Share

Bab 4 Yang Baik Hanya Elisa

Elisa terkejut melihat kondisi Lucas tanpa mengenakan pakaian. Suaminya tidak pernah seperti ini sebelumnya—saat sudah keluar dari kamarnya, terlihat rapi dan bersih.

Bukan tentang itu yang saat ini dalam pikirannya. Rasanya pahit, kali ini ia tidak sanggup memperhatikan Lucas, apa lagi membayangkan kegiatan mereka tadi malam.

"Sayang ... ada apa denganmu? Kau tampak murung dan pendiam sekarang?!" Lucas mencoba ingin menc_ium bibirnya. Namun Elisa menolaknya.

"Maaf Mas, lebih baik untuk beberapa hari ini kau menjauhiku. Berikan waktu Leona tuk menjadi istri terbaik untukmu—"

Lucas tanpa segan menyambar bibir Elisa. Meski berusaha menolak, namun tak dibiarkan oleh Lucas.

"Cukup, Mas!" Ia mendorong tubuh suaminya.

"Ada apa denganmu??" Berpikir alasan istrinya bersikap cuek. "Oh, aku tahu pasti kamu cemburu kan? Tadi malam aku tidur di kamar Leona?! Bukankah permainan ini kau sendiri yang buat??" Lucas memegang kedua pipi Elisa agar tetap memperhatikannya bicara.

"Entahlah ... aku tidak bisa menjawabnya."

"Sudahlah! Aku katakan padamu, jika pernikahan ini adalah sebuah kesalahan. Cukup sekali untuk tadi malam dan aku tidak akan mengulanginya. Cinta dan sayangku hanya untuk istriku, Elisa. Percaya padaku."

Gegas pria itu memeluk tubuh istrinya dengan penuh kasih sayang. Merenggangkan pelukannya dan mencium keningnya berulang kali.

"Meski kamu tidak bisa memberikan aku keturunan, cintaku padamu tidak akan berkurang, Elisa. Kembalilah tersenyum."

Lucas memaksa Elisa untuk mengangkat sudut bibirnya, namun rasanya Elisa enggan melakukannya. Dadanya masih terasa sesak. Terlihat matanya berkaca-kaca. Saat akan menetes, gegas Lucas menyekanya.

"Hanya denganmu, setiap detik terasa istimewa dan berarti." Lucas mulai menggoda sang istri.

Karena rayuannya tidak mempan, ia mencoba menggodanya lagi dengan kata-kata indah.

Mencoba menjadi pujangga ia tak bisa. Hanya bisa merangkai kata pendek yang di copy paste dari aku beberapa sumber. "Ketahuilah Elisa. Cinta kita seperti bintang yang menghiasi langit, abadi dan tak terbatas." Lucas berkata serius.

"Tersenyumlah untukku, Elisa. Sungguh duniaku hancur jika melihatmu seperti ini. Kau tahu, saat kau tersenyum seakan dunia berhenti berputar."

Lama-lama Elisa tak tahan juga. Ia tersenyum melihat ulah konyol suaminya itu. "Gombal! Hehe, kamu belajar darimana merangkai kata-kata manis itu?!"

Lucas menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aku pernah membacanya dari jejaring sosial," akunya.

"Ya sudah. Berganti pakaian dulu gih!! Awas handuk itu jatuh!" Tunjuknya. Ia berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil setelan baju yang sudah rapih untuknya.

"Kalau jatuh, keenakan kamu nantinya." Pria itu tiba-tiba memeluk tubuh Elisa erat, mulai menggoda. Elisa sangat menyukai perlakuan Lucas seprti ini. Dibalik sikapnya yang dingin pada orang lain, namun saat bersama Elisa pria ini sangat lunak.

"Dasar!!" Elisa tidak bisa menahan tawanya.

"Setelah berganti pakaian, gegas sarapan. Ajak juga Leona. Kasihan dia pasti lapar. Terlihat kalian nyenyak sekali tidurnya sampai bangun kesiangan, mudah-mudahan saja wanita itu esok bisa bangun lebih pagi untuk membantu memasak." Elisa mencoba tidak memberikan pendapat baik tentang Leona.

"Aku tidak mau membicarakan wanita itu selagi kita berdua. Mood aku rusak gara-gara kau sering sebut namanya." Lucas tampaknya menyimpan kebencian terhadap Leona.

"Dia istrimu juga, Mas! Jangan berkata demikian."

"Sudahlah!! Aku muak mendengar kau membahas tentangnya!"

Setelah selesai berganti pakaian, merapikan rambutnya, Lucas keluar menuju meja makan. Selama tiga hari ia izin cuti. Semua pekerjaan kantor akan di handle dewan direksi.

