Kepulangannya tadi tujuannya hanya untuk mengambil jurnal pentingnya. Kebetulan taksi yang ditumpanginya belum terlalu jauh dari rumah jadi Shine memutuskan kembali. Tapi apa yang dilihatnya di dapur setelah mengambil jurnalnya adalah sesuatu yang mengagetkan.Shine melihat jelas Zaf mencium kakaknya meski hanya sekilas dan itu menimbulkan kemarahan di dalam dadanya hingga menyebabkan air matanya mengalir. Jadi Zaf tetap mencari pembuktian."Shine—" Shine berhenti di halaman rumah saat mendengar seruan Zaf. "Jangan pergi. Aku bisa menjelaskannya."Lalu dia berbalik, melihat Zaf yang diliputi rasa penyesalan. Tapi laki-laki di depannya ini tidak menganggapnya seperti yang seharusnya jadi dia berhak untuk marah."Aku hanya bingung, apa alasan sebenarnya kau begitu penasaran dengan wanita bertopeng itu sampai kau mencarinya bertahun-tahun ini dan tidak bisa melupakannya bahkan di saat kau sudah memiliki istri sekalipun, kau masih memikirkannya. Tolong jelaskan supaya aku mengerti dengan
Shine menggelengkan kepala, "Tidak semudah itu Zaf. Aku sudah peringatkan padamu dan kau melanggarnya. Jadi—" Zaf berdiri tanpa daya dengan tatapan memohon agar Shine tidak mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya. "Sepertinya kita berdua masih belum memahami betul apa itu arti menikah dan berumah tangga. Semuanya tentu bukan hanya tentang selalu bersama dan juga sex. Ada hal yang jauh lebih besar dari hal itu. Pengertian, kepercayaan, kejujuran, perasaan takut kehilangan dan banyak lainnya." "Kita bisa melakukannya bersama. Jangan katakan kalau kau—" Shine mengambil napas panjang, "Lebih baik kita berpisah. Biarkan aku pergi dan kita renungkan semuanya sendiri-sendiri." "Tidak!" Zaf menolak keras. "Aku memang salah tapi kita tidak harus berpisah." "Ini penting bagiku, Zaf." Shine mengusap air matanya dengan tangan. "Sama seperti kau tadi yang butuh pembuktian." "Aku tidak bisa, Shine. Aku mohon. Kita akan menikah ulang dan bulan madu sebentar lagi." "Lupakan hal itu karena aku
Sebulan kemudian,Zafier tidak bisa menggambarkan betapa dia sangat tersiksa sendirian akibat ditinggalkan Shine Aurora. Setiap malam dia gelisah, sisi tempat tidur sebelah kanannya terasa dingin dan aroma Shine samar-samar masih tertinggal membuatnya menggigil kedinginan akibat rindu yang tertahan. Sebelum tidur, Zaf selalu berharap saat bangun nanti, Shine ada di sampingnya sedang memeluknya dengan erat dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja dan kesakitannya ini hanyalah mimpi buruk belaka yang akan hilang saat fajar datang. Namun, setiap pagi kenyataan menamparnya dengan keras, dia tetap sendirian, pertanda kalau Zaf memang harus menanggung karmanya.Hidupnya terasa begitu berbeda. Padahal sebelum bertemu dengan Shine, Zaf memang selalu sendirian. Tidak peduli sahabat atau saudaranya sudah berpasangan, dia lebih nyaman dengan statusnya yang lajang dan tanpa ikatan. Kalau membutuhkan sex, dia tinggal datang ke club dan terbangun keesokan harinya bersama seorang wanita. S
Satu Tahun kemudian, New York, Amerika Serikat "A hundred days have made me older, Since the last time that saw your pretty face." Zafier menghembuskan napas panjang. Kalau saja dia tidak mengenal dua lelaki gila yang ada di kanan kirinya, sudah dia tendang dari tadi karena membuatnya semakin terlihat mengenaskan dengan lagu yang mereka nyanyikan. "A thousand lies have made me colder, And I don't think I can look at this the same" Mengabaikan lagu yang menusuk itu meski terdengar indah. "But all the miles that separate, Disappear now when I'm dreaming of your face." New York sedang dilanda musim gugur sejak Zafier datang sebulan yang lalu. Tidak heran di sepanjang jalan, daun jatuh berguguran dan angin berhembus cukup kencang. Sudah cukup lama, Zaf tidak menikmati dinginnya New York semenjak dia menetap di Indonesia yang hanya memiliki dua musim dan menjadikannya rumah karena di sanalah Shine Aurora berada. Central Park cukup ramai meski tidak seramai saat musim panas. Entah ap
