Share

PUNYA SAINGAN

"Mama!"

"Mama!"

Teriakan Nindy dan Hamdi bergantian memanggilku. Tapi wajah si bungsu langsung berubah murung, lalu menangis setelah menyadari wajahku yang ada di layar ponsel Anjeli.

Maafkan Mama Nak!

Tidak tega rasanya melihat mereka.

"Hamdi nggak boleh nangis, hari Sabtu Mama pulang ya sayang!" bujukku.

Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Aku menyesal karena sudah menghubungi mereka dan malah membuat keduanya menangis melihatku.

"Enggak usah VC Bu, Jani nggak kuat!"

Aku melambaikan tangan. Rasanya lebih dari uji nyali ini mah!

Kumatikan panggilan video dan menggantinya dengan panggilan suara.

"Ibu kenapa kasih tau Aa Hadi, kalau Jani pindah ke sini?" tanyaku pada Ibu, masih dengan suara terisak. Kudengar, suara Hamdi juga masih menangis memangggilku.

"Maaf Teh, dia ke sini waktu Teteh lagi ngelamar kerja. Ibu nggak bisa bohong," jelas Ibu.

"Apa Ibu tau kalau Aa Hadi ikut pindah ke sini?"

"Ah, masa si Teh?"

Dari suaranya, aku yakin, Ibu pura-pura tidak tahu.

"Bener Bu, Jani aja—"

"Ya u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status