Bertempur di dalam gua yang gelap dan mencekam, mereka berusaha mati-matian melawan para Ethereion yang terinfeksi sihir hitam. Serangan pedang bersinar dan sinar magis berkelebat melintasi ruang gua, menciptakan suasana tegang yang tak terelakkan.Reiger, dengan kepiawaiannya, terus memimpin kelompok untuk menghadapi serangan demi serangan. “Jangan hentikan gerakan, kita tidak boleh terjebak di sini!” ujarnya sambil menghindari serangan seorang Ethereion yang mengincar dirinya.Calix, dengan refleks luar biasa, menggunakan kecepatan dan kelincahannya mengelabui musuh-musuhnya. “Tidak seperti melawan goblin di hutan. Mereka punya kekuatan dan kecerdasan luar biasa!”Wilder dan Heros membentuk barisan yang kokoh, saling menjaga dan melindungi satu sama lain. “Kita harus bersatu dan mengatasi mereka bersama-sama,” ucap Wilder dengan tegas. Belum ada tanda mereka mendominasi pertarungan.Sementara itu, Iveryne, dengan hati berdebar, terus berusaha mendekat ke batu Equilibria untuk melet
Mereka sudah bersiap untuk serangan terakhir, dengan Reiger memimpin dengan serangan pamungkas menggunakan Hellfire yang diberdayakan oleh kekuatannya sendiri. Pertarungan mencapai puncak ketegangan, dan nasib mereka tergantung pada serangan ini.Reiger mendorong Hellfire melalui udara dengan penuh kekuatan dan tekad. Cahaya yang memancar dari pedang itu membentuk gelombang energi yang melibas ke arah para Ethereion. Ditengah para keheranan, gelombang energi mengudara.Serangan itu seperti kilat, menyapu setiap penjaga keseimbangan yang terinfeksi sihir hitam di sekitarnya.Iveryne terus berusaha mendekatkan kristal bulan ke tempat batu Equilibria seharusnya berada, meski terhalang pertempuran sengit.Dengan keberanian tak tergoyahkan, Iveryne meletakkan kristal bulan yang dipegang eratnya ke dalam ransel. Sinar kebiruan yang memancar dari kristal tersebut tampak bersentuhan dengan aura kegelapan di sekitar tempat batu Equilibria. Ketika kristal bulan bersentuhan dengan wadah batu i
“Kamu bercanda!” Calix berseru dalam keterkejutan luar biasa.Wilder, dan Heros masih terkesiap mendengar cerita Iveryne tentang tradisi pernikahan Elf. Raut wajah mereka mencerminkan kombinasi kekaguman, kejutan, dan ketegangan menyeluruh.Iveryne baru selesai menceritakan tentang tradisi pernikahan para Elf yang hanya terjadi satu kali seumur hidup. Para Elf hidup sampai seribu tahun lamanya, dan mereka tidak boleh berganti pasangan.Jika pihak pria melakukan kekerasan dalam hubungan pernikahan, atau berselingkuh, hukumannya adalah kematian dan kutukan Dewi Bulan, maka jiwa mereka akan mendekam di neraka selamanya.Hal yang sama jika yang melakukannya pihak wanita. Bedanya, para pria akan dihukum mati di depan seluruh bangsa Elf, namun para wanita akan hidup dalam pengasingan sampai hari kematiannya.Calix, Wilder, dan Heros terdiam sejenak, menerima informasi ini dengan wajah-wajah yang mencerminkan kekagetan dan keheranan. Atmosfer yang tadinya ceria berubah menjadi serius dan teg
Gua Luminaria dipenuhi keindahan yang tak terlukiskan. Mereka menjelajahi lebih dalam, mereka menemukan terowongan berkilauan, dipenuhi dengan Lumiflora yang mekar dengan warna-warna cerah. Bunga-bunga ini memberikan cahaya lembut dan memancarkan aroma yang menenangkan. Lumiflora yang mekar memberikan warna-warna yang semakin intens, menciptakan panorama alam yang magis. Terowongan di sekitarnya dipenuhi cahaya yang terpantul dari kristal-kristal biru kehijauan yang tersembunyi di dinding gua.Ethereion Elder menjelaskan, “Bunga-bunga ini tumbuh dari kekuatan kristal energi, dan batu Equilibria. Mereka adalah penjaga kehidupan dan keharmonisan di sini.”Iveryne, memandang bunga-bunga itu dengan penuh kekaguman, berkata, “Sungguh luar biasa! Aku belum pernah melihat keindahan alam semacam ini sebelumnya.” Wilder ternganga, ini adalah contoh langsung keindahan yang tidak pernah ditemukannya.Ethereion Elder menambahkan, “Luminaria tidak hanya tempat perlindungan bagi batu Equilibria,
