Beni mendongak dari beberapa kertas yang sedang ia tanda tangani, kaca mata yang bertengger di hidungnya sedikit turun agar ia bisa melihat dengan jelas dari jarak dekat.“Bee? Menantu kesayangan Papa, apakabar? Gimana liburannya?” sapa Beni hangat ketika matanya bertemu dengan mata lentik mirip mata Miranda.Pria tua itu berdiri lalu berjalan ke tengah ruangan sambil merentangkan kedua tangan menanti menantu cantiknya memberi pelukan.Sudah cukup lama mereka tidak bertemu dari semenjak Bee masuk rumah sakit yang disebabkan oleh kecelakaan beberapa waktu lalu.Beni terlalu sibuk dengan pekerjaannya di usia senja, ia juga harus menyeimbangkannya dengan pola hidup sehat.“Kabar baik Pa, Papa apakabar?” Balas Bee setelah melepaskan pelukan.“Papa baik, hanya saja Papa harus banyak istirahat setelah bekerja di siang harinya kalau enggak, sakit jantung Papa suka kumat.” Deg.Jantung Bee berdebar kencang mendengar penuturan Beni karena saat ini ia hendak memberitau sesuatu yang mungkin dap
Akbi berdecak sebal seraya membuang muka ke arah lain ketika Anggit baru saja masuk ke dalam ruangannya.Di belakang perempuan itu Rani berlari tergopoh-gopoh.“Ma ... maaf Pak Bu Ang—“ Rani tidak meneruskan kalimatnya karena tangan Akbi telah terangkat memintanya untuk pergi.Ekspresi kesal yang ditunjukan bos tampannya itu membuat Rani tidak enak hati karena telah berkali-kali tidak mampu menahan Anggit sesuai permintaan Akbi.Namun apa yang bisa Rani lakukan saat ini ketika Anggit sudah berada di ruangan Akbi?Ia bergegas pergi sebelum Akbi menghardiknya karena tidak becus bekerja.“Selama ini aku sabar ya Bi, walau kamu blokir nomor aku dan malah sengaja mencium jalang itu di depan aku ... silahkan berbuat semau kamu tapi pada akhirnya kamu akan menikahiku, kamu harus bertanggung jawab, Akbi ... sekarang sudah satu tahun, cepat ceraikan jalang itu!” Dengan lantangnya Anggit berucap demikian, perempuan itu sampai menyimpan kedua tangan di pinggang dengan mata nyalang menatap Akbi.
Tidak menunggu waktu sampai satu minggu, nyatanya Diana sudah mendengar kabar tentang perpanjangan kontrak pernikahan anaknya dengan anak Miranda.Dari mana lagi wanita sosialita itu mendapat kabar tersebut bila bukan dari Anggit?Bila harus jujur, Diana pun tidak akan pernah merestui hubungan Akbi dengan Anggit setelah mengetahui bagaimana matrelialistisnya perempuan itu.Anggit hanya dijadikan alat untuk membuat Bee menderita, jangan pikir Diana bisa dibodohi. Wanita itu buaya, mana bisa dikadali oleh Anggit.Maka tidak menunggu satu hari berlalu setelah mengetahui hal itu, Diana langsung menghubungi Bee dan mengajaknya bertemu.“Tante, apa kabar?” sapa Bee sopan, ia berdiri lalu mengulurkan tangan untuk mengecup punggung tangan Diana namun mertuanya itu menepis kasar tangannya.Bee berusaha bersabar seperti biasa, ia sudah sering mendapat perlakuan kasar dari Diana jadi ia tidak terlalu mengambil hati sikap Diana tadi.Anggit yang ikut bersama Diana tersenyum meledek, begitu puas m
Ingatan tentang beberapa hari lalu ketika Bee menyetujui keinginan Beni untuk memberinya cucu, kembali menari dalam benaknya.Bagi Beni kesanggupan Bee memberikan cucu merupakan suatu kebahagiaan tapi bagi Diana hal itu adalah sebuah musibah.Sementara bagi Bee dan Akbi hal tersebut membuat hubungan mereka semakin rumit.Bee sendiri tidak tau sampai kapan Diana akan membencinya? Dan adanya anak nanti sudah pasti membuat sang Mama mertua semakin kesal.Bee mengesah, seharusnya ia menolak saja keinginan Beni tapi bagaimana bila saat itu jantung Beni anfal?“Bee?” Sebuah panggilan lembut membawa Bee kembali dari lamunannya.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Ibu Aneu bertanya setelah tadi ia melihat Bee hanya menatap kosong dinding di sebrang ruangan, Ia pun duduk di depan meja kerja Bee.Ibu Aneu melirik ke atas meja, terdapat hasil sketsa Bee yang masih setengah jadi dan di jemarinya terselip pensil. “Ada apa? Kamu bisa cerita sama Ibu,” Ibu Aneu memegang kedua tangan Bee, sorot matany
