelisah jika ada Ardan di rumah. Gelisah karena semakin ke sini sikap Ardan semakin tidak bisa menghargainya.Ting![Undangan online aja. Awas, kalau enggak datang!] Santi.Mimi tentu saja ingat. Tiga minggu yang lalu Santi pernah bilang akan menikahi seorang bos yang tentunya juga pengusaha kosmetik yang sedang dia geluti bisnisnya. Tentu Mimi akan datang. Meski dengan baju seadanya dan kondangan sepunyanya.Dalam tiga minggu ini, Mimi sudah bisa membuka toko online lewat ponselnya. Meski hp sering hang, tetapi masih bisa diajak kerjasama dengan pemiliknya. Meski begitu, Mimi tetap bersyukur. Setidaknya, ada banyak orderan yang masuk lewat 3 olshop yang baru dia buat setelah Santi mengajarinya.[Okeh. Disuruh jadi glidignya gak nih?] Mimi..[Kalau lo bolak balik di tempat gue, jadi glidig nanti.] Santi[Itu mah, gladag glidig ora genah. Hahaha
Di sekolah, Mimi baru tahu kalau banyak Ibu-ibu yang juga ikut mengantar anaknya. Mereka merumpi dan hahahihi menggunjing tetangga-tetangga atau orang yang dianggap musuh musuh mereka menjadi bahan gunjingan.“Tahu nggak, Bu? Kemarin itu, Bu Darmo ngamuk di depan rumah istri keduanya suaminya.” Ibu berbaju oren mulai asik membuat bahan gosip.“Oh ya?” Ibu berbaju merah semakin penasaran.“Alah! Gimana nggak ngamuk. Dua bulan nggak mau disentuh, pulang seminggu sekali, uang gaji diembat bini kedua hampir separuhnya, ya ngamuk. Kalau aku jadi Bu Darmo, tak potong anunya suami. Enak aja. Anak sudah 4, laki menikah lagi dengan alasan istri tidak cantik lagi. Nggak setia aja masih dipertahankan. Ogah kalau aku jadi dia!” gunjing Ibu berbaju putih.Mimi menyimak saja. Dia anggota baru Ibu-Ibu yang mengikuti acara mengantar anak sekolahnya. Setelah Laila masuk, Mimi pun punya inisiatif untuk masuk ke celah mereka. Mimi pulang ke rumah, lalu mengambil starter kit yang digunakan untuk mencari
.Mimi kini merasa punya style baru. Dia benar-benar akan fokus untuk dirinya sendiri dan anaknya tanpa harus memikirkan Apakah hidupnya menjadi beban Ardan atau tidak. Hingga Ardan sering mendapati istrinya kini malas melakukan apapun pekerjaan di rumahnya."Mimi! Ini kenapa belum ada makanan untuk sarapan?" tanya Ardan."Mimi belum masak!" jawab Mimi malas. Dia memang sengaja tidak memasak karena Ardan belum memberikan uang gajinya dan masih tetap menyembunyikan mengenai hubungannya dengan Mita yang sebenarnya sudah ia ketahui. Beberapa hari sudah berlalu dan sikap Ardan masih tetap sama. Sehingga membuat Mimi memutuskan untuk bersikap cuek dan tidak mau memikirkan pekerjaan yang menurutnya sama sekali tidak begitu penting untuk dilakukan.Mimi lebih memilih untuk membersihkan rumah Jika dia ingin, dan mencuci pakaian Jika ia juga berkenan. Kadang dua hari sekali atau paling lama 4 hari itupun jika Laila sudah kehabisan baju di lemari. Sengaja dia bermalas-malasan untuk menggugah pi
Mimi membuatkan satu cangkir kopi Setelah Ardan selesai membersihkan gudang. Hal ini sengaja Mimi lakukan hanya untuk memberikan apresiasi dan memberi contoh bagaimana mengungkapkan rasa Terima kasih dengan segala kebaikan yang sudah diberikan."Tumben?" tanya Ardan."Kenapa? Nggak suka? Atau nggak mau? Atau gengsi?" cecar Mimi."Bukan begitu. Tumben banget pengertian. Biasanya juga kalau suruh dibikinin kopi malah suruh bikin sendiri.""Sikap istri itu tergantung Bagaimana sikap suami. Jadi, kalau mau dilayani bak raja maka harus memperlakukan istri seperti bak permaisuri. Jangan hanya mau menang sendiri dan tidak mau melihat kesusahan istri. Itu namanya egois dan tidak tahu diri. Dinikahi itu bukan untuk dijadikan pembantu atau babu gratisan. Ingat itu!" seru Mimi."Cerewet!" Gerutu Ardan ketika Mimi sudah meninggalkan tempat tetapi Mimi masih sedikit mendengarnya."Ma, kapan kita ke rumah uti?" tanya Laila."Laila mau main ke rumah uti?""Iya. Boleh?""Nanti diantar sama papa ya. M
“Kenapa tuh muka? Suntuk amat?” tanya Meli saat mendapati Ardan ke rumahnya dengan wajah yang ditekuk.“Bete. Main yuk!” ajak Ardan.“Main ke mana? Ini udah siang juga.”Meli memang sangat suka berjalan-jalan dan liburan. Tak jarang dia meminta Ardhan untuk menemuinya dan menjadi supir pribadinya. “Ke wisata pemandian air panas aja. Enak kayaknya,” ucap Meli dengan semangat.“Ya. Kayaknya bagus itu.” Ardan pun menyetujui. “Tapi aku nggak bawa duit,” keluhnya sambil tersenyum seperti biasanya.“Nggak usah bingung, kan ada Meli si asisten tajinya Bos yang baik hati dan mudah tergoda sama suami orang yang oonnya tak terkira,” ejek Meli sambil mencubit lengan Ardan manja. Meli memang memiliki perasaan pada Ardan. Kedekatan dalam menjadi partner kerja membuat semuanya mudah. Terlebih, Ardan sangat mau diajak ajak untuk pergi ke manampun. Dimintai tolong kapanpun dia juga siaga. “Suami kamu lama nggak di luar negeri?”“Lumayan. Kenapa? Mau Backstreet?” tawar Meli mencoba memancing hasra