Felisha pun mengerang memanggil nama Clay berkali-kali. Melihat Felisha menikmati percintaan mereka, Clay mengangkat tubuh Feli dan menghentakkan miliknya dengan cepat ke dalam tubuh Feli.Hingga akhirnya Felisha mencapai pada puncaknya dan memeluk erat tubuh Clay dengan erat. “Ceraikan Kevin, agar kita dapat melakukan ini setiap hari, tanpa perlu bersembunyi-sembunyi lagi.”Felisha langsung terbelalak mendengar tuntutan dari Clay. “Aku, aku akan memikirkannya,” lirih Felisha sambil mendesah saat Clay justru mengulum puncak dadanya secara bergantian.“Apakah kau akan menolak kenikmatan yang aku berikan ini? Hanya demi mempertahankan pernikanmu yang terasa hambar? Feli, hanya aku satu-satunya pria yang kau cintai, bukan Kevin!” Clay terus mempengaruhi dan menuntut Felisha.Felisha hanya bisa membenarkan segala yang diucapkan oleh Clay. Kali ini ia terdiam, mengatupkan bibirnya lalu kembali memejamkan matanya dan membiarkan Clay menikmati tubuhnya. Hingga, mencapai pada puncak percintaa
“Sebegitu bencikah, kamu kepada aku? Hingga, harus diterangkan panjang lebar oleh Kevin untuk membuatmu mau pergi bersama denganku?” tanya Damian sambil mendengus kesal menatap Sesil.Sesil juga langsung menoleh dengan tatapan nyalang. Ia melihat rahang Damian mengeras. “Ya, tentu saja!” desis Sesil.“Bagaimana mungkin, aku tidak benci sama manusia pagar makan tanaman seperti kamu,” sambung Sesil dengan emosi.“Kalau aku pagar tanaman. Sebutan apa yang pantas untuk kamu?” tanya Damian dengan suara tegasnya.“Pelakor? Atau apa?” sambung Damian membuat wajah Sesil memerah.“Kau!” bentak Sesil dan Damian saat itu baru saja memarkir mobilnya masuk ke dalam parkiran lokasi proyek.Terilihat di sana ada mobilnya Adiba. Wanita cantik asal Istanbul itu lalu melambaikan tangan ke arah mobil Damian. Sebuah senyuman cantik nan jelita pun membuat dada Sesil memanas, apalagi saat Damian langsung keluar tanpa menghiraukannya dan membalas lambaian tangan Adiba.Tergesa Sesil segera mengikuti Damian
“Apa urusanmu? Aku mengejar seorang wanita single dan itu adalah hak aku. Aku bukan kau, Sesil! Aku bukan orang gila yang mau merusak rumah tangga orang lain!” gantian Damian kali ini yang membentak Sesil.PLAK!“Aku benci kau, Damian!” teriak Sesil bersamaan dengan melayangkan sebuah tamparan yang membuat pipi Damian langsung merah.Damian biasanya akan marah atau dia akan mengajak Sesil kembali berdebat. Tapi kali ini, Damian memilih untuk mengunci bibirnya, ia tidak mau banyak bicara. Tidak lama kemudian terdengarlah suara deru kendaraan dan Damian segera menginjak pedal gas tanpa melihat Sesil sama sekali.Sepanjang jalan Sesil dengan tersiksa dengan suasana hampa di dalam mobil dan tidak ada satu pun yang berniat berbicara. Sesekali Sesil menoleh marah pada Damian, tapi Damian memilih tetap menatap luruh ke depan.Hingga sampailah mereka ke mansion Kevin. Damian turun dan berjalan dengan santai menuju ke dalam diikuti oleh Sesil dengan langkah sedikit berlari. Ia mengejar Damian,
BAB 69. Lupakan Felisha.“Kevin, mari kita bercerai saja,” seru Felisha saat kedapatan baru pulang tengah malam oleh suamianya.Kevin lalu berjalan dan menyalakan lampu kamarnya, ia melihat Felisha yang sudah basah kuyup dan tampak ada beberapa bekas kissmark di leher Feli. Hati Kevin ngilu, tapi dia sudah siap untuk merelakan istrinya.Dia sudah siap untuk menghadapi cemooh banyak orang, terutama Clay yang akan berpikir menang dan cibiran dari mamanya Garini. Tidak banyak bicara, Kevin mengambilkan sebuah jubah mandi dan membungkus tubuh Felisha yang gemetar kedinginan.“Mandilah dengan air hangat, semua berkas pengajuan cerai sudah aku siapkan di ranjang. Aku sudah tanda tangan dan kau tinggal melengkapinya dengan tanda tanganmu.”“Setelahnya, aku akan membawa Mira pergi dari mansion ini, jika kau ingin bebas dariku untuk terus bersama Clay tanpa harus mengendarai kendaraan ke Bandung. Perjalanannya panjang dan berbahaya hanya untuk menghabiskan waktu di atas ranjang,” ucap Kevin me
