Dua.... Lanjut lagi yak!! jangan lupa ramein kolom komennya, ya! hehehe.
Tidak mungkin Reni dan Farel tidak tahu dengan suara khas pemiliknya. Mereka hanya saling lempar pandang saat ini. “Udah sampe, sorry aku belum sempet hubungin kamu, soalnya ada hal yang mendesak di kantor pagi ini.” Diva menjawab santai sambil memperhatikan reaksi kedua rekannya yang sangat takjub. “Semendesak apa sampai bisa melupakanku, hehm?” Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Diva membuat wanita melengkungkan senyumnya. Sedangkan kedua makhluk yang saat ini sedang memperhatikan tingkah Diva benar-benar terkejut! Handphone Diva tidak menggunakan mode handsfree tapi cukup terdengar besar karena volume panggilan itu sengaja dibuat Diva paling kencang dan mereka juga tidak menyangka kalau Diva sekarang malah memperlihatkan kemesraannya di depan mereka! “Itu … rahasia, sekarang mending kamu istirahat dulu, tadi mama ada hubungin aku, mungkin dia tiba di sana sebentar lagi.” Diva berkata dengan santai. “Baiklah. Harusnya mama tidak perlu datang. Aku bisa sendiri kok. Lagi
Melihat Diva yang terlihat serius, Reni dan Farel diam lalu detik berikutnya mengangguk mengerti. “Baik, kami gak bakalan bilang tentang Pak Elvan ke yang lain. Kalo untuk klarifikasi hubunganmu dengan Pak Elvan gimana?” tanya Reni pada Diva. “Itu … nanti saja, aku tidak berniat untuk terlalu menanggapinya, walau sebenarnya kesal karena dibilang selingkuhan.” Diva berkata dengan menghela napas berat. Tepat setelah mengatakan hal itu, salah satu OB mendatangi Diva dengan membawa kantong makanan. “Bu Diva, ini tadi ada titipan dari Bu Dania,” ucapnya pada Diva. Diva lalu tersenyum dan berterima kasih. Setelahnya Reni mencolek Diva. “Cieee … sarapan dari pak bos nih. Gak mungkin itu dari Bu Dania, kan? hehehe!” godanya sambil terkekeh. Wajah Diva memanas lalu tersenyum singkat. “Ssstt! Jangan berisik nanti didenger yang lain.” Farel menegur Reni, karena ruangan ini sudah cukup ramai. Diva lalu membuka bungkusan itu dan melihat isinya. Dari bungkus dan cara pengemasannya, Diva s
Diva menyipitkan sebelah matanya, dia berpikir sejenak, rasanya dia tidak ingin mempercayainya, tapi dia kembali ingat dengan pengalamannya sendiri, seseorang yang baik dengannya ternyata malah berkhianat.“Yakin aku harus berhati-hati dengannya?” tanya Diva lagi untuk memastikan.“Menurutmu siapa yang memberikan foto itu ke obrolan grup sampai heboh?” Reni berkata dengan santai. “Satu hal lagi yang harusnya kamu perlu tahu, dia bukan orang yang mau dikalahkan oleh sesama kita. Baik itu urusan pribadi, pekerjaan maupun percintaan!” Reni berkata dengan ucapan tajam.“Oh, aku baru tahu ….” Diva berkata dengan perlahan.“Ya, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalau saja ternyata tunanganmu itu adalah … bos besar kita! Itu pasti makin bikin dia kepanasan nanti.” Reni kembali menambahkan.Diva masih diam tidak terlalu cepat menanggapi hal ini.“Ingat 'kan kemarin waktu aku bilang dia punya pacar orang kaya wajahnya gimana?” tanya Reni lagi.Diva lalu kembali mengingat kejadian itu.“
Ya! Sejak pertama kali kalau diingat lagi, benar memang Winda terlihat ingin mencelakainya, sejak awal dia adalah orang yang membantu Diva, tapi … ada hal yang sangat jelas sekali. Ketika pekerjaannya sudah selesai dalam waktu cepat dan Diva sudah menyerahkan bagiannya pada wanita itu, tiba-tiba malah yang terjadi adalah hal diluar dugaannya! File itu berbeda, lalu Deska yang terlihat sejak awal tidak menyukainya dan ingin menjatuhkan malah mendapatkan hukuman dari Elvan.“Eh, Div, ngelamun aja! Ini tolong bantuin aku ngerjain yang ini dong, kemarin soalnya punya kamu udah dikerjain sama Pak Miko loh!” Suara Winda menarik kesadaran Diva yang memikirkan tentangnya.Diva diam sejenak dan melihat ke arah Winda. “Eh, Win, maaf aku tadi gak denger.”“Idih kamu lagi mikirin apa Div?” tanyanya ingin tahu. Setelah mendapatkan informasi dari Reni jelas saja pikiran Diva langsung berubah saat melihat Winda.“Gak ada yang penting banget kok. Eh, mau bantu bagian mana?” tanya Diva padanya.“Ini
