Share

Chapter 07

Derap langkah bergemuruh memenuhi lorong istana. Terjadi kepanikan sepanjang lorong istana ketika sosok kaisar dengan wajah dingin bercampur khawatir berlari sepanjang lorong dengan membopong tubuh lemas seorang wanita.

"MINGGIR SEMUA?! CEPAT PANGGILKAN TABIB! PASTIKAN TIBA SEGERA!" teriak Duke Fernand menggema keseluruh istana.

Ia yang tadinya sedang bertemu dengan kaisar, ikut andil melihat apa yang terjadi pada Audreya. Ia dengan sigap mendampingi sang kaisar berlari menuju peraduannya.

Setiap prajurit dan pelayan kelimpungan berlari kesana kemari memberikan jalan sang kaisar.

"Apa yang terjadi dengan Yang Mulia Permaisuri?"

"Aku dengar karena selir agung."

"Sepertinya sebentar lagi akan terjadi kegegeran besar."

"Tapi aku ragu selir agung akan dihukum secara selir agung adalah orang ya—"

"Sttt kecilkan suaramu, Mira, kau mau kita bertiga berakhir dipancung?!"

Para pelayan yang berbaris di sepanjang lorong menunduk sembari saling berbisik-bisik membicarakan kemungkinan yang terjadi pada petinggi kekaisaran itu.

Sementara di ujung lorong terlihat seorang wanita yang memandang nanar apa yang baru saja terjadi di sepanjang lorong yang ada di depannya.

***

Brak

Pintu tertutup dengan kerasnya hal itu membuat sosok wanita yang sedari tadi duduk gelisah terperanjat mendegar gebrakan yang berasl dari arah pintu. Matanya membulat menyadari sosok kaisar sudah berdiri di belakangnya.

"Yang Mul—"

"JELASKAN!"

Sapaannya terpotong oleh bentakan dingim sang kaisar. Sorot mata tajam terkesan penuh amarah berpedar pada netra biru laut itu.

Sosok Jirea bergegas mendekat kepada sang kaisar. Tanpa aba-aba ia berhamburan memeluk tubuh gagah itu.

"Vernon, kau membuatku takut. Kau tak benar-benar marah kepadaku kan?" rengek Jirea masih mendekap tubuh tegap yang kini nampak bergeming.

Kedua tangan Vernon terangkat. Alih-alih membalas dekapan sang selir, ia justru mendorong tubuh ramping wanita itu hingga hampir terjerembab membentur ranjang.

"MENYINGKIR! APA KAU SADAR DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN, JIREA?!" seru Vernon kini berteriak marah.

Tubuh wanita itu mendadak kaku, raut wajah tak percaya ketika menyadari sosok yang ia kira jinak ternyata buas.

Ia masih terpaku menyadari Vernon semakin mendekat dengan murka.

Vernon merunduk memperhatikan lebih dekat sosok Jirea yang masih tersungkur. Tak ada raut ramah, tak ada tatapan damai yang ada hanyalah raut dingin penuh amarah.

"Aku aku hanya—" tanggap Jirea tergagap takut.

"Kau mesti ingat yang kau sakiti adalah ratu kekaisaran. Jika kau masih belum bosan untuk bernafas, jangan bertindak bodoh seperti anakmu itu?!"

Netra sang selir terbelalak. Lagi-lagi ia tak habis pikir dengan sosok yang ada di hadapannya ini.

"Apa maksudmu? Apa kau lupa? Dia juga anakmu, Vernon!" balas Jirea berbalik menggertak.

Vernon tertawa sumbang menatap Jirea remeh. "Dia hanyalah kesalahan. Aku sudah memerintahkanmu untuk menggugurkannya tapi kau malah bersikeras ingin memeliharanya. Dan sekarang lihat apa yang kau dapat, dia menjadi anak pembangkang dan kurang ajar."

Dugg

Karena kepalang kesal, Jirea tanpa pikir panjang membenturkan kepalanya pada wajah sang kaisar. Tindakan konyol itu sontak membuat Vernon murka.

"Persetanan dengan egomu, Vernon! Kau sungguh sudah berubah, aku tak menyangka hanya karena wanita sok polos itu kau menjadi seperti ini?!" seru Jirea bangkit mendorong tubuh tegap kaisar yang masih syok mendapat serangan tiba-tiba.

Vernon meringis pelan mengusap cairan darah yang menetes dari hidungnya.

"Keparat! Jaga mulutmu!"

Mata jirea terlihat berkaca-kaca. Nampaknya emosinya tak terkendali melihat sosok yang ia sayangi memperlakukannya dengan sangat buruk.

"Apa? Aku benar kan, semenjak kau menikah dengannya janji yang kau ucapkan seolah meluap ntah kemana. Aku sudah cukup sabar menahan selama 20 tahun ini, tapi semakin lama kau semakin menjadi, Vernon," ujar Jirea kini wajahnya sudah berurai air mata.

Pyarr...

