Derap langkah bergemuruh memenuhi lorong istana. Terjadi kepanikan sepanjang lorong istana ketika sosok kaisar dengan wajah dingin bercampur khawatir berlari sepanjang lorong dengan membopong tubuh lemas seorang wanita.
"MINGGIR SEMUA?! CEPAT PANGGILKAN TABIB! PASTIKAN TIBA SEGERA!" teriak Duke Fernand menggema keseluruh istana.Ia yang tadinya sedang bertemu dengan kaisar, ikut andil melihat apa yang terjadi pada Audreya. Ia dengan sigap mendampingi sang kaisar berlari menuju peraduannya.Setiap prajurit dan pelayan kelimpungan berlari kesana kemari memberikan jalan sang kaisar."Apa yang terjadi dengan Yang Mulia Permaisuri?""Aku dengar karena selir agung.""Sepertinya sebentar lagi akan terjadi kegegeran besar.""Tapi aku ragu selir agung akan dihukum secara selir agung adalah orang ya—""Sttt kecilkan suaramu, Mira, kau mau kita bertiga berakhir dipancung?!"Para pelayan yang berbaris di sepanjang lorong menunduk sembari saling berbisik-bisik membicarakan kemungkinan yang terjadi pada petinggi kekaisaran itu.Sementara di ujung lorong terlihat seorang wanita yang memandang nanar apa yang baru saja terjadi di sepanjang lorong yang ada di depannya.***BrakPintu tertutup dengan kerasnya hal itu membuat sosok wanita yang sedari tadi duduk gelisah terperanjat mendegar gebrakan yang berasl dari arah pintu. Matanya membulat menyadari sosok kaisar sudah berdiri di belakangnya."Yang Mul—""JELASKAN!"Sapaannya terpotong oleh bentakan dingim sang kaisar. Sorot mata tajam terkesan penuh amarah berpedar pada netra biru laut itu.Sosok Jirea bergegas mendekat kepada sang kaisar. Tanpa aba-aba ia berhamburan memeluk tubuh gagah itu."Vernon, kau membuatku takut. Kau tak benar-benar marah kepadaku kan?" rengek Jirea masih mendekap tubuh tegap yang kini nampak bergeming.Kedua tangan Vernon terangkat. Alih-alih membalas dekapan sang selir, ia justru mendorong tubuh ramping wanita itu hingga hampir terjerembab membentur ranjang."MENYINGKIR! APA KAU SADAR DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN, JIREA?!" seru Vernon kini berteriak marah.Tubuh wanita itu mendadak kaku, raut wajah tak percaya ketika menyadari sosok yang ia kira jinak ternyata buas.Ia masih terpaku menyadari Vernon semakin mendekat dengan murka.Vernon merunduk memperhatikan lebih dekat sosok Jirea yang masih tersungkur. Tak ada raut ramah, tak ada tatapan damai yang ada hanyalah raut dingin penuh amarah."Aku aku hanya—" tanggap Jirea tergagap takut."Kau mesti ingat yang kau sakiti adalah ratu kekaisaran. Jika kau masih belum bosan untuk bernafas, jangan bertindak bodoh seperti anakmu itu?!"Netra sang selir terbelalak. Lagi-lagi ia tak habis pikir dengan sosok yang ada di hadapannya ini."Apa maksudmu? Apa kau lupa? Dia juga anakmu, Vernon!" balas Jirea berbalik menggertak.Vernon tertawa sumbang menatap Jirea remeh. "Dia hanyalah kesalahan. Aku sudah memerintahkanmu untuk menggugurkannya tapi kau malah bersikeras ingin memeliharanya. Dan sekarang lihat apa yang kau dapat, dia menjadi anak pembangkang dan kurang ajar."DuggKarena kepalang kesal, Jirea tanpa pikir panjang membenturkan kepalanya pada wajah sang kaisar. Tindakan konyol itu sontak membuat Vernon