Pak Subroto terasa sesak dadanya ketika Bima melontarkan kalimat itu, dia tidak menyangka akan datang hari dimana putrinya akan ada yang meminang. “Kakek, boleh ya, Ibu, menikah dengan ayah,” pinta Brian dengan raut wajah memohon. “Ibu?” tanya Pak Subroto lebih kaget. “Iya, Tante Dara ‘kan ibuku,” jawab Brian. Jantung Pak Subroto semakin berdetak cepat karena Brian memanggil Dara dengan sebutan Ibu. Putrinya belum menikah tapi sudah akan mendapatkan suami dan seorang anak. Ini mah paket komplit pakai telor namanya. “Da-ra,” ucap Pak Subroto terbata. “Iya ayah,” jawab Dara. “Kemarilah,” pinta Pak Subroto. Pak Subroto menatap putrinya lekat-lekat, putri kesayangannya yang sekarang sudah tumbuh dewasa. Takutnya di jaman seperti ini melarang anak menikah dengan pilihannya akan membahayakan. Tahu sendirilah jaman sekarang orang nekat melakukan apa saja kalau sudah sakit hati. “Apa kamu menjalin hubungan dengan anak tengil ini?” tanya Pak Subroto. “Kami baru masa pendekatan, tapi a
Pak Subroto mengelap air matanya, dia tidak tahan terharu ada yang meminang anak manjanya. “Aku tidak menyangka anak gadisku sudah besar,” ucap Pak Subroto. “Memang sudah waktunya kita mengiklaskan dia,” balas Nyonya Subroto. “Aku masih tidak rela,” ungkap Pak Subroto. Nyonya Subroto memeluk suaminya. Rela tidak rela dia harus merelakan putrinya untuk berumah tangga. Kalau tidak nanti Dara akan menjadi perawan tua. “Ayo tidur dulu, kita harus siap untuk menikahkan putri kita,” ucap Nyonya Subroto. “Ayo kita tidur,” balas Pak Subroto. Malam yang tenang sudah berubah jadi pagi. Brian dan Dara sudah bangun dan berjalan berkeliling kampung halaman. Pemandangan yang masih asri, bentangan sawah juga hewan ternak yang sedang digembala oleh pemiliknya menambah Brian takjub. *** “Suasana yang berbeda dengan yang ada di kota,” gumam Brian. “Benar, di sini begitu rindang dan tenang,” balas Dara. “Aku jadi betah di sini,” ucap Brian. “Tapi kamu harus sekolah,” balas Dara.Brian agak c
Brian mengucek matanya sebelum benar-benar membuka mata. "Lihat dimana ini," ucap Bima."Hah sudah sampai rumah. Perasaan tadi baru jalan," balas Brian."Iya, kebetulan jalanan tidak macet," ucap Bima.Brian menoleh ke kiri dan kanan. Sudah sampai rumah dan dia juga sudah berada di garasi mobil rumah pribadinya."Ibu dimana, ayah?" tanya Brian."Ke toilet," jawab Bima singkat.Sudah biasa bersama Dara kalau tak ada, Brian merasa kehilangan. Dia segera pergi ke kamarnya karena masih mengantuk berat.Bima meminta pelayan untuk membawa barang dalam bagasi mobil ke dalam rumah.***"Brian sudah dipindahkan ke kamar?" tanya Dara."Sudah," jawab Bima singkat dia merebahkan badan di sofa karena capek. Tak lama kemudian matanya terpejam dan tidur lelap. Dara mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Bima. Dia tampan kalau sedang tidur. Dara tidur di ruang tamu seperti Biasa.Pagi sudah menunjukkan sinarnya. Di dapur ditemani para pelayan Dara memasak untuk sarapan. Kali ini hanya nasi, tumis
"Untuk Anda berdua," jawab Pelayan.Dara berdebar sekali jantungnya. Ia melihat dari jendela kaca ternyata benar banyak karangan bunga selamat berdiri di depan pagar rumah Bima."Selamat untuk apa, Bima?" tanya Dara."Selamat untuk, pernikahan kita," jawab Bima santai."Ta-pi kita belum resmi menikah," ucap Dara."Tidak apa, banyak wartawan yang menganggur akhir-akhir ini," balas Bima.Dara tampak panik pasti banyak sekali orang yang tak menyukainya saat ini. Bima terlalu menawan kalau sampai dia terdengar menikah mungkin para wanita itu akan menargetkannya."Jangan panik, semua akan baik-baik saja," ucap Bima."Kamu gila Bima, aku tahu pasti saat ini para penggemarmu akan menggila akan mencari pasangan pengantinmu untuk dihujat," gumam Dara."Kalau ada yang berani seperti itu aku akan memperingatkannya dengan tegas," balas Bima.Dara sangat panik ketika Bima begitu santai menanggapi berita pernikahannya. Brian juga terlihat santai saja, anak itu senang karena orang tua Dara sudah mer
