Satu jam sebelum perlombaan "Ayolah, Mas. Masa aku gak bisa ikutan lomba karena bukan karyawan di sini," rengek Melody. Di sudah begitu antusias untuk mengikuti keseruan yang terjadi di kantor ini tapi saat datang samua perlombaan sudah ada pesertanya. Kerena perlombaan dilakukan antar divisi, maka setiap orang mewakili satu perlombaan. "Itu salah satu alasan, tapi juga ada alasan lain. Semua lomba sudah ada pesertanya," terang Erlan. "Ini gara-gara kamu nyetir kelamaan, pakai satu tangan." Melody membahasa bagaimana mereka berkendara menuju ke kantor tadi. "Kamu tidak suka?" tanya Erlan.Melody diam tak menjawab, tak mungkin dia bilang tidak suka karena dia juga menikmatinya. Selama perjalanan, rongga dadanya terasa mengembang karena rasa bahagia memenuhinya. "Pokoknya aku mau ikut. Bilang saja aku sekertaris pribadimu. Itu Pak Aldo bisa ikutan karena asisten pribadimu." Melody masih berusaha membujuk suaminya. "Kamu mau hadiah apa, yang mana? Ayo kita beli sekarang," ajak Er
"Apa ini sakit?" tanya Melody sambil mengusap kulit yang memerah itu, bisa dipastikan nanti bakalan berubah warna menjadi kebiruan. "Duduklah di atas sini, jangan di bawah begitu," perintah Erlan. Dia tidak ingin istrinya duduk di lantai meskipun sedang mengkhawatirkannya. "Ternyata aku bukan hanya istri yang tidak elegan tapi juga bar-bar," ucap Melody sambil terisak. Kali ini menangisi perbuatannya. "Saya juga salah, jangan menangis lagi dan sekarang duduklah di sini." Erlan menepuk bidang kosong yang berada di sisinya. Melody bangkit dari duduknya dan duduk di sisi Erlan. "Sekarang kita samakan persepsi," ucap Erlan sambil mengengam tangan Melody, untuk sesaat dia melupakan kakinya yang masih berdenyut nyeri. Kali ini wanita itu tak menolak saat tangannya digenggam oleh Erlan, kemarahannya sudah berubah jadi rasa khawatir."Maksudnya?" tanya Melody tidak mengerti. "Apa makna jangan menyentuh menurutmu?" Melody menatap Erlan, masih tidak mengerti arah pembicaraan suaminya. "
Mata yang menyorotkan kemarahan itu menatap sinis ke arah Erlan, bibirnya pun ikut mengerucut menahan kekesalan. Dengan langkah panjang, Melody menghampiri kedua orang itu. "Mbak, dipanggil Mama," ucap Melody saat dia sudah berada di dekat kedua orang yang membuat dadanya membara. Padahal mama mertuanya tidak pernah memanggil Ariana, hanya saja dia mengatakan sebuah kebohongan agar wanita itu enyah dari kamarnya. "Kamu bicara denganku?" tanya Ariana.Melody memutar bola matanya malas, bisa-bisanya wanita itu pura-pura tidak tahu. "Tentu saja, memangnya saya panggil suamiku dengan panggilan mbak." Melody sengaja menyebut Erlan dengan kata suamiku untuk menunjukkan kepemilikannya. Ariana mendengkus kesal, bangkit dari posisinya lalu menatap kesal pada Melody. "Memangnya aku mbak-mbak, dasar tak sopan," seru Ariana sambil berlalu dari hadapan Melody dan Erlan. Bibir Melody terangkat ke atas mendengar gerutuan Ariana. "Memangnya harus aku panggil Tante, gitu," batin Melody. Melody
"Apa-apaan ini, Melody." Erlan bangkit dari posisinya dan mengibas-ibas kotoran yang menempel di celananya. "Tadi aku melihat setan di antara kalian, namun saat kudekati tak ada. Kupikir bersembunyi di antara kalian, jadi aku memisahkan. Ternyata tenagaku begitu kuat hingga kalian terlempar," papar Melody panjang lebar. Erlan yang hendak marah, akhirnya urung melakukannya. Dia tahu Melody cemburu, dan tidak suka dengan apa yang barusan terjadi, lalu seperti itulah caranya mengungkapkan. "Apa-apaan sih, kamu ini. Mana ada setan sore-sore begini. Jangan ngarang, kamu itu wanita, jaga sikap dan jangan bar-bar," omel Ariana pajang pendek. Melody memutar bola mata malas. "Aku gak akan bar-bar kalau kamu tahu diri," batin Melody. "Kamu dapat wanita ini dari mana sih, Mas, tidak ada anggun-anggunnya sama sekali," ucap Ariana tanpa beban. Geraham Melody saling beradu, dia marah luar biasa. "Memangnya aku ini apaan, dapat dari mana katanya," omel Melody dalam hati. Wanita muda itu menyi