murka."Persetanan dengan egomu, Vernon! Kau sungguh sudah berubah, aku tak menyangka hanya karena wanita sok polos itu kau menjadi seperti ini?!" seru Jirea bangkit mendorong tubuh tegap kaisar yang masih syok mendapat serangan tiba-tiba.Vernon meringis pelan mengusap cairan darah yang menetes dari hidungnya."Keparat! Jaga mulutmu!"Mata jirea terlihat berkaca-kaca. Nampaknya emosinya tak terkendali melihat sosok yang ia sayangi memperlakukannya dengan sangat buruk."Apa? Aku benar kan, semenjak kau menikah dengannya janji yang kau ucapkan seolah meluap ntah kemana. Aku sudah cukup sabar menahan selama 20 tahun ini, tapi semakin lama kau semakin menjadi, Vernon," ujar Jirea kini wajahnya sudah berurai air mata.Pyarr...Botol-botol wewangian yang tertata di meja rias seketika pecah berserakan di lantai. Jirea benar-benar sudah kehilangan akal.Vernon tak merespon. Ia terdiam sembari terus saja memperhatikan Jirea yang mengamuk."Jika akhirnya seperti ini, seharusnya aku menghentikanmu waktu itu dan tetap mempertahankan egoku. Kesalahan terbesar selama hidupku adalah tidak seharusnya aku terbujuk mulut manismu kala itu, SIALAN!!!" teriak Jirea menatap Vernon nyalang.Jirea sudah dikuasai amarah. Akal sehatnya telah buntu dan emosi negatif yang selama ini ia pendam meluap seketika mengambil alih kesadarannya."Hey, justru kau yang di sini berubah. Aku tak mengenalmu, Jirea. Bagiku Jirea adalah wanita lemah lembut yang penurut. Justru kau yang telah kehilangan jati dirimu.""TAPI INI SEMUA KARENAMU, VERNON!! KAU YANG MEMBUATKU SEPERTI INI, KAU YANG MENYERETKU KE DALAM LUBANG KESESATAN!" teriak Jirea benar-benar seperti orang kesetanan. Suara yang ia keluarkan terlampau melengking dengan kucuran air mata yang tak henti menetes membuatnya hanya bisa berteriak dengan suara parau.Jirea ambruk dikursi riasnya. Ia terduduk di depan cermin dengan menangis tersedu-sedu. Jauh dari image sosok selir yang bersikap garang dan sinis. Kini hanya terlihat sosok wanita rapuh yang tengah dirundung patah hati.BrakkkKembali pintu peraduan sang selir dibuka secara paksa. Kini sosok pemuda bermata coklat berdiri diambang pintu."APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA IBUNDAKU, SELIR!!"Jirea bersama Vernon kompak menoleh dan terkejut mendapati sang putra mahkota hadir ditengah-tengah mereka.Dengan gerak cepat Jirea menghapus air matanya. Ia kemudian bangkit mendekat kepada pemuda berusia 18 tahun itu."Ak—u tid–ak—""Maafkan aku," lanjut Jirea justru tertunduk memohon ampun kepada sang putra mahkota.Berbeda dengan ketika berhadapan dengan Vernon, Jirea justru terkesan merendah dihadapan George.Amarah George nampak masih berapi-api apalagi mendapati permintaan maaf dari sang selir membuatnya semakin naik pitam."KAU HARUSNYA TAHU BATASAN! KAU HANYALAH SELIR DARI AYAHANDA. TAK ADA HAK KAU MENYAKITI IBUNDAKU!!" teriak George murka tepat di depan Jirea.Jirea nampak tersentak, ia mendongak dan menatap sosok George dengan gamang. Air matanya mulai kembali menetes menuruni pipinya."GEORGE CUKUP! Ini akan jadi urusan ayah. Kau jaga ibundamu sekarang, ayah tak akan memaafkanmu jika kau lalai menjaganya," lerai Vernon menahan emosi pemuda