Share

Part 31 Angkat Bicara Angkat Kaki

Pria itu akhirnya pamit dengan omanya. Wanita itu mengaku sesak napas. Aku tidak menganggapnya berpura-pura. Selain berada di ruangan sempit, dia juga terkejut dengan pengakuan cucunya.

Sore ini tak ada sinar senja yang memukau. Pergantian siang malam kini bersambut gerimis. Suara ketukan air di atap canopy kontrakan dua lantai ini begitu nyaring. Memanggil ingatan saat setahun lalu aku mendengar talak pertamaku.

Udara yang disapa hujan membuatku menarik senyum. Aku teringat desa tempatku suka bermain hujan. Begitu juga dengan ayahku. Ah … aku merindukannya yang telah pergi satu dekade yang lalu. Selalu terngiang olehku pesan beliau bahwa bukan orang lain yang mengalahkanku, melainkan ketakutanku.

Kulipat mukena dan sajadahku. Kulihat Agam mengangkat kedua tangannya minta diraih. Saat aku berlalu begitu saja hendak membuka pintu kamar, sudut bibirnya melengkung ke bawah. Buru-buru aku berbalik dan menggendongnya.

Kuciumi perutnya bertubi-tubi sampai terdengar gelak tawanya yang menyai
Rat!hka saja

Ada yang ikutan emosi? Aku minta maaf, ini cerita fiksi, semoga tidak ada yang ikutan aksi.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status