Share

Bab 7

"Aku harus pergi." pamit Katon ketika dia dan James sudah ada di depan pintu gerbang masuk negeri bangsawan iblis.

"Apakah wajib bagi Tuan Katon untuk mencari Deswita?"

"Nona ... " ralat Katon. James hanya menunduk cepat, namun tak berniat meralat ucapannya.

"Sebentar lagi aku akan menikah, dan aku ingin dia datang," jelas Katon. "Aku juga ada urusan lain."

James bisa membaca pikiran siapapun, kecuali para bangsawan iblis yang kedudukannya lebih tinggi darinya. Maka ketika Katon sengaja membuka pikirannya untuk dibaca James, lelaki paruh baya itu terperanjat kaget, "Tuan yakin?"

"Ya,"

"Tapi Tuan tidak wajib menghukum Bondan. Biar cerberus yang menanganinya,"

"Dia telah mengusik wanita yang salah ... "

Katon benar-benar pergi meninggalkan James yang masih tampak ragu dan tak rela meninggalkan Katon sendirian, keluar dari gerbang utama menuju dunia warga Alfansa. Namun sebagai asisten yang setia yang telah menemani Katon hampir 150 tahun lamanya, James hanya bisa berharap keputusan Katon adalah keputusan yang tepat.

* * *

Sebagai salah satu bangsawan iblis paling disegani, tentu Katon bisa mengamati keadaan sekitarnya tanpa harus susah payah bertahan dalam tubuh manusianya. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, menghindari tatapan orang-orang yang curiga. Targetnya kali ini adalah Bondan. Cerberus telah menceritakan semuanya pada Katon, dan tindakan Bondan kepada Karin sudah diluar toleransinya.

"Bondan ... " tegur Katon saat tiba-tiba dia menghampiri Bondan yang sedang duduk berjudi dengan para anak buahnya. Saat melihat Katon, spontan Bondan berdiri dengan kaki gemetaran. Para anak buahnya yang tak tahu menahu hanya ikut berlutut mengikuti gerakan Bondan.

"Tuan Katon? Sungguh suatu kehormatan Tuan mengunjungiku," ucap Bondan dengan kepala menunduk dan tubuh bersimpuh karena tak kuat menahan kakinya yang gemetar.

"Bisnismu lancar?"

"Tentu, Tuan. Ini semua berkat Tuan Katon,"

"Aku tak melakukan apapun," sahut Katon. Dia kemudian diam, memandangi wajah anak buah Bondan satu persatu dengan matanya yang hitam legam.

Cerberus yang sedari tadi bersembunyi di belakang Katon perlahan menampakkan diri, tak lupa menunjukkan deretan giginya yang tajam. Berkali-kali anjing itu menggeram, dengan kilatan mata hitam legam layaknya milik Katon.

"A ... Anjing itu ... " ucap Bondan terbata-bata, teringat akan malam berhujan deras dimana cerberus menyelamatkan Karin.

"Apa yang kau lakukan pada Albert?" tanya Katon dengan nada pelan dan rendah.

Bondan masih tak berani mendongakkan kepalanya, "Apa maksud Tuan?"

"Aku tahu kau tidak bodoh. Hidup ratusan tahun tentunya cukup membuatmu pintar." Katon semakin melangkah maju. Dia berdiri tepat di depan Bondan, hingga yang bisa dipandang Bondan hanyalah sepatu Katon.

"Kenapa kau membunuh Albert?"

Bondan meraung histeris dan meraih kaki kanan Katon. Dia menangis ketakutan, "Aku tidak tahu gadis itu pengantinmu, Tuan."

"Kenapa kau membunuh Albert?" ulang Katon.

Bondan pelan-pelan menghentikan tangisannya, "K ... Karena dia ... menghalangiku ... "

Katon memundurkan langkah dan dengan sedikit kekuatannya, dia memaksa dua anak buah Bondan untuk mengangkat tubuh Bondan. Kini dia dan Bondan berdiri berhadapan. Raut wajah Bondan penuh ketakutan bahkan dia belum berani menatap langsung mata hitam Katon.

"Kau tahu? Hanya aku yang boleh menghabisi Albert ... " ujar Katon pelan. "Bahkan jika aku tidak menikahi anaknya, tetap hanya aku yang boleh menghabisinya,"

Katon memutar tubuhnya ke belakang dan dengan cepat cerberus berlari menyerbu Bondan yang naas, tak sempat melarikan diri. Tubuhnya dicabik dengan buas sebelum dia sempat berteriak meminta pertolongan.

* * *

Sekolah Sofia dimana saat ini Karin menimba ilmu adalah satu-satunya sekolah untuk para bangsawan ibli. Mereka membaur menjadi satu dengan para calon pengantin, sehingga tidak bisa dibedakan kecuali para murid laki-laki yang memang hanya berasal dari para bangsawan iblis. Setelah melalui waktu seminggu berada disini, Karin baru saja mengetahui fakta bahwa Katon memiliki kekasih yang bersekolah di Sofia. Namanya Stefani. Namun berdasarkan info dari Tanya, Katon dan Stefani sudah lama berpisah saat tahu Katon telah menandai bayi Karin.

"Kamu tahu nggak dia sekarang di kelas mana?" tanya Erna penasaran.

Tanya menggeleng, "Kalau aku tahu, emang mau apa?"

"Aku pengen tahu kayak apa sih cewek yang berhasil merebut hati Katon,"

"Karin malah calon pengantinnya," timpal Aldo yang tiba-tiba saja nimbrung saat Karin, Erna dan Tanya sedang mengobrol di kantin. Dia bahkan duduk bergabung bersama mereka.

"Pengantin kan dipilih acak,"

"Nya!" seru Erna, mengisyaratkan Tanya untuk mengunci mulutnya. Tanya yang tak sadar keceplosan langsung menutup mulutnya dengan tangan.

"Sorry, Rin ... "

Karin menggeleng cepat, "Nggak kok, tapi kamu ada benernya. Dia memilihku secara acak ... "

"Lagian kamu ngapain sih bilang kayak gitu!" maki Erna pada Tanya.

"Ngomong-ngomong soal Stefani, kita satu kelas kok," Aldo mengalihkan pembicaraan.

Ucapan terakhir Aldo sukses menghentika kegiatan Erna dan Tanya, bahkan Karin yang sedang asyik menghabiskan makanannya juga sempat melirik Aldo penasaran.

"Kamu penasaran, Rin?" goda Aldo. Sebagai bangsawan iblis dia bisa membaca pikiran siapapun, kecuali Katon.

Karin menggeleng cepat, "Nggak kok. Ngapain juga aku kenal sama mantan pacar Katon?"

"Tapi kalo dia yang pengen kenal sama kamu, gimana?" tanya Aldo, dengan lirikan penuh arti. Karin tak bisa merespon, karena fakta bahwa Katon memiliki kekasih saja sudah cukup membuatnya terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status