Share

Ayah CEO

Teman-teman Jevano undur diri saat adzan maghrib berkumandang. Mereka berpamitan kepada Jevano karena Juwita masih menerima telepon dari manager-nya. Jevano mengambil tasnya dan membawa benda tersebut ke kamarnya. Hatinya bimbang. Ternyata bersekolah di tempat elit lebih menyusahkan dari pada yang dia pikirkan. Kalau begini, mending dia bertahan saja di sekolah umum. Ah, tapi sepertinya dia malah tidak bersyukur kalau mengeluhkan hal ini.

Jevano merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Mau belajar juga masih malas. Mau bermain game juga tangan yang bisa dia gunakan hanya satu. Jika dia menggunakan jemari dan menggerakkannya, dia bisa merasakan sakit di pergelangan tangan. Hanya satu saja yang bisa dia lakukan, mendusel sang bunda. Tapi, dia langsung ingat kalau bundanya sedang sibuk. Astaga, bosan sekali.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status