“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama. “Tolong Kevin, dengan mengirimkan Clay ke luar negeri Mama. Pernikahanku dengan Felisha juga tidak perlu dirayakan, aku hanya butuh pernikahan yang sah di mata agama dan negara. Itu sudah lebih dari cukup. Suruh Clay untuk mengambil S2 di luar negeri, setelahnya aku akan memberikan akses untuk Clay memegang Perusahaan cabang yang ada di eropa atau di amerika, terserah Clay mau yang mana,” pinta Kevin. Ia tau kalau hal ini pasti berat untuk keluarganya. Tetapi untuk saat ini, keputusan mengirim Clay keluar negeri adalah pilihan yang terbaik. Garini tidak dapat berbicara banyak, ia segera menganbil ponselnya. “Ando, tolong pesankan tiket ke London untuk besok malam atas nama anakku Clay Bimantoro Sanjaya dan atas namamu. Tugasmu adalah memastikan Clay melanjutkan pendidikannya di London selama dua tahun ini,” tit
Garini menutup wajahnya dan menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia menangis histeris, ia tidak percaya kalau Clay pernah membunuh seorang wanita. “Itu adalah awal Clay bertemu dengan Felisha. Mereka baru pacaran sekitar dua bulan. Kevin memanggilnya dan menanyakannya perihal kejadian kelam dan aib ini. Clay mengakuinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi sayang, sebelum pertunangan terjadi, Kevin kembali menemukan ini.” Sebuah rekaman pada sebuah flashdisk Kevin berikan kepada Garini. “Ap aini?” tanya Garini, ia takut mengambil flashdisk dari tangan anaknya itu. “Ini, adalah bukti perselingkuhan Clay, Ma. Dia bahkan mengadakan pesta pora ala Sodom dan gomora. Kevin juga tidak sanggup untuk menjelaskannya secara gamblang, semua ini adalah alasan kuat Kevin merebut Felisha dengan menjebaknya,” akuh Kevin kepada Garini. Flashdisk yang sempat ia pegang, Garini kembalikan kepada Kevin. “Mama, akan menjauhkan Clay dari kehid
“Katakan apa rencanamu?!” desis Kevin. “Rencana?! Rencana apa maksudmu? Oh! Aku mau menghubungi Clay kalau kau tidak ada di sini!” Felisha tidak kalah sinis menjawab Kevin. Emosi Kevin langsung terbakar saat itu, suara pecahan piring pecah membuat Felisha terjingkat. Ia melihat Kevin membanting piring tersebut hingga pecahannya berhambur di seluruh lantai dapur kering. Tubuh Felisha gemetar karena ketakutan, apalagi saat tatapan tajam nan gelap menusuk batin Felisha. Bibir Kevin juga hanya berbentuk segaris lurus dan sesekali mengertakkan giginya menahan deru nafas yang masih terdengar di telinga Felisha. “Jangan pernah pancing emosiku seperti ini lagi. Aku bukanlah manusia seperti ini, jangan membuat aku kasar dan arogan kepadamu.” Suara Kevin bergetar begitu juga dengan tangan yang baru saja mengelus wajah Felisha. Felisha langsung memalingkan wajahnya, ia tidak sudi disentuh oleh pria yang sudah menghancurkan masa depa
Kalau pagi itu menjadi bagian dari pagi yang buruk bagi Felisha, maka pagi itu juga menjadi sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata bagi Clay. Tepat jam lima pagi mobil Ando Sigit beserta empat mobil pengawalan sudah menunggu Clay Santoso. Tidak ada informasi apapun yang diterima oleh Clay, hingga saat melihat kedatangan mereka Clay merasa curiga kalau dirinya pasti akan diungsikan dari negara ini. “Selamat pagi, Tuan,” sapa Ando sambil menunduk hormat kepada Tuan Muda Santoso yang tampak sangat kacau pagi itu. “Ada apa kalian ke sini? Pergilah, aku tidak butuh di jaga. Aku hanya butuh sendiri untuk saat ini,” usir Clay sambil menyugar rambutnya yang tampak tidak karuan pagi itu. “Tuan, ikutlah dengan kami. Anda ditunggu oleh Nyonya Besar di Jakarta,” ajak Ando menatap prihatin Clay yang sejak kecil sering bermain dengannya. “Katakan kepada Mama, aku tidak mau ke Jakarta. Biar aku istirahat di Bandung saja. Aku tidak mau kemana-mana.
