"Kosong?? Bagaimana bisa?!"Bagaimana caranya ia menghubungi Tuan Lucas. Sementara ia belum mendapatkan gawai baru. Mungkin ia harus menyempatkan diri ke toko cell.Pria dengan bentuk tubuh atletis itu gegas menuju tempat penjualan ponsel terdekat...Sementara disana berdiri wanita berhijab yang sudah ada sebelum Edo datang.Terlihat lembar uang di serahkan pada dua pria yang di mintai tolong olehnya. "Ini untukmu!! Dan jangan katakan informasi pada siapapun!! Yang terpenting pria tadi. Mengerti!!" perintahnya pada pria yang di suruhnya membohongi Edo.Pria itu mengangguk paham. "Baik, Nyonya."Sementara gepok uang tebal ia lempar dan ditangkap oleh anak buah Edo. "Saya suka jika kerjasama ini berlanjut," ucapnya sambil terkekeh.Ia menatap angkuh ke arah wanita yang tak lain adalah Elisa ini. "Asal kau tak mempermainkan ku, dan setia terhadapku, uangku akan terus membanjiri kantongmu," jawab Elisa. Sedikit - sedikit ia menutup sebagian wajahnya dengan ujung pasmina.Dua mata mengekor
"LEONA!!"Seluruh aliran darah Leona seakan terhenti. Entahlah apa yang membuatnya kembali melakukan kesalahan ini. Ekor matanya melihat keseluruhan meja. Berkas-berkas itu sudah basah berwarna hitam. 'Astaghfirullah ... apa yang sudah kulakukan ini.'Lucas mendorong tubuh Leona hingga terjatuh ke lantai. "Aduh!""Wanita bodoh!!" umpatnya dengan wajah merah padam. "Lihatlah!! Apa yang sudah kaulakukan?! Kau tahu, ini ada proposal yang aku susun tiga hari yang lalu!! Dan lihat sekarang!! Kau berhasil membuatku hancur!! Kemana otakmu, Leona!!? HAH!!?"Leona tidak mampu berkata apapun, tubuhnya masih sangat lemas. Ia segera berdiri dengan wajah menunduk. "Tuan, saya minta maaf. Saya tidak sengaja," ucapnya lemah.Lucas maju beberapa langkah ke depan. Membuat Leona berjalan mundur sampai berhenti di tembok. Tubuhnya gemetar. Merasa setelah ini suaminya ini akan melahapnya mentah-mentah.Leona berdiri di antara dua tangan Lucas yang memegang tembok. Dengus nafas kasarnya hangat menyapu wa
Lucas duduk saja di sebelah Leona. Memperhatikan meja dan lantai sudah bersih tanpa dia tahu kapan wanita itu membersihkannya.Lucas memperhatikan tangannya bekerja dengan cepat. Baru diketahui jika Leona handal dalam mengoperasikan laptopnya.Bahkan ia mengakui sendiri tidak bisa secepat itu dalam bekerja sama dengan papan ketiknya. Dua matanya hampir lupa berkedip menyaksikan pekerjaan istri tak dianggapnya itu.Baru juga menemui Edo sebentar keluar, ia sudah mengerjakan sebagian pekerjaan yang dirusaknya.'Siapa sebenarnya kamu, Leona?!' batin Lucas penasaran. "Apakah ayahmu sudah keluar dari penjara?" Pertanyaan itu membuat Leona terdiam, lalu memperhatikan wajah suaminya.Beberapa saat ia bergeming dan segera menjawab dengan menggeleng kepala, "Belum." Singkat dan padat.Kembali Leona melanjutkan pekerjaannya. Begitu pun Lucas. Keduanya saling kolaborasi berusaha secepatnya menyelesaikan berkas proyek yang sudah rusak tadi. Sebelum pagi tiba.Tidak banyak percakapan diantara mer
Hari itu, waktu berputar dengan sangat cepat. Tak terasa penanda waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang.Ponsel Elisa berdering beberapa kali. Wanita itu tengah malas hanya seharian berbaring tanpa melakukan kegiatan di atas ranjang, segera mengangkat panggilan dari suaminya.Memperhatikan layar ponsel baik-baik. Melihat nama kontak 'My Husband'. Segera ia mengangkatnya dengan malas. [Ya, sayang??][Sa, aku ada kabar baik.][Kabar apa itu, Mas?] Elisa berganti posisi menjadi duduk. Ikut penasaran apa yang akan di informasikan padanya.[Aku menang tender besar hari ini. Dan proposal yang aku kerjakan tadi malam bersama Leona, berhasil menggaet investor. Banyak dari mereka menanamkan saham terbesar di perusahaan kita—] jelas Lucas panjang lebar.Sementara Elisa bergeming dengan pikiran cemburu sekaligus kesal.'Apa kata Mas Lucas? Mengerjakan berkas proyek bersama Leona??! Bagaimana bisa?? Bukankah tadi malam Leona di marahi habis-habisan karena menumpahkan kopi?? Apa wanita itu
