Share

6.Pen-stabil

Terdengar suara pintu lift terbuka. Seorang pria mengenakan setelan hijau keabu-abuan berjalan memasuki apartemen milik Max. Seperti biasanya dia akan menyiapkan sarapan yang dia beli dalam perjalanan. Saat masuk ke dapur, pria bernama Altherr Caspari terlonjak kaget. Pasalnya dia melihat atasannya sudah duduk di meja makan menikmati kopi paginya. Bahkan Max sudah terlihat rapi dengan setelan biru bergaris-garis merah.

“Oh, God. Kamu mengejutkanku, Max.” Altherr mengelus dadanya yang berdebar kencang.

Max sama sekali tidak menanggapinya karena terlalu sibuk dengan pikirannya. Kemudian Altherr memilih kembali berjalan menuju kabinet dapur. Mengeluarkan dua potongan segitiga tuna sandwich. Setelah membuang kantongnya, Altherr menghampiri Max dan meletakkan piring itu di hadapan pria itu.

“Apakah Rey membuatmu tidak tidur? Karena itukah kamu sudah siap sepagi ini?” tanya Altherr, satu-satunya orang yang mengetahui masalah penyakit mental yang dialami oleh Max. 

Memang benar, Max memiliki penyakit mental yang disebut dengan dissociative identity disorder (DID) atau biasa lebih dikenal dengan kepribadian ganda. Rey, yang bertemu dengan Orlena semalam adalah salah satu alter ego yang dimiliki oleh Max. Inilah alasan mengapa Max tidak bisa hidup satu atap dengan istrinya.

Max menoleh dan menatap sekretarisnya. “Tidak, kamu salah, Altherr. Justru Rey hanya muncul sebentar saja.”

Seketika Altherr melotot kaget. Pasalnya Rey adalah kepribadian paling menyusahkan dibandingkan yang lainnya. Jauh berbeda dengan Max yang lemah lembut, Rey adalah kebalikan dari Max. Dia kasar, tidak sabaran dan tempramental. Sehingga tidak jarang Max mengalami banyak masalah karena ulah Rey.

“Kamu pasti bercanda, Max. Bukankah biasanya Rey lebih mendominasi? Bagaimana bisa dia muncul hanya sebentar saja?” terkejut Altherr.

“Aku mana mungkin bercanda masalah ini, Altherr. Aku tidak tahu seperti apa detailnya. Saat aku terbangun aku melihat wanita itu berdiri di sudut ruangan. Dia bahkan memanggilku Rey, Sepertinya wanita itu bisa membuat Rey menghilang begitu saja. ”

Altherr memicingkan matanya. “Wanita itu? Siapa wanita yang kamu maksud, Max?”

Max mengeluarkan selembar kartu nama. Meletakkannya di atas meja lalu menggesernya ke arah Altherr. Pria yang sudah bersahabat dengan Max sejak kecil itu mengambil benda itu dan membacanya.

“Orly? Bagaimana bisa kamu mengenalnya?” Arltherr membaca nama di dalam kartu nama itu. Kemudian tatapannya tertuju pada Max untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

“Dia adalah salah satu kupu-kupu malam di klub malam Rigel. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di Restoran The Dolder Grand. Dia sengaja menggodaku dan memasukkan kartu namanya di kantong jasku. Sepertinya Rey menemukannya dan langsung menemui wanita itu. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena semakin aku bertanya pada wanita itu, aku hanya akan semakin membuka rahaasiaku.”

“Jadi maksudmu wanita itu bisa mengendalikan Rey?”

Max menganggukkan kepalanya. “Sepertinya begitu.”

“Bukankah ini sebuah kemajuan, Max? Selama ini Rey berusaha ingin mendominasi dirimu. Jika wanita itu bisa menjadi ‘pen-stabil’, bukankah akan jauh lebih bagus?”

“Pen-stabil?” bingung Max mendengar kata itu.

Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, Max. Maksudnya kita  bisa memanfaatkan wanita itu untuk mengendalikan Rey.”

Max berpikir ucapan Altherr ada benarnya. Jika wanita itu bisa membuat Rey menghilang dalam waktu yang cepat, dia bisa menggunakan wanita itu untuk menjaga Rey agar tidak melebihi batas. Dengan memiliki wanita itu, maka rahasia Max akan aman terjaga.

“Aku pikir itu adalah ide yang bagus, Altherr. Cari tahu cara agar bisa menyewa wanita itu selama satu bulan ini. Kita akan mencobanya dulu. Jika memang cara ini efektif, aku akan membeli wanita itu.”

Altherr menganggukkan kepalanya. “Baiklah, aku akan mencari tahu caranya.”

***

Suara deringan telpon itu membuat tidur Orlena terganggu. Dia mengulurkan tangan dan meraba-raba untuk mengambil ponselnya. Padahal dia baru tidur jam lima karena terlalu memikirkan pria brengsek semalam. Karena itu dia ingin tidur lebih lama lagi. Setelah menemukan benda yang mengganggu tidurnya, Orlena mengangkat panggilan itu. 

“ORLY SAYANGKU…. KAMU BENAR-BENAR KEBERUNTUNGANKU.”

Orlena harus menjauhkan ponsel itu karena suara Feyrin yang begitu keras menyakiti telinganya. Setelah merasa tenang, Orlena menempelkan kembali benda itu ke telinganya.

“Aku baru saja bangun tidur. Jangan membuatku panik, Fey. Ada apa? Kenapa kamu terdengar begitu senang?”

“Kamu tidak akan percaya dengan apa yang akan aku katakan. Kamu ingat pria yang semalam memesanmu setelah Tuan Jennings.”

Seketika Orlena membuka matanya. Dia menegakkan tubuhnya hingga duduk di atas ranjang. Orlena tahu benar orang yang dibicarakan oleh Feyrin adalah Max atau Rey atau entahlah siapa namanya. Yang pasti pria brengsek itu.

“Ya, aku ingat. Dia bahkan menggigit bibirku karena terlalu bersemangat. Ada apa dengannya?”

“Baru saja seketrarisnya bernama Altherr Caspari menghubungiku. Dia menanyakan bagaimana caranya bisa membeli waktumu selama sebulan.”

Seketika Orlena melotot kaget mendengar ucapan Feyrin. “MEMBELI WAKTUKU SELAMA SEBULAN? APAKAH DIA GILA?”

“Wow… Apakah kamu sedang balas dendam padaku?” Feyrin mendengus sinis.

Orlena terkekeh geli. “Aku hanya terlalu terkejut mendengarnya, Fey. Membeli waktuku selama sebulan tidaklah murah. Pasti kamu mematok harga yang mahal.”

“Tentu saja. Ini adalah bisnis yang menguntungkan. Bukankah jika aku untung kamu juga untung?” Feyrin menjelaskan ilmu timbal balik. “Jadi bagaimana? Apakah kamu mau menerimanya?”

Bibir Orlena menyunggingkan senyuman penuh arti. “Tentu saja aku akan menerimanya.” Karena dengan begitu aku bisa melancarkan balas dendamku.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status