Botol-botol wewangian yang tertata di meja rias seketika pecah berserakan di lantai. Jirea benar-benar sudah kehilangan akal.

Vernon tak merespon. Ia terdiam sembari terus saja memperhatikan Jirea yang mengamuk.

"Jika akhirnya seperti ini, seharusnya aku menghentikanmu waktu itu dan tetap mempertahankan egoku. Kesalahan terbesar selama hidupku adalah tidak seharusnya aku terbujuk mulut manismu kala itu, SIALAN!!!" teriak Jirea menatap Vernon nyalang.

Jirea sudah dikuasai amarah. Akal sehatnya telah buntu dan emosi negatif yang selama ini ia pendam meluap seketika mengambil alih kesadarannya.

"Hey, justru kau yang di sini berubah. Aku tak mengenalmu, Jirea. Bagiku Jirea adalah wanita lemah lembut yang penurut. Justru kau yang telah kehilangan jati dirimu."

"TAPI INI SEMUA KARENAMU, VERNON!! KAU YANG MEMBUATKU SEPERTI INI, KAU YANG MENYERETKU KE DALAM LUBANG KESESATAN!" teriak Jirea benar-benar seperti orang kesetanan. Suara yang ia keluarkan terlampau melengking dengan kucuran air mata yang tak henti menetes membuatnya hanya bisa berteriak dengan suara parau.

Jirea ambruk dikursi riasnya. Ia terduduk di depan cermin dengan menangis tersedu-sedu. Jauh dari image sosok selir yang bersikap garang dan sinis. Kini hanya terlihat sosok wanita rapuh yang tengah dirundung patah hati.

Brakkk

Kembali pintu peraduan sang selir dibuka secara paksa. Kini sosok pemuda bermata coklat berdiri diambang pintu.

"APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA IBUNDAKU, SELIR!!"

Jirea bersama Vernon kompak menoleh dan terkejut mendapati sang putra mahkota hadir ditengah-tengah mereka.

Dengan gerak cepat Jirea menghapus air matanya. Ia kemudian bangkit mendekat kepada pemuda berusia 18 tahun itu.

"Ak—u tid–ak—"

"Maafkan aku," lanjut Jirea justru tertunduk memohon ampun kepada sang putra mahkota.

Berbeda dengan ketika berhadapan dengan Vernon, Jirea justru terkesan merendah dihadapan George.

Amarah George nampak masih berapi-api apalagi mendapati permintaan maaf dari sang selir membuatnya semakin naik pitam.

"KAU HARUSNYA TAHU BATASAN! KAU HANYALAH SELIR DARI AYAHANDA. TAK ADA HAK KAU MENYAKITI IBUNDAKU!!" teriak George murka tepat di depan Jirea.

Jirea nampak tersentak, ia mendongak dan menatap sosok George dengan gamang. Air matanya mulai kembali menetes menuruni pipinya.

"GEORGE CUKUP! Ini akan jadi urusan ayah. Kau jaga ibundamu sekarang, ayah tak akan memaafkanmu jika kau lalai menjaganya," lerai Vernon menahan emosi pemuda itu yang meletup-letup.

"Ayah, aku hanya ingin—"

"Pengawal, bawa putra mahkota keluar dari sini. SEKARANG!"

Karena ini adalah titah sang kaisar, para pengawal tak dapat mengelak. Mereka mulai membawa keluar George sekalipun putra mahkota itu memberontak.

Pintu peraduan kembali tertutup hingga menyisakan kedua sosok yang tadi sempat bertengkar hebat.

Vernon menghembuskan napas berat melihat Jirea masih betah dengan posisi terakhirnya.

"Sebagai seorang kaisar, aku menjatuhkanmu hukuman kurungan selama 7 hari di tahanan bangsawan," cetus Vernon tak dapat diganggu gugat.

Lagi-lagi Jirea terperangah. Ia hendak memprotes, namun lidahnya mendadak kelu dan pasokan oksigennya berkurang drastis membuat napasnya tercekat.

"Persiapkan dirimu. Sore nanti kau akan dijemput Panglima Terreson," lanjut Vernon yang sudah berada diambang pintu hendak keluar.

"Kuharap kau mampu merenungkan perbuatanmu di sana. Aku tak bisa membantu banyak di sini karena ini murni kesalahanmu."

Vernon nampak tertunduk sejenak sebelum menutup pintu itu. Raut wajahnya tak terbaca, namun sorot matanya memancarkan kesedihan mendalam menatap sosok Jirea yang masih bergeming memahami apa yang baru saja menimpanya.

"Mengapa harus aku yang mendapatkan kemalangan ini? AKU KORBAN DI SINI MENGAPA AKU HARUS MENGALAMI INI SEMUA?!!" teriak Jirea frustasi usai sang kaisar benar-benar pergi dari peraduannya.

Bak orang yang telah kehilangan akal, Jirea tiba-tiba tertawa. "Kurasa sekarang waktunya aku menunjukkan taringku dan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku, hahaha .... "

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status