Erlan merapikan anak-anak rambut yang menutupi kening Melody yang basah oleh keringat. Wanita itu tertunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu setelah percintaan mereka. Akhirnya istri kecilnya menyerah padanya juga."Apa kali ini kita melakukan dengan cinta?" tanya Melody tanpa berani mengangkat wajahnya. Jari-jarinya yang lentik memainkan selimut yang menutupi tubuh mereka yang tidak ada penutup selain selimut tebal tersebut."Kenapa bertanya seperti itu?" Erlan balik bertanya."Pertama kali kita melakukan itu, kamu ....""Saya minta maaf," potong Erlan cepat. Saat itu Erlan dalam pengaruh alkohol, meskipun melakukan dengan cinta tapi cinta itu untuk wanita lain, Liliana, bukan Melody. "Saya tidak akan minum minuman beralkohol lagi." Erlan mengucapkan janji. Karena minuman laknat itu dia melewatkan malam pertama dengan istrinya tanpa kesan, lalu kemudian membunuh darah dagingnya sendiri. Dosa yang dilakukan berturut-turut hanya karena beberapa teguk cairan itu masu
JERAT CINTA 24Melody membantu Erlan mengemas pakaiannya. Karena masalah keracunan yang terjadi dan masuk ke dalam trending berita itu membuat Erlan harus turun langsung ke pabrik pengolahan makanan yang berada di luar kota hari ini juga untuk mengecek semuanya. Padahal baru tadi malam mereka bisa merasakan kebahagiaan dan rasa saling memiliki, namun siang ini mereka harus kembali terpisah karena sebuah pekerjaan. Ada rasa tak rela menelusup di dada Melody. Terlihat jelas dari caranya memasukkan baju-baju milik Erlan ke koper. Seakan tak berminat sama sekali. "Mau ikut?" tanya Erlan pada Melody yang terlihat lesu tak bersemangat saat memasukkan baju-baju milik Erlan ke dalam koper. Melodi menggelengkan kepala, meskipun dia ingin sekali mengikuti suaminya namun kali ini dia tidak bisa pergi. Sudah beberapa kali dia tidak masuk kuliah karena mengikuti suaminya dan juga keguguran waktu itu."Aku harus kuliah," ucap Melody lemah."Kamu tidak perlu terlalu serius kuliah, santai saja," u
Jerat cinta 25Bel di kamar Erlan terus berbunyi dari tadi, seakan tamu yang ada di luar sana tidak sabar untuk masuk ke dalam kamarnya. Erlan mendengkus kesal dengan hal itu. Mengira jika yang ada di luar sana adalah Aldo asistennya. Tadi Aldo meminta nomor kamarnya karena akan mengantarkan berkas yang diminta Erlan. Bergegas pria itu membukakan pintu dengan penuh kekesalan karena merasa asistennya tidak sabaran."Kamu," gumam Erlan begitu pintu terbuka dan melihat siapa yang ada di depannya."Aku rindu seru," Melody, wanita itu langsung menghambur ke dalam pelukan Erlan hingga pria itu terdorong ke belakang dan berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak oleng."Dengan siapa datang ke sini?" tanya Erlan."Sama Pak Aldo.""Kuliahmu bagaimana?""Aku tidak peduli apapun mau kuliah atau apa, yang aku pedulikan hanya bersamamu." Melody semakin erat memeluk tubuh suaminya. Erlan tertawa keras mendengar ucapan Melody, sepertinya ini karena adanya Ariana di kamarnya saat kemarin Mel
Jerat Cinta 26Suasana sepi dan hening saat Erlan masuk kedalam kamar hotelnya. Pria itu meminta untuk membuka pintu kamar dengan key card cadangan karena tak ingin mengganggu istrinya yang dia yakini sudah tertidur. Benar saja wanita itu tertidur di sofa, seolah menunggunya. Erlan mengecup kening Melody, dan hendak memindahkan tubuh istrinya ke ranjang. Namun sepertinya Melody terusik hingga matanya terbuka. "Kamu sudah pulang, Mas? kamu baik-baik saja, nggak bakalan dipenjara kan? kalau kamu dipenjara bagaimana dengan aku, bagaimana dengan anak-anak bagaimana dengan Mama." Melody berkata tanpa henti matanya berkaca.Erlan kembali meletakkan tubuh istrinya di sofa lalu merapikan anak-anak rambutnya dan menyelipkan ke telinga Melody. Pria itu seakan tidak tega melihat istrinya begitu khawatir padanya. Tangannya kembali menguap air mata yang sudah menetas."Tenang saja, hal seperti ini biasa terjadi di dunia bisnis. Saya sudah terbiasa dan pasti akan menanganinya dengan baik," terang