Nyonya Handoko mengangguk, lebih baik mereka memang merencanakan pernikahan dengan baik dan sesempurna mungkin karena sekali seumur hidup. Yah Nyonya Handoko memang berharap pernikahan Bima kedua ini harus selamanya."Baik, satu minggu saja," ucap Nyonya Handoko."Satu minggu?" tanya Dara."Iya, satu minggu seharusnya cukup," jawab Nyonya Handoko."Aku setuju, aku akan memilihkan gaun yang cocok untuk Ibu," ucap Brian.Brian tampak bersemangat. Bima juga sebenarnya lebih bersemangat tapi memamg dia selalu menyembunyikan ekspresi dan perasaannya."Bagaimana kalau sekarang kita pergi ke studio foto?" tanya Bima."Buat apa. Seharusnya kamu ke tempat jasa make up artis," jawab Nyonya Handoko."Aku ingin foto bertiga bersama dengan keluarga baruku," balas Bima."Ide yang bagus. Nenek dan kakek juga boleh ikut," ajak Brian.Brian yang paling bersemangat dengan ajakan Bima. Sudah lama dia tak punya foto keluarga. Dia bisa pamer ke teman-temannya kalau dia sebenarnya punya keluarga yang harmo
Pemilik studio itu memberikan hadiah untuk sepasang pengantin baru yang tengah berbahagia."Terimalah ini, nyonya," ucap pemilik studio itu."Apa ini? Anda tak perlu repot-repot," balas Dara."Ini untuk Nyonya pakailah sewaktu malam hari, aku jamin tuan tidak akan melepaskanmu," bisik Pemilik Studio.Entah apa isinya tapi sesuai bisikan dari pemilik studio membuat Dara merinding. Dia hanya mengangguk lalu pergi bersama Bima dan Brian. Tapi pemilik toko sepertinya sangat sumringah mengantar keluarga itu pergi dari studionya.***"Apa isi bingkisan dari pemilik toko tadi, Bu?" tanya Brian."Entahlah," jawab Dara."Biar aku yang buka," ucap Brian bersemangat."Buka saja," balas Dara.Brian mengeluarkan barang dari paper bag yang diberikan oleh pemilik studio foto tadi. Yang isinya membuat Dara terkejut."Bu kenapa pakainnya seperti ini?" tanya Brian."Ah, i-tu," jawab Dara terbata."Itu pakaian untuk tidur," ucap Dara."Apa tidak dingin memakai pakaian tipis seperti ini?" gumam Brian."S
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ayahnya menjadi pengganggu kencan berdua dengan Dara. Apalagi ayahnya tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar ke toko buku bersama Brian sebelumnya. “Ayah bekerja saja, seperti biasanya,” ucap Brian. “Kali ini ayah ingin menemani keluarga jalan-jalan,” balas Bima. “Tidak boleh, biasanya juga kerja sampai malam,” ucap Brian. Kedua anak dan ayah itu bersihtegang berdua yang satu ingin ikut, yang satu lagi tidak ingin diikuti. Dara menjadi memisahkan mereka karena bisa lama ini tidak jalan ke sekolah Brian kalau berdebat mulu. “Sudahlah, ayo berangkat sekolah dulu. Bima kamu bisa bekerja dulu. Nanti akan aku kabari jadi tidaknya ke toko buku,” balas Dara. “Oke,” ucap Bima. Brian pamit ke Bima karena akan sekolah, mereka bersalaman lalu pergi ke sekolah Brian. Saat Dara akan pulang kembali ke mobil di sana dia bertemu dengan Rizal. Dara menjadi kaget kenapa pria busuk itu bisa berada di sekolah putra sambungnya. *** “Mau apa lela
Bima melepaskan penutup mata pada Brian. Perlahab tapi pasti tali itu terlepas."Kamu sudah boleh buka mata," jawab Bima."Hah?" teriak Brian seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.Sebuah pemandangan yang sangat membuat Brian terharu. Semua keluarganya berkumpul lengkap dengan orang tua Dara."Selamat ulang tahun, sayang," ucap Dara sambil mengecup kening Brian."Terima kasih, Ibu," balas Brian.Bima menggandeng Brian masuk ke ruangan itu, "Tunggu apalagi, hari ini adalah harimu," ucap Bima."Ayah, hari ini aku senang sekali," balas Brian."Ibu yang menyiapkan ini semua. Kamu beruntung mempunyai ibu yang perhatian padamu," ucap Bima.Semua keluarga mengucapkan selamat ulang tahun pada Brian. Walau tak dirayakan tapi banyak keluarga berkumpul seperti ini membuat Brian sangat bahagia."Kamu sudah berumur enam tahun sekarang," ucap Nyonya Handoko."Apa kamu senang dengan kejutan ini?" tanya Tuan Handoko."Aku sangat senang," jawab Brian."Ucapkan terima kasih untuk ibumu," pinta T