“Mama, tidak mengusirmu. Tapi, Mama mau mengantarmu ke London untuk menempuh Pendidikan. Lupakan Felisha dan hiduplah baru di sana. Kamu boleh pulang ke Indonesia kalau sudah lulus pasca sarjana di sana dan sudah melupakan Felisha. Sekarang naiklah, Mama tidak mau mendengar bantahan apapun. Clay, pergilah dengan Mama dan Ando.” Garini sadar jika keputusannya ini pasti akan menyakiti hati anak bungsunya. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa berbuat banyak, kalau Clay tetap berada di Indonesia bisa dipastikan akan terjadi perang saudara. Semakin memikirkannya semakin Garini merasa benci kepada Felisha. Walau sebenarnya Felisha tidak bersalah dalam kasus ini. “Jadi benar dugaanku, kalian memang ingin menjauhkan aku dari Felisha. Minimal berikanlah aku waktu dan kesempatan untuk bertemu Felisha yang terakhir kali. Aku perlu penjelasan dan alasan mengapa dia membatalkan pernikahan ini secara sepihak. Aku harus minta penjelasan, Ma,” lirih Clay. Garini
“Syaratnya, ketika kamu ikut denganku, pergi dan temuilah Clay. Katakan kalau kamu membatalkan pernikahan ini karena kamu memang mengkhianati Clay, tanpa harus menyebut siapa ayah dari bayi didalam kandunganmu itu! Kalau kamu melawanku dan berani menunjukkan rasa cintamu kepada Clay. Aku bersumpah akan menghancurkan seluruh keluargamu, Felisha!” ancam Garini. Luruh sudah air mata Felisha mendengar syarat dan ancaman yang bertubi-tubi menghancurkan harga diri serta harapannya. Bibirnya hanya bisa bergetar tanpa sanggup mengucapkan sepatah kata apapun. Dibiarkannya kristal bening berjatuhan tiada henti membasahi lutut Garini. “Seka air matamu itu, aku tunggu kau di bawah! Cepatlah, kami tidak memiliki banyak waktu!” bentak Garini lalu melengos melihat Kevin yang menatap Felisha penuh kekhawatiran. Kevin lalu berdiri menghampiri Felisha yang masih mematung sambil berlutut di tempat Garini duduk tadi. "Feli bersiaplah, aku akan mengant
"Clay berhentilah berharap, Aku tidak perlu berbicara panjang lebar. Di foto ini tertera namaku dan tanggal pemeriksaan terakhir. Kamu tahu ini apa kan? Aku memang mengkhianatimu, pergilah, lupakan aku, seperti aku yang telah melupakanmu." Felisha menguatkan dirinya memberikan hasil USG yang kini telah berpindah tangan. Mata Clay berkaca-kaca, melihat nama dan tanggal pemeriksaan yang tertera di hasil USG tersebut. Ia lalu meremas kuat hasil USG itu dan mengusap wajahnya dengan kasar. “Apa kamu tidak mau menggugurkannya? Jika kamu mau menggugurkannya aku masih mau menerimamu apa adanya,” balas Clay penuh harap sambil melangkah mendekati Felisha. “CUKUP! Kamu minta bukti, Mama sudah tunjukkan bukti, sekarang segera naik ke atas pesawat dan kita pergi dari sini!” cegah Garini langsung menghadang Clay dengan berdiri di antara mereka. Clay hancur, ia tertawa miris dan frustasi tampak jelas di wajahnya. “Aku, akan kembali mencarimu. Suat
Kedua tatap mereka saling bertemu, bukannya tersenyum dan menghampiri. Felisha justru membuang muka dan mengambil piring di meja makannya. “Aku, makan di kamar saja.” Sambil melipir tidak perduli. Kevin sudah biasa melihat tingkah Felisha. Sempat ia berpikir, apa perlu dirinya memakai cara keras lagi agar Felisha mau sedikit saja memandangnya sebagai suami? Tapi, setiap kali ia mau bertindak, Kevin selalu saja mengurungkan niatnya. Dia tau semuanya akan menjadi percuma, lagian ada bayi yang harus diprioritaskan saat ini. Kevin lalu mengangkat box bayi tersebut dan memasukkannya ke dalam kamar. Kali ini dia tidak lagi terlalu menghiraukan sikap Feli yah culas, baginya sudah menjadi biasaan dan sudah sewajarnya karena Felisha masih belum tau apa alasan dibalik tindakan gilanya. Tindakan yang dipilih untuk menjebak calon adik iparnya sendiri. Sambil membuka laptopnya Kevin melihat aktivitas yang dilakukan oleh Felisha di dalam kamar.