“Felisha, Clay! Selamat yah. Kami tunggu undangan pernikahan kalian,” ucap salah seorang sahabat kantor mereka. “Eh, Makasi yah. Sana makan dulu, acaranya buat anak-anak muda sampai pagi, santai aja.” Clay terlihat sangat bahagia begitu juga dengan Felisha. Semakin malam acara mereka semakin ramai dihadiri oleh teman-temannya. Bukan hanya teman-teman Clay, tetapi juga ada juga banyak temannya Kevin yang saat ini sedang meneguk minuman alkohol termahal. “Clay! Selamat atas pertunangan kamu, adikku! Sini dong, kita minum bareng,” panggil Kevin sambil tersenyum miring. “Kev! Aku nggak bisa minum banyak, nanti nggak ada yang ngantarin Felisha pulang,” kekeh Clay lalu mengambil satu sloki yang sudah dituang penuh minuman berwarna coklat oleh kakaknya. “Santai aja. Ada, banyak orang di sini yang bisa ngantar tunangan kamu pulang, ada aku juga kan. Masa, kamu nggak percaya sama aku, kakak kandungmu sendiri. Ayolah, dua bulan lagi, kamu bakal ngelangkahi aku nih. Jadi malam ini, kamu har
“Aku di rumah temanku, Clay. Aku masih agak tipsy, aku rehat dulu yah,” jawab Felisha berusaha setenang mungkin.“Syukurlah kalau begitu. Nanti malam jadi ke Penthousenya Bang Kevin yah, sekalian temanin aku untuk ngasih lay out Gedung buat acara pernikahan kita nanti,” ucap Clay.DEG!Jantung Felisha seperti dihantam bongkahan balok, ia melirik Kevin yang masih menatapnya tajam dengan seulas senyuman di bibirnya sambil melilpat kedua tangannya di dada.“Lihat nanti yah, aku lanjut tidur lagi Clay, bye …,” pamit Felisha berusaha menyudahi panggilan telepon dari tunangannya.“Hem, selamat beristirahat calon istriku. I love you, Felisha Gantari,” ucap Clay dengan mesra.“I love you too,” jawab Felisha lalu buru-buru memutuskan sambungan teleponnya.Felisha tak kuasa menahan tangis, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Nafasnya tersengal-sengal, apa yang sudah terjadi pada dirinya adalah sebuah bencana dan aib.“Ternyata, kamu pinter bohong juga yah?” kekeh Kevin tidak ber
“Yang aku mau adalah kamu datang ke kantor ini dua hari sekali mulai besok. Semua credit card yang ada di dompetmu serahkan kepadaku, jangan ada yang tertinggal satu pun. Mulai hari ini, kamu pakai black card ini, agar aku tau semua barang yang kamu belanjakan.""Jika, kamu tidak hamil maka aku akan melepaskanmu dan tidak akan mengganggu pernikahamu dengan Clay. Tapi, jika kamu hamil, kamu wajib untuk membatalkan pernikahan kalian. Untuk sementara itu yang aku mau.” Kevin lalu menaruh sebuah clack card di atas mejanya.Felisha melirik benci kepada Kevin. Dia masih belum begitu percaya dengan ancaman tentang video yang dikatakan oleh Kevin. Sekali lagi, Feli mengumpulkan keberaniannya dan angkat bicara kepada calon kakak iparnya itu.“Aku, tidak percaya dengan video yang kamu katakan. Bisa saja itu hanya karanganmu belaka, untuk mengancam aku.” Feli kembali mendengus.Kevin hanya menggeleng sambil tertawa. Ia lalu membuka ponselnya dan tidak lama, suara notif pesan terdengar di ponsel
“Tuan, hasil ini negative, tapi ada semburat garis ke dua. Apa saya boleh melakukan test sekali lagi? Mungkin pakai tespek ini saja,” jawab Dokter sambil memberikan sebuah testpek yang kelihatannya lebih canggih dari testpek yang sebelumnya.“Tidak! Aku tidak mau test lagi. Aku juga sudah tidak kebelet buang air kecil kok. Ngapain, aku test lagi,” tolak Feli bersiap meninggalkan kantor Kevin.“Berani kamu keluar dari ruangan ini, aku langsung kirim video kamu di group chat keluarga! Coba saja, kalau berani!” ancam Kevin terdengar tidak main-main.Nyali Feli seketika itu juga ciut. Ia lalu kembali duduk dan menatap sebal kepada Dokter yang sedang menyodorkan sebuah testpek baru.“Kenapa aku harus test lagi kalau memang tadi sudah negatif. Dokter sengaja mau ngerjain saya, yah?!” bentak Feli tidak terima.“Maaf, Nona. Karena Anda melakukan test kehamilan tidak pada saat pagi hari atau saat urine pertama. Maka hasilnya bisa saja kurang akurat.""Atau, kalau Nona tidak bisa buang air keci