“Apa kabar?” tanya Damian sambil menatap teduh wajah Sesil yang ini terlihat lebih jarang tersenyum.“Baik,” jawab Sesil lalu berjalan meninggalkan Damian di belakangnya.Dengan langkahnya yang tenang Damian mengikuti Sesil ke mana pun ia pergi. “Berhentilah mengikutiku,” protes Secilia dan menghentikan langkahnya.“Beri aku kesempatan untuk menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi tahun lalu,” cegah Damian pada Sesil sambil memegang pergelangan tangannya.“Untuk apa?! Antara kamu dan aku sudah selesai, Damian. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi,” ucap Sesilia dan segera berjalan kembali menuju ke lift untuk segera pergi dari kantor Sanjaya group.Ia berencana untuk mengunjungi penthousenya Kevin. Tapi, Damian justru ikut masuk ke dalam mobil milik Sesil tanpa ijin dari wanita itu.“Keluarlah, Damian! Aku tidak mau lagi berurusan denganmu,” dengus Sesilia hendak keluar dari mobilnya dan menarik Damian keluar dari mobilnya tersebut.Lagi-lagi, Damian menggagalkan usahanya Sesilia unt
“Sesil, berikan aku waktu satu jam saja untuk menjelakan semuanya,” lirih Damian.“Jangan bermimpi, Damian! Seperti yang sudah aku katakan, tidak ada lagi yang perlu aku dengar darimu dan aku juga tidak mau mendengar apapun!” tegas Sesil. “Benarkah? Kau tidak mau mendengar apapun dariku untuk yang terakhir kalinya?” tanya Damian sambil berjalan dua langkah ke depan dan mengikis jarak di antara mereka.“Tidak, aku tidak mau mendengarnya,” jawab Sesila dengan tegas terdengar tanpa ragu bergetar.“Baiklah, kalau begitu aku tidak akan memohon lagi. Apapun yang kau sanggakakan padaku, semya itu tidak benar. Clay yang bekerja sama dengan Chloe untuk memasukkan obat tidur di dalam minumanku di malam pertunangan kita,”“Dia juga yang mengambil foto seolah aku dan Chloe sedang bercinta, kau tau … kalau aku tidak pernah suka posisi woman on top. Harusnya dengan melihat gambarnya saja, kau bisa menebaknya. Aku tidak mau memperpanjang kata, Sesil. Aku juga memiliki batasan untuk terus berusaha me
“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Adiba ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Damian, mungkin saja dirinya bisa belajar banyak dari Damian.“Memperjuangkannya dengan cara yang benar, karena aku tau … memiliki seseorang tidaklah sama seperti saat kita memiliki barang yang kita inginkan,” jawab Damian tersenyum dan kembeli melemparkan tatapan sendunya.Adiba kembali terhenyak. “Tapi, bagaimana kalau aku menjadi sangat cinta dengan pria tersebut? Aku ingin memilikinya dan bersedia merawat anaknya dengan baik,” sahut Adiba ingin meminta pandangan dari Damian yang lebih berpengalaman.“Nona Khai, percayalah … itu bukan cinta. Itu adalah obsesi dan ambisi. Jika anda mencintai seseorang, anda tidak akan menghancur untuk kembali membangun. Tapi, anda akan mencari sebuah tempat yang baik, mungkin lahan kosong yang terbengkalai,”“Lalu dibersihkan dan dibangun menjadi se
“Di mana Felisha?” tanya Kevin dan tidak lama kemudian suara Felisha menyahut.“Aku, di sini,” jawab Felisha ternyata lagi masak untuk Kevin.Kevin menatapnya datar dengan hati yang tecabik-cabik. “Kenalkan, ini adalah Pak Hendri Kuswanto. Pengacara yang akan membantumu jika kau akan mengajukan gugatan cerai,” terangnya seraya memperkenalkan pria yang berada di sampingnya.Wajah Felisha pun pias ia terkejut ternyata Kevin memang membawa seorang pengacara ke dalam rumahnya. Ia mengira selama ini jika Kevin hanya berbicara asal saja, mau tidak mau Felisha pun akhirnya mengulurkan tangan dan berkenalan dengan pria yang bernama Pak Hendri Kuswanto tersebut.Bi Darmi yang melihatnya pun menahan kegundahan di hatinya. “Tuan, mari masuk dan duduklah dulu. Saya buatkan minuman. Nyonya, mau minum apa?” tanya Bi Darmi untuk mencairkan suasana.Felisha tidak menjawab, tetapi ia langsung berbalik dan duduk di sofa ruang tamu diikuti oleh Pak Hendri dan suaminy