“Aku harap aku tidak pernah pergi dari sini,” Calix bergumam, suaranya teredam karena wajahnya di telungkupkan di antara bantal yang terbuat dari serat alami yang lembut dan nyaman. Bantal-bantal itu disediakan di tempat tidur mereka untuk menambah kenyamanan saat mereka beristirahat di Gua Luminaria.Para Ethereion memberikan tempat peristirahatan di dalam Gua Luminaria, sebuah ruangan yang dihiasi dengan gemerlap kristal bercahaya. Di pojok ruangan terdapat empat tempat tidur yang terbuat dari bahan yang tampaknya mengalir dari dinding gua itu sendiri. Tempat tidur itu mengundang dengan penampilan yang mewah dan kenyamanan yang begitu nyata. Setiap tempat tidur dilengkapi dengan selimut halus yang terbuat dari serat alami, memberikan sensasi hangat dan nyaman bagi siapa pun yang berbaring di atasnya.“Bahkan lebih nyaman dari tempat tidurku di Ashtanshire!” Heros menambahkan sembari berguling-guling teramat riang. “Aku bersedia membayar untuk tinggal di sini!” tambah Wilder, mata
Di perbatasan Luminaria, mereka mencapai tempat berteduh, dikelilingi dinding batu yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Di tengah-tengah, mereka menyalakan api kecil yang mengeluarkan percikan-percikan cahaya kehangatan. Duduk di sekeliling api, mereka merasa terlindungi dari guyuran hujan yang semakin deras. Iveryne duduk tertegun, matanya terpaku pada burung hantu putih di dekatnya, yakni Archer.Dengan wajah yang masih memancarkan keheranannya, duduk di antara teman-temannya. Tatapan matanya terus mengarah pada Archer yang duduk tenang di cabang pohon di dekatnya.“Wah, hujan ini benar-benar tak kenal lelah,” ujar Calix sambil menepuk-nepuk bahunya untuk menghangatkan diri.“Tapi, ya, setidaknya kita aman di sini,” sahut Wilder sambil menggenggam tangan Heros yang berada di sampingnya.Saat Wilder menggenggam tangannya, Heros merasa jijik dan terkejut. Ia menarik tangannya dengan cepat, merasa jijik setengah mati dengan sentuhan tersebut. Mata Heros memancarkan ketegangan dan k
“Aku sudah pasti kamu, tapi kamu belum tentu aku.” Kata-kata itu menyayat hati Iveryne, menciptakan gelombang kecemasan yang merambat dalam dirinya. Ketika dia menoleh, sekilas, ada sosok gadis lain di belakangnya, tapi kakinya tergelincir hingga jatuh.Terbangun dengan nafas kacau, ia merasakan beban menggantung di bahunya, menggoyahkan keyakinannya, serta membingungkan pikirannya tentang makna dari mimpinya yang misterius itu.“Aku mungkin terlalu lelah.” Dia bergumam pada dirinya sendiri sembari meremas rambutnya. Dia membuka mata, menoleh tiba-tiba, menemukan gulungan perkamen takdir tergeletak di sebelahnya.Warna coklat gelap dari gulungan itu memancarkan aura misterius yang membuatnya merinding. Dengan gemetar, dia menggenggam gulungan itu dan membuka lembaran-lembarannya dengan hati-hati. Namun, saat ia melihat ke dalam, kekosongan masih menghantui halaman-halaman. Tak ada tanda-tanda pesan atau petunjuk apapun. “Apa yang aku lewatkan?” Dia memutar, membolak-balikkannya seca
Setiap nada yang tercipta terasa begitu mendalam, membelai telinga dengan kelembutan yang memikat hati siapa pun yang mendengarnya. Wilder merasa seakan-akan diselimuti oleh keajaiban yang mengalir dalam setiap nuansa melodi yang mengalun, merasakan getaran emosi yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Sementara itu, keajaiban tak luput memengaruhi Heros dan Calix, yang ikut terpesona. Mereka terdiam, terbuai keindahan suara yang mengalun lembut di tengah hari yang sunyi. Tidak ada yang bisa memalingkan diri dari pesona alam yang menakjubkan ini, seakan-akan mereka sedang terjebak dalam dunia yang penuh keajaiban dan misteri.Reiger, tiba-tiba merasakan sesuatu yang ganjil. Matanya melotot saat melihat bayangan perempuan cantik di permukaan air. Wajahnya memancarkan pesona menakjubkan, tapi matanya, yang memancarkan cahaya biru samudera yang dalam, memberi tahu Reiger bahwa sesuatu yang jauh lebih ganas menyelinap di balik penampilan itu.“Tidak mungkin ... ini bukan rumah mereka