itu yang meletup-letup."Ayah, aku hanya ingin—""Pengawal, bawa putra mahkota keluar dari sini. SEKARANG!"Karena ini adalah titah sang kaisar, para pengawal tak dapat mengelak. Mereka mulai membawa keluar George sekalipun putra mahkota itu memberontak.Pintu peraduan kembali tertutup hingga menyisakan kedua sosok yang tadi sempat bertengkar hebat.Vernon menghembuskan napas berat melihat Jirea masih betah dengan posisi terakhirnya."Sebagai seorang kaisar, aku menjatuhkanmu hukuman kurungan selama 7 hari di tahanan bangsawan," cetus Vernon tak dapat diganggu gugat.Lagi-lagi Jirea terperangah. Ia hendak memprotes, namun lidahnya mendadak kelu dan pasokan oksigennya berkurang drastis membuat napasnya tercekat."Persiapkan dirimu. Sore nanti kau akan dijemput Panglima Terreson," lanjut Vernon yang sudah berada diambang pintu hendak keluar."Kuharap kau mampu merenungkan perbuatanmu di sana. Aku tak bisa membantu banyak di sini karena ini murni kesalahanmu."Vernon nampak tertunduk sejenak sebelum menutup pintu itu. Raut wajahnya tak terbaca, namun sorot matanya memancarkan kesedihan mendalam menatap sosok Jirea yang masih bergeming memahami apa yang baru saja menimpanya."Mengapa harus aku yang mendapatkan kemalangan ini? AKU KORBAN DI SINI MENGAPA AKU HARUS MENGALAMI INI SEMUA?!!" teriak Jirea frustasi usai sang kaisar benar-benar pergi dari peraduannya.Bak orang yang telah kehilangan akal, Jirea tiba-tiba tertawa. "Kurasa sekarang waktunya aku menunjukkan taringku dan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku, hahaha .... "TBCEnghhLenguhan terdengar dari sosok wanita anggun yang terbaring lemah di ranjang besar. Kelopak matanya perlahan bergerak hingga matanya terbuka sempurna."Ibunda?"Netranya menangkap wajah pemuda bernetra biru. Dengan perlahan ia mengangkat tangannya dan mengusap wajah sang anak."Kau baik-baik saja, Adrian?" tanya sang permaisuri dengan suara selembut sutra.Namun sebuah suara protes membuat kesadarannya berkumpul seketika."Ibunda, ini aku George bukan Adrian!" sentak George merasa kesal. Ia menepis tangan sang ibunda yang masih bertengger pada pipinya.Audreya yang menyadari kesalahannya segera tersadar."Oh maafkan aku, Sayang."George memasang raut wajah kesal bercampur iri. Sebenarnya ini bukan kali pertama Audreya membuat kesalahan seperti ini. Entah mengapa sang permaisuri kerap salah sebut nama ketika bersama anak kandungnya sehingga tak heran jika George begitu membenci sosok Adrian.***Situasi istana kala itu memanas usai kabar sang selir yang menganiaya sang permaisuri
"Panglima, di mana Putri Rhiannon? Bukankah tadi dia menaiki kuda bersamamu?" Seorang pria paruh baya bermahkota mewah merotasi matanya menyisir sekeliling mencari seseorang.Prajurit yang ikut mendampingi sang raja pun nampak kebingungan menyadari sang putri tidak ada pada tempatnya. Mereka memasang raut khawatir menyadari rajanya pasti sebentar lagi akan murka."Mohon ampun, Baginda, Putri tadi memberitahukan bahwa ia akan pergi mendahului ke istana utama," jawab seorang prajurit yang berada tepat di samping kereta kencana yang dikendarai sang raja."Kenapa kau baru memberitahukanku sekarang?!" bentak sang raja tak habis pikir dengan panglimanya.Pria bermahkota itu memijit pelipisnya lelah. "Cari dia sekarang. Kita akan segera kembali ke Deoreva, pastikan ia ditemukan sebelum aku selesai menemui kaisar dan permaisuri!""Ayah, izinkan aku untuk ikut mencari," sahut seseorang yang duduk berhadapan dengan sang raja.Sang raja memandang wanita di depannya penuh arti. "Ya, temukan adik