"Yes!! Mertuaku tersayang akan datang kemari. Aku yakin mereka akan tambah menyayangiku. Tidak akan ada cela antara kita, gara-gara perihal anak!!" ucap Elisa kegirangan.Ia turun dari ranjang dan segera datang menemui Leona. "Leona ... beban penderitaanmu akan aku tambah lagi. Bersiap—siaplah menjadi semakin menderita. Hehe." Sampainya di ambang pintu, ia melihat Leona duduk di tepi ranjang dengan mengelus perutnya yang belum terlihat buncit.Masih berdiri di sana mendengarkan wanita sengsara tujuh turunan itu memberikan percakapan kecil untuk anaknya. "Sayang ... sehat —sehat ya di kandungan mama. Ah ... Mama tidak sabar melihatmu lahir ke dunia, Mama tidak sabar menggendong mu——"Rasanya Elisa tidak betah mendengar dia bicara kayak wanita gila. "Usia kandungan masih beberapa hari, sudah di ajak bicara? Wanita gak pernah makan bangku sekolah emang!! Memang dia pikir, janin itu Uda bisa mendengarnya?!" .Tidak ingin berlama-lama, Elisa masuk saja tanpa permisi. Leona memperhatikan
Dengan gemetar Leona mendaratkan bobotnya di kursi pada meja yang sama. Entah kenapa meski sudah tinggal beberapa hari di rumah ini rasanya masih asing. Mungkin karena mereka tidak menganggapnya ada, kecuali Elisa. Pikir Leona."Kau jangan merasa bangga dulu, karena aku menyuruhmu duduk di kursi ini."Ucapan Lucas makin tidak di mengerti. Sudahlah, lebih baik ia berusaha tetap tenang. Bukankah, tadi malam pun ia duduk berdekatan dengan suaminya itu? Harusnya Leona tidak perlu tegang. "Maaf, Tuan. Memang lebih baik saya tidak ikut makan malam bersama kalian. Saya lebih baik duduk bersama mereka," ucap Leona dengan maksud bersama para asisten rumah tangga lainnya."Kamu tidak perlu bicara, yang sepantasnya boleh bicara hanya aku dan Elisa!" bentaknya.'Astaghfirullah ... ucapanmu menyakitkan, Mas!!'Sepintas ia melihat wajah Elisa tersenyum kecil, ia tutup dengan satu tangannya.'Tunggu, apa aku tidak salah lihat? Nyonya tadi tersenyum. Apa maksudnya dia sedang senang saat Tuan Lucas m
Meskipun ia menganggap bahwa yang di baca hanya mitos. Rasa takut pun tiba-tiba mencuat dalam pikirannya. Ia juga tidak ingin, jika sampai anaknya nanti ngiler dari bayi sampai dewasa. Mengembalikan ponsel pada layar utama, menyimpan kembali ponsel di sakunya. Lucas kembali masuk.Di tengah perjalanan menuju kamar Leona, berpapasan dengan Elisa. "Dari mana kamu, Mas?!""Hanya mencari angin diluar?!" Lucas Hanyar jawab asal saja.Elisa melihat langkah Lucas terlihat akan menuju kamar Leona kembali. "Lalu sekarang kamu mau ke mana? Jangan katakan kamu mau pergi ke kamar Leona?!" Wajahnya sudah menunjukkan kedengkian. "Ah, tidak. Aku hanya ingin menemui mu saja. Terakhir kali kau berada di kamar Leona. Jadi aku berniat mengajak kamu makan malam di luar. Aku lapar, dan sepertinya aku tidak selera makan di meja itu lagi, karena mendengar mualnya Leona tadi." Lucas memberi alasan yang tepat. "Oh ya, kau sudah kasih tahu bibi untuk memasak sesuatu buat Leona?!""Oh, seperti itu rupanya. S
Setelah Lucas melakukan pekerjaannya, Leona kembali bicara. "Tuan, maaf sekali lagi. Anak ini sepertinya sedang menginginkan sesuatu."Lucas menghempaskan nafas kasarnya. "Ada lagi?! Aku mohon. Jangan biarkan dia minta sesuatu yang tidak wajar dari ku. Aku tidak betah melihatnya."Leona hanya tersenyum. "Tidak Tuan, dia hanya menginginkan Anda nanti tidur satu ranjang di sini bersama saya. Dengan mengelus perut saya."Glek!"Kan! Apa yang kupikirkan benar juga. Bayi itu pasti meminta keinginan yang tidak aku setujui.""Entahlah Tuan, dia sendiri yang menginginkannya.""Aku akan pikiran lagi, aku akan mengembalikan mangkuk ini ke dapur," ucapnya penuh tanggungjawab.Di tengah perjalanan ia bertemu Elisa. Wanita itu menghadangnya, dengan berdiri bertolak pinggang."Bagaimana Mas Lucas? Apakah kamu senang dengan permintaan Leona yang aneh itu!!?" Elisa membuang wajah sebal."Kenapa kamu bertanya seperti itu?? Ini kan semua permainan yang kau buat sendiri, Elisa?!" Pria yang sedikit menj