Napas korban tersengal-sengal sementara beberapa bagian tubuh terluka cukup parah bahkan kaki dan tangan ada yang patah tulang.Korban digotong ke ambulans dengan diberi alat bantu pernapasan. Setelah misi penyelamatan selesai, para wanita keluar. Dinda dan Bu Teti mendekat ke arah ambulans.“Pak Wardoyo?” tanya Bu Teti sembari terbelalak dan sementara Dinda tak berani melihatnya.“Aku gak mau berhubungan dengan dia lagi. Manusia bejat!” teriak Dinda berlari ke arah ruang tamu.Bu Teti segera menyusul masuk rumah. Sementara yang lain sedang menunggu polisi olah TKP dan membantu membersihkan bekas kejadian. Setelah para petugas menyelesaikan tugas mereka berpamitan kepada Bu Teti dan Dinda serta yang lain. Mobil derek menarik kendaraan mewah Pak Wardoyo yang ringsek.Sepeninggal mereka, Bu Teti dan Dinda mulai berdiskusi tentang acara esok hari. Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba salah satu santri masuk ke ruang tamu memberitahukan bahwa Ustad Hamzah datang.Tentu saja kedatangan
Pria muda ini beranjak menuju motor diiringi oleh Dinda sampai naik motor. Sang ustaz memandang penuh kasih ke arah calon istrinya.“Hati-hati, ya. Selalu baca doa dan zikir. Mustafa masih mencintaimu dan membuatku cemburu,” ucap Ustaz Hamdan.“Insyaallah akan selalu berdoa. Terima kasih atas perhatian selama ini,” balas Dinda sembari melihat ke pria yang duduk di atas motor di hadapannya.Pasangan calon pengantin berpandangan penuh arti. Tiada kata yang terucap karena hati mereka telah bertaut. Ada dua hati yang kasmaran dan tentu saja ada yang tak rela mereka bersatu.“Brengsek! Permata cincin ilang lagi. Aku mau pake tubuh kamu. Woii, bangun! Ngapain pake kejedot segala? Permaisuriku keburu diambil ustaz tak tau diri itu,” ucap Mustafa di samping tubuh Pak Wardoyo yang sedang koma.Jin bandel ini sibuk memikirkan cara untuk bisa bertemu dengan Dinda. Raganya tak bisa ia keluarkan dari botol. Semua anak buah bahkan anggota keluarga besar tak ada yang mampu melepas ikatan doa yang me
"Ustaz bajingan! Liat aja, kau akan merasakan akibatnya!” teriak Mustafa yang hanya didengar oleh kedua calon pengantin saja.“Ha ha ha ... gak taunya ada yang tambah marah,” kata sang ustaz yang diikuti tawa oleh Dinda.Bu Teti yang tak mengerti maksud keduanya menjadi kebingungan.“Emang Mustafa ada di sini?” tanyanya kepada kedua orang yang sedang tertawa.“Suaranya ada di atas pohon mangga," jawab Dinda sembari menunjuk ke pohon tersebut.Bu Teti mengikuti arah telunjuk sang anak, tetapi tak ada apa pun di sana. Akhirnya, wanita setengah baya ini hanya menggeleng karena sudah memaksa melotot pun tetap tak dapat melihat.Mustafa yang semakin jengkel tak tahan dengan keadaan ini. Ia pun segera menghilang dan Dinda mengamati kepergiannya. Indra penciumannya mencoba menghirup aroma yang biasa lewat jika ada Mustafa, tapi kali ini tak tercium.“Ngendus apa, Nduk?”tanya Bu Teti yang sedari tadi mengamati Dinda.“Biasanya ada bau khas Mustafa,” jawab sang anak sembari melirik Ustaz Hamda
Penglihatan mereka soal keberadaan Ustaz Hamdan yang ada dua, membuat berpikir bahwa ada jin yang menyerupai putra sang kiai.“Moga tak ada masalah setelah ini,” ujar Ibu Pengurus.“Aamiin. Ngeri juga, Bu. Kalo kejadian kayak di rumah Mbak Dinda kemarin.”“Iya, Ustazah. Ngeri.”Kedua wanita baru saja tutup mulut saat dari rumah utama terdengar bunyi dentuman yang cukup keras seperti sesuatu amat besar roboh ke tanah lalu diikuti suara lengkingan panjang.Sontak saja, suara keributan di rumah utama menarik semua orang yang berada di sekitar lingkungan ponpes, terutama di masjid. Tak lama kemudian, Ustaz Hamdan tampak keluar dari rumah utama langsung berlari ke arah masjid. Pria muda ini mencari keberadaan Dinda.“Jamila, Mustafa lepas. Waspada,” ucap sang ustaz sembari memegang tangan sang istri.“Astaghfirullah!” seru Dinda yang seketika pucat pasi.Hal yang ia takutkan terjadi juga bahwa Mustafa akan membuat kerusuhan di hari pernikahan. Setelah didahului ancaman ditujukan kepada san