"Apa? Bagaimana? Ibundamu sudah sadar?" Kaisar yang baru tiba segera memberondong sang anak dengan banyak pertanyaan. Sedangkan George yang sedang berdiri mengamati sang ibu yang tengah diperiksa kondisinya oleh tabib masih memasang wajah kesal. "Ya. Tapi ibunda malah mencari anak pembawa sial itu," tanggap George bertambah masam. Vernon menghela napas pasrah. Isi kepalanya terasa penuh akibat semua insiden terjadi bersamaan. "Hukuman apa yang ayahanada berikan kepada selir itu?" celetuk George kembali membahas persoalan sosok yang beberapa saat lalu hampir ia amuk. "Kau tak perlu ikut campur, George, biarkan bagian kedisiplinan istana yang mengatur hukuman yang pantas untuknya," jawab Vernon dengan suara lemah. Ia duduk di pinggiran ranjang sang isteri kemudian menatap tubuh pasangannya itu dengan sayu. "Sungguh? Ayah benar-benar menghukumnya dan tidak berniat meloloskannya kan?" jawab George nampak kecewa mendengar jawaban sang ayah. "Jaga sikapmu, Putra Mahkota?!" seru san
Prakkk "Arghhh!" Jeritan kesakitan menggema ke seluruh ruangan. Seorang pria seketika terkapar begitu besi panjang itu menyabet tubuhnya. "KATAKAN YANG SEBENARNYA, DARI MANA SAJA KAU?!" Jirea, sang pelaku pemukulan itu tanpa belas kasih membuat babak belur puteranya. Beberapa saat lalu Adrian memang berhasil sampai di peraduannya sebelum Jirea datang, namun malangnya Jirea menyadari sosok Adrian yang telah kembali berkat bercak tapakan kaki yang tertinggal di depan pintu. Saat itu juga Jirea mengobrak-abrik perabotan kamar sang pangeran. "Apa kau mendadak bisu usai berjalan-jalan keluar?!" Adrian entah mengapa sedari ia dipergoki sang ibu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menolak menjawab hingga menyebabkan Jirea menyiksanya secara brutal. "Masih tidak menurut rupanya, baiklah bagaimana kalau kuhilangkan salah satu kakimu agar kau tak bisa kabur lagi?" ujar Jirea mengeluarkan senyuman iblis. Tangan Jirea bergerak menodongkan moncong besi itu pada kaki kanan pangeran. Seda
George keluar dari Pavilium Waterist usai menyelesaikan pembelajarannya dan langsung dikejutkan dengan lorong istana yang mendadak riuh. "Apa yang terjadi?" tanyanya kepada pengawal yang membuntutinya di belakang. "Izin menjawab, Yang Mulia, baru saja terjadi penangkapan Selir Agung Jirea dan sekarang telah dimasukkan ke penjara para bangsawan," jawab pengawal putera mahkota yang sedari tadi berjaga di depan pavilium. George menghentikan langkahnya. "Jadi ayah benar-benar mampu menunaikan apa yang menjadi hukuman selir itu ya?" gumamnya tersenyum sinis. "Tapi sepertinya jika hanya selir itu saja yang masuk penjara, ia akan merasa kesepian. Baiklah, karena suasana hatiku sedang baik, sepertinya ia akan senang jika kukirimkan anaknya untuk menemaninya," lanjutnya yang tiba-tiba saja terpikirkan sebuah ide yang brilian. Pandangannya segera berseri begitu menatap buku tipis yang ia bawa. Sepertinya ide picik untuk menjebloskan sang pangeran mengikuti jejak sang ibu telah ia temukan