“Pertanyaan macam apa ini Kevin? Kamu membuatku hancur, kau juga membuatku ketakutan selama ini. Lalu kini kau mengajukan pertanyaan yang justru menjebakku.” Felisha tidak kuasa menahan tangis.“Aku tahu kamu pasti bingung harus menjawab apa. Karena sebenarnya hatimu masih sangat mencintai Clay. It's okay, Felisha. Take your time, pikirkan segalanya baik-baik. Mintalah saran kepada kedua orang tuamu dan datanglah kembali dengan keputusan yang akan kau ambil,” ucap Kevin dengan lembut.Setelah perbincangan yang cukup alot pada hari itu, Kevin memilih untuk menuju ke mansionnya. Di sana ia memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membersihkan area mention utama.Sementara sesuai dengan sarannya Kevin, Felisha pun keesokan harinya bergegas menuju ke rumah keluarganya. Ia datang tanpa janji, dengan kedua mata yang sembab, Felly sama membunyikan bel rumah.Buru-buru seorang pelayan membuka pintu tersebut. “Nona,
“Kita wanita, tidak boleh egois, pikirkan dan camkan ucapan Mama baik-baik,” tegas Betari lalu meninggalkan keduanya.Hadi pun terpaku dan terdiam, tenggorokannya tercepat, ia menatap Felisha lalu mengusap wajahnya dengan kasar. “Kau tidak perlu terlalu memikirkan apa yang diucapkan oleh mamamu. Percayalah pada hatimu, carilah kebahagiaanmu sendiri, Nak. Papa mendukung hubunganmu dengan Clay.”Mendengar pendapat kedua orang tuanya yang tidak selaras, bahkan sempat terjadi perseteruan di hadapannya. Felisha pun semakin ragu untuk mengambil sebuah keputusan, ia pulang kembali ke penthouse dengan pikiran yang kosong.Ia masih belum menemukan jawaban apapun, ucapan Betari tentang peran seorang wanita terngiang-ngiang di pikirannya.Sedangkan ucapan Hadi tentang bagaimana dirinya yang selama ini selalu berkorban dan menderita serta korban perasaannya pun, terngiang-ngiang.Seolah kedua pendapat itu saling berlawanan satu sama lain. “Apa Mira sudah tidur?” tanya Felisha.Bi Darmi mengganggu
“Apa maksudmu? Aku, tidak mengerti,” tanya Sesil.Clay tersenyum lebar. “Kembalilah ke mansion malam ini, kau dan aku adalah pemenangnya. Kevin akan membawa Felisha dan anaknya untuk tinggal di mansion bersama dengan kita. Kau, tahu kan apa itu artinya.”Sesil pun terbelalak, ia tidak percaya dengan keputusannya Kevin yang membawa keluarganya justru masuk ke dalam sarang penyamun.“Apa, kau tidak salah dengan informasi yang baru kau sampaikan kepadaku?” Sesil bertanya ragu pada Clay.Clay kembali tergelak. “Apa, kau tidak percaya denganku? Sejak kapan aku salah memberikan informasi padamu,” ucap Clay penuh dengan percaya diri.Sesil segera beranjak dari ranjangnya. “Baiklah, aku akan berangkat malam ini juga. Tunggu aku di sana, Clay. Ingat, kau dan aku yang bekerja sama. Jangan biarkan aku sendiri menghadapi Kevin, kau tahu kan bagaimana kakakmu itu sangat sulit untuk ditaklukan.” Sesil mendesah lelah.Clay pun tertawa. “Sesilia, untuk mendekati Kevin itu ada caranya. Saranku, mulail
Kevin hanya menatap datar adiknya dan mempersilahkan mereka semua duduk. Yang menjawab Clay juga hanya Sesil saat itu. “Pagi Clay,” sapa Sesil.Clay menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah mencari-cari ada yang kurang. “Abang Kevin, di mana kakak iparku?”Tidak lama kemudian, keluarlah Felisha dengan wajah yang gugup. Ia menggendong Mira dan hanya menghampiri meja makan itu tanpa berniat untuk duduk bergabung bersama dengan suami dan para penghuni lainnya.“Aku, akan menyuapi baby Mira di taman belakang, Abang Kevin. Kalian, makanlah lebih dulu. Tidak perlu menunggu aku,” ucap Felisha hanya menatap Kevin, lalu tersenyum kepada Damian dan Sesil.Felisha yang gugup setengah mati, memilih untuk membuang muka dan tidak melihat Clay. Melihat Ttingkah Feli, Clay justru tersenyum. Baginya, semakin Felisha menghindarinya. Semakin, Clay yakin jika Felisha masih mencintainya.Begitu juga dengan Kevin, ia sadar akan sikapnya Felisha. Ia tahu jika istrinya diambang keraguan, dan dirinya pun terlalu