“Mau sekalian belanja bulanan?” Akbi bertanya setelah ia menarik rem tangannya karena lampu lalulintas di depan sana berwarna merah.Tidak ada jawaban dari Bee dan ketika ia menoleh ke samping sang istri sedang memejamkan mata tampak terlelap.Ini yang Akbi khawatirkan tadi, Bee akan kelelahan karena pekerjaannya dan mengakibatkan mereka sulit mendapatkan anak.Tapi bukankah hal itu bagus, sehingga mereka akan terus bersama dalam usaha membuat cucu untuk Beni. Betul, tapi Akbi khawatir selama itu juga Bee akan mendapat gangguan dari Anggit dan Mamanya.Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri bila sampai terjadi sesuatu lagi dengan Bee.Akbi mengusap pipi lembut milik istrinya betapa damai wajah Bee yang sedang terlelap, sedetik kemudia ia tersenyum getir. “Akan aku lakukan apapun untuk menjaga kamu dan membuat kamu bahagia,” Akbi bergumam.Mendengar penuturan Gio saat menunggu Bee, mengenai apa yang lelaki itu curi dengar dari Ibu Diana dan istrinya, membuat Akbi menduga bila Be
Akbi menatap Bee dari pantulan cermin, seperti biasa istrinya selalu terlihat cantik dalam setiap acara.Apalagi kebaya rancangannya sendiri yang begitu pas memeluk tubuhnya.Semua lekukan terpampang nyata bahkan belahan di bagian atas dadanya membuat Akbi ingin sekali menyuarakan protes.Namun demi menghargai Bee dan rasa cintanya yang besar kepada istrinya itu, ia akan menegurnya nanti setelah acara.Belum lagi bokong seksi dibalut kain batik dengan bahan jatuh yang membuat bagian tubuh di belakang istrinya itu semakin menunjukan eksistensinya.Kalau bukan hari ini adalah hari penting istrinya, ia sudah membawa Bee ke atas tempat tidur untuk membuatkan Beni cucu.“Gimana?” Suara lembut Bee membuyarkan lamunan Akbi tentang rencananya nanti malam membuat Bee lelah di atas ranjang.Akbi mengerjap. “I ... itu, kamu ... cantik,” balasnya gugup.Ya Tuhan, pipi Bee merona dipuji oleh suaminya sendiri.Apalagi ekspresi wajah pria tampan yang akan menghamilinya itu tidak terbaca, antara terp
Sehari saja Akbi bolos bekerja, pekerjaan langsung menyerangnya.Sebetulnya beberapa malam lalu mereka sempat berdebat, Bee meminta Akbi agar tidak perlu menghadiri wisudanya mengingat wisuda Bee dilakukan di hari kerja.Tapi Akbi tidak mungkin mau mendengar, ia bersikeras untuk menghadiri wisuda istrinya tapi sebagai gantinya, semenjak sore tadi mereka sampai di apartemen—Akbi berkutat di depan laptop hingga jarum jam sudah menyentuh angka sembilan, lelaki itu masih mematut diri di sana.Bee menghampiri suaminya, melangkah seringan bulu agar lelaki itu tidak terganggu.Kedua tangannya ia simpan di pundak Akbi yang terasa tegang lalu memijatnya perlahan.“Enak banget, By ...,” gumam Akbi sambil memejamkan mata.“Enggak bisa dilanjutin besok?” Mata Akbi memicing menoleh sedikit ke belakang menatap istrinya.Apakah ini merupakan kode agar ia segera bekerja sama dengan sang istri di atas ranjang untuk membuat cucu bagi Beni?“Kode?” lelaki itu bertanya membuat Bee tergelak.“Ngapain kod
Mengusap perut Bee dengan gerakan memutar adalah kebiasaan Akbi akhir-akhir ini, Akbi sendiri tidak mengerti kenapa ia merasa perlu mengusap perut Bee padahal belum ada calon anak mereka di dalam sana.Akbi tidak mengenal waktu atau tempat ketika mengusap perut Bee, sedangkan yang bersangkutan hanya diam saja tidak menolak.Contohnya sekarang ketika perayaan ulang tahun Zidan yang bertempat di salah satu club malam, lelaki itu bukannya turun ke lantai dansa tapi malah duduk sambil mengusap perut Bee menemani istrinya yang hanya ingin menikmati pesta ulang tahun Zidan dengan duduk saja.Bee belum pernah datang ke tempat seperti ini, dulu pernah sekalimia menghadiri pesta perayaan ulang tahun teman SMAnya di sebuah club tapi tidak sehingar bingar seperti ini.Saat itu tempatnya lebih cozy dan nyaman juga terang, sehingga ketika tadi ia memasuki club ini bersama Akbi, perasaan kurang nyaman langsung ia rasakan dan mati-matian Bee berusaha menyembunyikannya.“Bi, lo enggak turun? Ajak Bin