CHAPTER 01 Seorang gadis berambut ikal tengah terfokus kepada laptop yang ada di pangkuannya. Jarinya menari-nari di atas keyboard dengan lihai. Matanya nampak terkunci pada layar menyala itu dengan bibir ranum yang bergerak mendikte tiap kalimat yang ia ketik. Dari arah belakang sang gadis, terlihat seorang pemuda berdiri menyipitkan matanya manatap lurus ke depan. “Hayalan tingkat dewa apa yang akan kau tulis kali ini, Kim?” Ucapan spontan itu membuat sang gadis berjengit terkejut. Gadis yang tengah berkutat dengan laptopnya itu menoleh cepat.“Ya Tuhan! Kakak tak bisakah untuk tak mengejutkanku sehari saja?” pekik Kim segera mengelus dadanya yang berdegup cepat. Pria berpakaian kemeja itu mengendikkan bahunya acuh. Ia tak menjawab malah kembali sibuk membenarkan lengan kemejanya yang kusut. “Mau kemana?” “Kau seharusnya sudah tau, Kim, apalagi yang bisa aku lakukan selain mencari pekerjaan?!” sungut laki-laki itu menggendong tasnya pada bahu kanannya. Ekor matanya mencoba m
BRAKKK"APA KAU BILANG? ANAK SIALAN ITU MASIH HIDUP?!"Sebuah guci berbahan marmer terjatuh, hancur berserakan di depan wanita berselendang merah. Wajahnya merah padam kentara tengah naik pitam."Mohon ampun, Nyonya, demikian informasi yang saya dapat," tanggap seorang wanita berpakaian lusuh tertunduk gemetar ketakutan."Mustahil! Aku sudah memastikan sendiri dia mati malam itu juga. Lantas kenapa kini kau berkata ia hidup kembali? KAU PIKIR INI LELUCON?!"splashTebasan pedang membuat wanita lusuh itu tumbang bersama genangan cairan anyir yang mengucur deras dari tubuhnya."Akan kupastikan anak itu benar-benar mati!"***ClapKelopak mata dengan bulu mata lentik bergerak terbuka tanpa aba-aba.“Hah?!”Seorang pemuda berusia 18 tahun terbangun dari tidur panjangnya dengan napas tersengal-sengal juga wajah penuh peluh. “Astaga! Untung hanya mimpi,” gumamnya menghela napas lega.Netra biru laut bergerak memindai sekitar dengan tajam. Kemudian alisnya bertaut bingung menyadari ruangan y
//TW⚠️// Bab ini mengandung perilaku menyakiti diri sendiri****"Ini gila! Bagaimana bisa?!"Sudah lima belas menit lamanya pemuda berpakaian kerajaan itu mengayunkan tungkainya ke sana kemari sambil sesekali memperhatikan penampilan di cermin yang ia lewati. Ia masih berusaha menerima kondisi tubuhnya yang terasa asing, namun tetap saja ia masih merasa terkejut dan terheran. "Tunggu... "Ia memaku berdiri di depan cermin mematut seorang pangeran yang tampak menawan."Sebenarnya apa yang terjadi? Apa aku kembali ke kehidupanku dimasa lampau? Renkarnasi? Emmm tidak-tidak... ini terasa mustahil, tapi yang ada di depanku ini membuatku tak bisa mengelak fakta itu. ARGHHH apa aku ini sudah gila?" gumamnya menggeram kesal.Kembali ia berjalan kesana-kemari memikirkan hal logis apa yang bisa menjelaskan fenomena yang ia hadapi sekarang.Pluk....Jari telunjuk dan jempolnya beradu. "Mungkin aku sedang bermimpi?" pikirnya sumringah.Sejurus kemudian sang pangeran mencubit beberapa bagian tub