Dua netranya melihat Leona berdiri di sisi ujung kursi, ia berusaha menunjukkan dirinya sebagai istri terbaiknya.

"Selamat pagi, Tuan Lucas. Mau saya bantu mengambil nasi dan lauknya?!" Terlihat ia sedang menuang air ke dalam gelas berkaki. Kemudian mendekatkan gelas itu ke arah Lucas.

Pria yang sedari tadi tidak merespon Leona, tiba-tiba meraih gelas lalu membantingnya ke lantai.

Jantung Leona berdebar-debar. Apa yang salah pagi ini sampai suaminya itu menunjukkan kebencian padanya.

"Aku tidak ingin melihatmu di sekitarku, pergi kamu dari sini!!" suruhnya dengan mengacungkan jari.

"Tuan, adakah perbuatan yang saya lakukan, salah?! Hingga Anda murka seperti ini?! Jika demikian, tegurlah saya, Tuan. Karena saya adalah istrimu juga."

"Shitt!! Jangan kebanyakan bicara, Leona!! Sampai kapanpun aku tidak akan mengakui mu sebagai istri. Semua karena permintaan Elisa!! Dia hanya menginginkan seorang anak, dan terpaksa aku menikahi mu!!" teriak Lucas menunjukkan wajahnya yang merah.

"Jadi jangan harap aku akan memperlakukanmu sebagai seorang istri. Jadi kubur mimpimu!!"

Lucas menghentakkan tangan di atas meja. Membuat Leona menjerit dalam hati. Ingin membendung airmata, namun ia tak sanggup menahannya.

Seluruh air matanya tumpah saat pria itu berdiri dan membanting kursi lalu pergi dari sana, mengurungkan niat untuk sarapan.

Beberapa saat kemudian terlihat Elisa berjalan cepat menuju ke arah Leona. Ia melihat wanita itu menangis.

"Leona, apa yang terjadi?" Ia membuka kedua telapak tangannya yang menutupi wajah.

Karena tidak sanggup melihatnya menangis, ia segera memeluknya.

"Nyonya, saya tidak sanggup hidup berdampingan dengan kalian—" ucapnya di iringi tangis.

"Kenapa kamu berkata demikian?! Sudah jangan menangis lagi ya?! Ada kabar baik untukmu—" ucap Elisa merenggangkan pelukannya.

"Apa itu Nyonya?!"

"Seluruh hutang ayahmu, sudah aku bayar lunas." Wanita itu tersenyum, berusaha menguatkan Leona.

"Lalu bagaimana dengan ayah saya?! Kapan ayah saya di keluarkan dari penjara?!"

Tidak terlihat Elisa mengangkat sudut bibir. Tanda harapan Leona belum terkabulkan.

"Untuk hal ini, aku minta maaf Leona. Aku masih harus mencari pengacara terbaik untuk membela ayahmu. Pengadilan belum memutuskan untuk mengeluarkannya." Wajahnya menunjukkan kekecewaan.

Karena Elisa sudah banyak membantu, ia merasa tidak sepantasnya membuatnya sedih. "Maafkan saya Nyonya. Seharusnya saya sangat berterima kasih atas bantuan Nyonya, tapi saya——"

"Sudah-sudah. Tidak perlu berkata apapun lagi, aku akan berusaha untuk tetap membantumu. Bersabarlah menjadi istri Mas Lucas, ya!?"

Leona menganggukkan kepala pelan. "Saya akan berusaha sabar, Nyonya."

"Ya sudah, kamu sarapan dulu. Hari ini aku ada acara di luar. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan minta tolong saja pada asisten rumah ya!!"

"Ya Nyonya, terimakasih."

Pagi itu ia berinisiatif untuk membantu pekerjaan assisten rumah. Ia bertemu beberapa asisten rumah selain Bibi yang tadi malam memberikan jamu untuknya.

"Mbak, sini saya bantu!!" Leona menawarkan diri pada wanita berseragam hitam untuk melanjutkan mengepel lantai.

Wajahnya terlihat tidak senang dengan keberadaan Leona di sana. Sejak awal, tatapannya tajam ke arahnya. Entah apa sebabnya, Leona pun tidak mengetahuinya.

"Akhirnya, paham juga posisimu di rumah ini!!" sungutnya membuat Leona kaget. Ia melempar gagang pel kerahnya.

"Maksudnya, Mbak?!"

"Jangan karena Nyonya Elisa baik terhadapmu, lantas kami para asisten rumah ini juga memperlakukan hal yang sama. Kamu di rumah ini sama seperti kami, sama-sama babu, jadi jangan anggap kau di rumah ini sebagai Nyonya ataupun juragan!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status