Share

5.Pria Aneh

Kamu masuk jebakanku, Max. 

Pria yang menjadi klien baru Orlena ada Max. Berbeda dengan pria yang ditemuinya di restoran, Orlena bisa melihat penampilan pria itu terbilang seperti preman. Dengan sepatu boots hitam, celana jeans hitam yang robek di bagian lutut, kaos hitam, jaket kulit hitam dan kacamata hitam.

"Wow… apakah kamu merubah penampilanmu untukku, Tampan?" Orlena pun berjalan masuk dan menghampiri Max yang duduk di sofa. Kemudian wanita itu dengan berani duduk di atas pangkuan pria itu. Melingkarkan satu lengannya di leher Max. 

"Jadi kamu datang kemari setelah mengantarkan istrimu pulang, Max?" Orlena mengelus pipi pria itu dengan sentuhan menggoda.

Tiba-tiba pria itu menggulingkan tubuh wanita itu ke sofa lalu menindihnya. Alih-alih meringis sakit, Orlena justru tersenyum. Kedua tangannya digantung di leher Max. 

"Jadi kamu ingin langsung bermain, Tampan? Kalau begitu aku akan menyanggupinya.” Orlena menarik leher Max dan langsung menciumnya. Membawa pria itu ke dalam sebuah ciuman yang yang lebih intim. Namun ciuman itu tidak berlangsung lama karena Max mengigit bibir Orlena untuk menghentikan ciuman wanita itu. Saaat Max melepaskan ciumannya, terlihat sedikit darah di bibir Orlena.

“Jadi kamu suka permainan kasar, Max?”

Tatapan mata Max berubah sangat dingin. Tubuh Orlena seketika membeku di tempat. Pasalnya tatapan itu mengingatkan wanita itu pada tatapan Rey yang memperkosa Orlena. Padahal saat bertemu dengan Max di restoran, tatapan pria itu tidak terlihat dingin. Kenapa sekarang berubah? Apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu? Seolah pria dihadapannya adalah pria yang berbeda dengan pria yang ditemuinya di restoran.

“Aku datang kemari bukan untuk bermain denganmu, Wanita sialan. Aku kemari ingin bertanya padamu. Apa hubunganmu dengan Max?”

Mata coklat muda milik Orlena melotot kaget. “Apa maksud pertanyaanmu, Brengsek? Bagaimana bisa kamu sendiri bertanya hubunganmu denganku? Apa kamu gila?”

Pria itu menjambak rambut Orlena karena kesal. “Karena aku bukanlah Max. Jadi katakan padaku bagaimana bisa kartu namaku berada di kantong jas Max?”

“Aku tidak mengerti. Bukankah kamu adalah pria yang aku temui di restoran tadi? Kamu adalah Maximilian Steltzer.” Bingung Orlena.

“Bukan. Aku bukan Maximilian Steltzer. Aku adalah Rey.”

Orlena merasakan tubuhnya seperti disambar petir mendengar nama itu. Dia teringat nama yang selalu menghantui hidupnya. Tapi Orlena tidak mengerti. Apakah Max memiliki saudara kembar atau apaoun itu? Bagaimana bisa ada satu orang yang memiliki dua nama. Atau nama Rey hanyalah sebuah samaran seperti yang diduga oleh Orlena.

“Jadi akhirnya kita bisa bertemu lagi, Rey?” Orlena tersenyum sinis.

Rey memicingkan matanya.  “Apa maksudmu kita bertemu lagi? Apakah aku pernah bertemu denganmu?”

“Tentu saja pernah. Aku sungguh kecewa karena kamu melupakan seseorang yang sudah kamu hancurkan hidupnya. Apakah kamu benar-benar tidak ingat padaku? Bagaimana jika aku ingatkan nama asliku. Orlena Müller.” Tatapan penuh kebencian tercetak jelas di mata coklat muda milik Orlena.

Terlihat tubuh Rey gemetar saat wanita itu menyembutkan nama aslinya. Bahkan tatapan tajam yang dilihat Orlena sudah lenyap dan digantikan dengan ketakutan. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. 

“Tidak, itu tidak mungkin. Kamu bukan….” Tiba-tiba saja jatuh pingsan di atas tubuh Orlena.

“Brengsek, apa kamu pikir tubuhmu tidak berat?” gerutu Orlena berusaha membebaskan diri dari tubuh Rey yang begitu berat.

Tubuh Orlena terjatuh ke lantai setelah berhasil membebaskan diri dari pria yang terbarik pingsan di atas sofa. Wanita itu meringis sakit menyentuh pantatnya yang mencium lantai dengan keras.

“Sialan. Seharusnya aku balas dendam padanya. Tapi kenapa aku yang sial?” Orlena memukul kepala Rey.

Saat pria itu mengerang dan mengangkat kepalanya, Orlena langsung merangkak menjauh. Dia bisa melihat Rey menegakkan tubuhnya dan duduk di atas sofa. Pria itu menyentuh kepalanya dan meringis sakit. Kemudian tatapan pria itu tertuju pada Orlena yang berdiri di sudut ruangan. Seketika ekspresi terkejut menghiasi wajah pria itu.

“Kamu? Bukankah kamu adalah wanita yang berada di restoran tadi?”

Orlena melongo mendengar pertanyaan pria itu. Dia bertanya seolah dia melupakan kejadian yang baru saja terjadi di ruangan itu.

“Tunggu dulu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Rey? Apa kamu punya penyakit mental atau sejenisnya?” tanya Orlena.

Pria itu memicingkan matanya. “Rey?” kemudian dia menunduk dan melihat pakaiannya. Lalu tatapannya beralih pada wanita itu dan menghampirinya. Dia bahkan mencengkram bahu Orlena dan mengguncangkannya. “ Benarkah kamu baru saja bertemu dengan Rey? Apa yang dia bicarakan padamu? Lalu apa yang kamu lakukan sampai dia menghilang?”

Orlena yang kesal menepis kedua tangan pria itu. “Sialan, sebenarnya ada apa denganmu? Tadi kamu bertanya apa hubunganku dengan Max. Sekarang kamu bertanya apa yang aku bicarakan dengan Rey. Sebenarnya ada apa denganmu, Pria aneh?”

Pria itu tidak mengatakan apapun lagi. Karena jika dia mengatakannya, maka rahasia yang selama ini dia simpan akan terkuak. Pria itu memilih untuk pergi meninggalkan ruangan itu membuat Orlena melongo tak percaya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status