Diva merasa kekonyolan Elvan ini adalah yang menggemaskan! Dia sangat menyukai Elvan yang bertindak seperti ini! Pesan kembali masuk ke ponsel milik Diva. [Kak Diva, hari ini sepertinya kamu harus pulang dulu ke rumah! Kalo kelamaan entar ayah sama ibu bakalan curiga! Tadi aku juga udah bilang ke kakak iparku!]Hal ini membuat Diva mengerutkan keningnya dan bergumam kecil, ‘Kakak iparku?’ [Baiklah aku akan pulang ke rumah malam ini, tapi pulang kerja aku harus melihat Elvan dulu.]Setelah mengirim pesan itu, tidak ada balasan apapun dari Prisya, adiknya memang selalu seperti itu, dia pasti melupakannya! Diva tidak terlalu memikirkannya, dia saat ini kembali tenggelam dengan kesibukannya sendiri.“Eh, Div, kita maksi di kafetaria bawah yuk!” Reni mengejutkan Diva yang saat ini sedang asyik dengan pekerjaannya.Tubuhnya terhentak karena terkejut, “Ya ampun, kamu ngagetin aja.”“Sorry, hehehe!” Reni terkekeh ringan. “Ke bawah yuk, kita maksi, soalnya jam dua nanti kita mau meluncur pe
Saat mendengar pertanyaan itu, Diva sebenarnya malas untuk menjawabnya. Lagipula, daripada mendapatkan barang-barang mewah bukankah lebih baik mendapatkan restu keluarga terlebih dahulu? “Hei, Div, ditanya malah diem aja.” Winda berseru. Diva tersenyum menanggapinya. “Win, lagian ngapain sih nanya yang begini, siapa tahu Diva gak mau kasih tahu karena dia sudah dapet semuanya!” Reni menjawab perkataan Winda itu. “Yeee! Kamu kok sewot Ren! Mending kamu cari pacar gih!” Winda berkata dengan nada yang sedikit mengejek. “Entaran aja kalo udah waktunya.” Reni menjawab santai lalu memesan makanannya. “Eh Div, kamu mau apa? Katsu di sini enak loh!” Reni bertanya pada Diva, lalu Diva mengangguk setuju dengan rekomendasi Reni itu. "Okay, pesen katsu dua, lalu minumnya ...." Reni bergumam sendiri sembari mencatat pesanan mereka. “Aku pesen jus jeruk boleh?” tanya Diva pada Winda, dia jelas tahu etika minta izin, saat ditraktir oleh orang lain, tentunya. “Pesen aja, Div, mau yang mahal s
Ucapan Elvan barusan benar-benar membuat Diva terkejut, bagaimana mungkin Elvan ada di sini? Bukannya pria itu masih ada di rumah sakit? Apa jangan-jangan ….“Kamu maksa pulang, ya?!” Diva tidak sadar, suaranya memancing beberapa rekan kerjanya yang berjalan di depan berhenti dan melihat ke arahnya.“Ah, maap,” ucap Diva dengan tersenyum tidak enak hati pada mereka. “Kalian jalan duluan aja.” Diva berkata santai pada mereka, lalu setelahnya Diva berbalik kembali ke luar dan berjalan ke arah parkiran mobil Winda lalu mendongakkan kepalanya dan melihat ke atas di sana Elvan tersenyum memandangnya lalu dengan sekilas melambaikan tangannya sebelah, sedangkan sebelah lagi masih memegang ponselnya dan meletakkannya di telinga.“Kamu …! Kamu beneran maksa pulang, kan?!” Diva berkata dengan tatapan tajam melihat ke arah lawan bicaranya.“Naiklah cepat, di luar panas, nanti wajahmu terbakar matahari. Ah, rekanmu sudah mulai masuk ke sini. Cepatlah masuk.” Setelah mengatakan hal itu, Elvan terse
Miko yang mendapatkan tatapan seperti itu bukannya takut tapi malah terkekeh puas!“Wow! Baru kali ini aku benar-benar melihat secara nyata sosok Elvan Sabil dari keluarga Wongso bisa seperti ini karena seorang wanita!” Miko berkata seolah tidak ada hal besar yang sedang terjadi.“Hapus segera pikiran kamu tentang Diva! Jangan macam-macam dengannya! Ingat itu cuma masa lalu dan kamu itu sudah menyia-nyiakan masa lalu! Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya!” Elvan berkata dengan nada suara yang cukup kesal.“Nah! Satu lagi, sepertinya sudah lama sekali aku tidak mendengarmu berkata dengan intonasi beragam seperti itu, dan juga raut wajahmu akhirnya bisa tidak kaku lagi seperti sebelum mengambil alih L Tekno!” Miko berkata dengan penuh semangat.“Sudah ya! Yang jelas kamu jangan macam-macam dengan Diva! Karena aku sudah pasti tidak akan tinggal diam! Apalagi mencoba untuk menggodanya!” Elvan mengancam lawan bicaranya ini.Bukannya takut, Miko malah makin tertawa puas!“El, tenang sa