"Aku tidak bisa pergi mencarinya," desah Zaf, mengedarkan pandangan dengan napas berat. "Aku benar-benar harus menunggu dia pulang dan meresapi penyesalanku." "Tapi kau bisa melacaknya, di mana dia berada dan memastikan dia baik-baik saja agar kau tenang." Zafier hanya diam, di bulan-bulan pertama dia memang ingin melakukan hal itu tapi setelah dipikirkan, dia menyadari kalau Shine pergi memang karena salahnya jadi seharusnya, dia menerima saja hukumannya dan mencoba bersabar. Dia yakin Shine akan kembali untuk mengakhiri penderitaannya ini. "Aku ingin melakukannya tapi tidak aku lakukan karena aku pantas mendapatkan ini semua." "Bagaimana keluarganya? Dia pasti masih bertemu dengan mereka kan?" Tanya Alva. Zaf mengangguk, "Kakak dan Mamanya menyusul ke tempat dimana dia berada. Aku belum bertemu mereka lagi." "Kalau begitu, bersabarlah," ucap Alva seraya tersenyum. "Sebelum ini kalian sudah mengalami banyak hal berdua untuk bisa bersama. Dia pasti memikirkan juga hal itu dan ke
Mansion Keluarga Smith New York, Amerika Serikat "Aku tidak menyangka akan melihatmu di sini." Zaf menyesap winenya, memandangi keramaian pesta dansa yang ada di lantai bawah. "Apa kau butuh wanita supaya tidak terlihat kesepian?" "Pergilah Keenan Smith!" Usirnya tanpa menoleh. Tentu saja Keenan Smith tidak peduli dengan tanggapan Zaf. Kellan dan Jenna sedang mengadakan pesta topeng di Mansion keluarga Smith. Hubungannya dengan Keenan, kakaknya Kellan tidak pernah baik sejak dulu terlebih setelah keterlibatannya dalam menyelamatkan Azalea. "Sebaiknya kau pikirkan anakmu saja!" Ucap Zaf. "Jangan urusi urusan orang lain!" "Oh dia baik-baik saja. Menikmati hidupnya sebagai Pewaris keluarga Smith karena Jenna mengandung anak perempuan. Aku sedang sibuk mencarikan dia Mama baru." Zaf mencebik, "Aku tahu status dudamu tidak akan menghentikan kebiasaan brengsekmu dulu." Keenan menatap Zaf, "Aku dengar, istrimu pergi!" "Itu bukan urusanmu!" "Sayang sekali—" cibirnya. "Tapi aku sen
Rasanya seperti berada diantara ketiadaan. Bukan hanya fisiknya yang terasa sakit namun juga jiwanya. Bagaimana pada akhirnya, dia menyerah dan memilih menenggelamkan diri dalam kesengsaraan karena dilihatnya, wanita yang dicintainya tidak bersedia untuk mengakhiri penderitaanya. Mungkin, kesalahannya memang tidak bisa dimaafkan. Shine hidup dengan anggapan kalau lelaki playboy sama saja dengan pendosa yang sulit untuk mendapatkan pengampunan. Karena itulah selama ini dia mengeraskan hati, menjauhi tipe lelaki sejenis Papanya karena dia tahu, kalau berurusan dengan lelaki seperti itu, hidupnya akan menderita seperti yang dialami Mamanya. Butuh usaha maksimal untuk bisa menyentuh hatinya agar mendapatkan kepercayaannya. Zafier sangat paham akan hal itu. Jadi, saat dia melakukan kesalahan bodoh yang mungkin bagi orang lain masih bisa diberi kesempatan kedua tapi tidak bagi Shine dan wajar saja kalau Shine begitu keras padanya. Membiarkannya bertemankan kesepian selama satu tahun.
"Bagiku, tidak. Aku tidak mau hidup dengan kekhawatiran padamu Zaf. Aku takut, hatiku tidak lagi berbentuk jika suatu hari nanti kau kembali melukaiku. Aku ingin nyaman mencintai dan dicintai seseorang. Yang bisa aku percayai." Hantaman telak untuk Zaf yang diberikan Shine padanya. "Tadinya aku ingin melihatmu berusaha menyakinkanku tapi apa yang aku dapatkan di sana sama sekali tidak aku duga. Kau malah melarikan diri dengan caramu sendiri." Zaf mengalihkan tatapannya ke samping, mengusap tengkuknya yang berkeringat, menyadari satu lagi kebodohan yang dilakukannya. Zaf berusaha kuat menahan getaran tubuhnya, sisa pertahannya. "Bagaimana kalau kita akhiri saja agar tidak ada lagi yang terluka diantara kita?" Zaf reflek menoleh, sengatannya seperti ribuan volt listrik yang mematikan sarafnya. Zaf berdiri dari duduknya dengan tatapan nanar. "Sunshine—" "Berhentilah memanggilku seperti itu Zaf!!" selanya. "Aku tidak akan lagi menjadi mataharimu. Aku memilih tenggelam dan kau bebas m