Share

21. Ghibah

"Nja, kesini sebentar ..." suara panggilan Umi Zahra membuat Senja mati kutu. Sehingga meskipun dengan berat hati, mau tak mau langkah Senja kembali terayun mendekat.

"Iya Umi?"

"Ini, diterima dulu uang konsumsi dari Pak Kapolsek ..."

"Baik Umi ..."

Dengan ekspresi datar, akhirnya Senja menerima uluran tangan Tria yang tengah menyodorkan sebuah amplop kearahnya.

"Terima kasih."

"Sama-sama ..." Tria tetap tersenyum, meski tau senyumnya tak pernah berbalas. "Gak diperiksa dulu uangnya?"

"Gak perlu." pungkas Senja tanpa ekspresi.

Senja tau ia agak terkesan kurang sopan terhadap sosok yang kenyataannya begitu disegani dan dihormati oleh semua orang.

Tapi mau bagaimana lagi?

Senja justru lebih tidak ingin hatinya terkontaminasi dengan ikut-ikutan terpesona pada sosok Tria seperti yang lain.

Kalau barisan emak-emak begitu mengidolakan sang Kapolsek muda nan menawan, atau barisan gadis-gadis belia yang diam-diam ikut-ikutan mencari perhatian, semua itu bisa dipahami meskipun bentuk rasa kagu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status