“Udah, Ngger! Biarkan aja. Dia bukan istri yang baik untukmu,” kata Pak Kiai.“Kiai, Ustaz, tolong disadarkan Dinda.Saya mau susul mereka,” ujar Bu Teti segera beranjak dengan setengah berlari mengejar Dinda dan Ustaz yang menurutnya palsu.“Kita susul sekarang, Bah?” tanya sang anak.Pak Kiai segera mengangguk dan mereka pun berjalan berdampingan menuju rumah utama. Bu Teti dengan setengah berlari mengejar pasutri di depannya.“Nduk, itu bukan suamimu. Itu Mustafa. Nduuuk ...!”Teriakan Bu Teti terhenti di depan pintu kamar. Saat wanita setengah baya ini hendak mengetuk, ada langkah yang mendekatinya.“Bu, biarin mereka. Nanti juga tau,” ucap Pak Kiai mencegah tangan wanita ini untuk mengayun ke daun pintu.Tak seberapa lama, terdengar suara Ustaz Hamdan dari dalam kamar.“Jamila, kamu kenapa?”Beberapa saat terdengar suara seperti suara retakan lalu diikuti teriakan histeris sang ustaz.“Ayaaah ...!”Suara sang ustaz lalu berubah menjadi suara lengkingan kesakitan dan kemudian senya
‘Tok ... tok ... tok!’“Nduk, habis ini ke dokter, ya?” tanya Bu Teti dengan nada cemas.Ustaz Hamdan terlihat tak henti-henti bertasbih. Doa terbaik ia panjatkan untuk wanita terkasih. Tak lama kemudian, pintu toilet terbuka dan Dinda keluar dengan wajah pucat pasi lalu roboh tepat di hadapan sang suami.“Astaghfirullah hal adzim! Sayang ...,”ucap Ustaz Hamdan dengan sigap memeluk tubuh lunglai Dinda.Akhirnya tubuh wanita muda ini dibopong oleh sang ustaz menuju kamar yang tak jauh dari toilet. Sementara itu, Bu Teti mengikuti mereka lalu segera mengambil kayu putih yang selalu ia bawa dalam tas.“Kepalaku pusing,” ucap Dinda sesaat setelah hidung dan lehernya dibaluri kayu putih oleh sang ibu.“Jamila, kita ke dokter, ya?” tanya Ustaz Hamdan lembut sembari memegang dahi sang istri.Sementara Bu Teti memijat kaki Dinda dengan kayu putih biar hangat.“Nduk, buruan pergi ke dokter. Ibu ambilin jaket kamu,” kata wanita setengah baya ini seraya bangkit lalu beranjak keluar kamar.Sepeni
“Mana mungkin aku sebiadab itu? Dia anak kandungku. Tak masuk akal”Pak Wardoyo selalu saja menyanggah semua pernyataan tim medis dan penyelidik.“Semua sudah terbukti dengan medis dan olahTKP. Bapak tak mungkin bisa mengelak dari semua bukti-bukti tersebut,” ungkap tim medis yang sedang menangani kasusnya.Ia tak pernah menyangka, bagaimana mungkin kesadarannya bisa hilang, saat hal itu menjjijikkan dalam hidupnya terjadi. Ia yang tak pernah minum beralkohol sebelumnya dan secara mengejutkan mendapati dirinya mabuk dalam mobil sesaat setelah insiden.“Apa aku telah gila? Kesadaranku bisa hilang tiba-tiba. Aku tak mampu mengendalikan tubuh sendiri. Aku perlu psikiater! Benar-benar bedebah! Apa yang terjadi denganku?” ungkap pria ini kepada pengacara yang mendampinginya.Pria berumur 50 tahunan ini benar-benar terpuruk menerima kenyataan barusan. Hal tersulit yang harus ia hadapi sepanjang hidupnya. Ia telah mencari sang putri selama bertahun-tahun dan bertekat akan membahagiakannya sa
“Selesai kasus ini, kita honeymoon,” ucap Ustaz Hamdan sembari mencium pipi Dinda.Namun, ternyata ada yang salah dengan laju kendaraan beroda empat tersebut. Pasutri ini merasakan keganjilan. Jalan yang dilalui mobil ini tampak semakin redup. Mobil yang mereka tumpangi seperti melewati sebuah terowongan panjang.“Allahu Akbar! Perbanyak zikir, Jamila,” pinta Ustaz Hamdan sembari memegang tangan sang istri.“Emang ada apa?” tanya Dinda yang terkejut lalu seketika mengarahkan pandangan keluar melalui kaca depan.Tampak kabut tebal menghadang perjalanan mereka. Kendaraan roda empat terhenti tiba-tiba. Ustaz Hamdan melafazkan doa, sementara Dinda mengamati sopir yang geming di belakang kemudi.“Pak, kenapa berhenti?” tanya Dinda sembari melihat sopir dari kaca spion di atas dashboard.Pria di belakang kemudi tak bersuara, tetapi dari mulutnya terdengar zikir. Dinda mengamati tanpa berkedip. Ustaz Hamdan yang telah usai berdoa lalu menoleh ke arah sang istri.“Jamila!” panggil sang ustaz