Karma seakan sedang menyapa Kejora, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat kemesraan Arjuna dan Elma.Kejora jadi introspeksi diri, mungkin cemburu-kesal-dan marah ini yang Arjuna rasakan ketika melihatnya begitu mesra dengan Marvin.Mendadak mood Kejora berubah buruk, tubuhnya lemas rasanya ingin mengganti pakaian dengan piyama lalu meminum dua butir obat tidur kemudian menenggelamkan dirinya di atas ranjang sehingga ia tidak perlu menyiksa diri lebih lama lagi dengan melihat perhatian Arjuna kepada wanita sakit mental itu.Arjuna seperti seorang pria sejati yang sangat menyayangi kekasihnya, membawakan Elma minuman dan makanan yang memang sudah disajikan sambil menunggu acara di mulai.Kejora tau jika Elma sengaja berbisik-bisik dengan Arjuna kemudian mencetuskan tawa bahagia hanya untuk membuatnya jengkel.Tidak berapa lama tampak Kalila berjalan di dampingi Ayah dan Bunda juga Kakek dan Nenek melewati gerbang yang berada di bagian timur taman yang sengaja didecor indah dengan le
“Apa kamu benar-benar mencintai Kejora?” Untuk pertama kalinya Arjuna menggunakan nada rendah ketika berbicara dengan Marvin.Lelaki itu pun tersenyum. “Kenapa kamu masih mengkhawatirkan Kejora?” Alih-alih menjawab, Marvin malah bertanya dengan maksud meledek menghasilkan dengkusan kesal dari Arjuna.“Sebetulnya apa yang sedang kamu rencanakan? Kamu melamar Elma, berjanji akan menikahinya tapi hati kamu belum bisa melepaskan Kejora ... jika kamu benar-benar mencintai Kejora, seharusnya kamu bisa memperjuangkan cintamu.” Marvin malah memberi saran, sejujurnya ia gemas dengan sikap pengecut sepupunya itu.Arjuna bungkam, menatap pantai kosong di depannya.Bagi Arjuna tidak semudah itu ia bisa memperjuangkan cintanya kepada Kejora.Ada nyawa Elma yang harus ia selamatkan demi persahabatan dan rasa cintanya untuk wanita itu di masa lalu.“Aku mencintainya, jadi tidak perlu mengkhawatirkan Kejora dan berhenti mengganggu gadisku!” tegas Marvin kemudian beranjak berdiri dari pasir.Setelah
Edith : Terimakasih atas makan malam kemarin, aku akan pulang besok. Bisakah kita bertemu sebelum aku kembali?King : Baiklah, akan aku hubungi kamu nanti.Dada Kalila bergemuruh hebat membaca pesan antara King dengan mantannya.Pria itu lupa mengunci layar ponsel sebelum pergi ke kamar mandi.Kalila menggeram kesal karena seingatnya King tidak mengatakan apapun mengenai makan malam bersama wanita lain.Kalila bukan kekasih posesif yang harus mengetahui apa yang dilakukan King setiap waktu.Ia juga sibuk dan waktu luang yang ia miliki hanya ketika sudah berada di rumah.Walau King sering tiba-tiba datang ke rumah jika tidak sempat menjemputnya di kantor, tapi yang mereka lakukan kemudian adalah tidur.Hanya tidur di atas ranjang yang sama sambil berpelukan.Tugas mereka di kantor sangat menyita waktu dan tenaga jadi tidak heran jika Kalila maupun King tidak terlalu sibuk mengurusi kegiatan satu sama lain.Tapi melihat pesan di ponsel King membuat Kalila bertanya-tanya jika mungkin saj
“Aku dengar kamu bertunangan dengan Tuan muda Alterio.” Elvano membuka suara setelah keheningan beberapa lama menemani perjalanan mereka.Pria yang saat ini duduk di samping Kalila karena telah memiliki kedudukan yang sama di anak perusahaan Gunadhya terdengar santai nada bicaranya.Axel yang duduk di samping supir menjadi bertanya-tanya ada hubungan apa antara Kalila dengan pria tampan itu.Kalila menoleh lalu tersenyum sebagai jawaban. “Aku dengar istrimu sedang mengandung,” balas Kalila menghasilkan tawa pelan Elvano.Senyum Elvano masih mampu membuat Kalila terpana hingga tanpa sadar beberapa saat terpaku menatap senyum itu hingga pudar dengan sendirinya karena yang bersangkutan menyadari jika sedang ditatap sedemikian intens.“Ya, sebentar lagi aku akan menjadi Ayah.” “Selamat.” Kalila mengulurkan tangannya.“Selamat juga untukmu.” Bibir Elvano tersenyum tapi tidak dengan matanya.Tidak berapa lama mereka sampai di gedung Pengadilan, banyak media sudah berkumpul untuk mencari in
Kalila bersandar pada pintu yang baru saja ia tutup, jantungnya masih berdebar kencang.Elvano, pria yang mungkin masih meninggalkan cinta di hati Kalila.Kalila pikir hati dan pikirannya hanya untuk King seorang tapi nyatanya Elvano sulit dilupakan.Terlebih Elvano adalah pria baik yang tidak memiliki sejarah kelam bersama banyak wanita.Sementara tunangan Kalila beberapa hari terakhir intens bertemu dengan sang mantan kekasih, anak seorang senator dari Negri Paman Sam.Meski wanita itu sudah memiliki suami tapi tidak menutup kemungkinan untuk mengenang masa lalu bersama King selama di Berlin.Hanya untuk memenuhi rasa penasaran karena ketika pacaran mereka belum sampai pada tahap naik ke atas ranjang.Sering kali terjadi pada banyak orang yang sudah menikah tapi jika itu dilakukan tunangannya, Kalila tidak akan pernah memaafkan King dan akan memilih mundur.Karena karakter tidak akan berubah, King mungkin akan melakukannya lagi bersama wanita atau mantan kekasih lainnya setelah mere
Kakek Andra tersenyum menatap calon cucu menantunya disertai gelengan kepala samar.Ketika sidang kemarin, keunggulan berada dipihak lawan tapi ajaibnya pagi ini sidang langsung mendapat keputusan akhir dengan membacakan seluruh bukti beserta pasal-pasal yang menguatkan kemenangan pihak Gunadhya.Siapa lagi dalang dibalik semua ini bila bukan King? “Kamu tidak perlu melakukan ini, Nak ... kami sudah menerimamu menjadi calon mantu hanya dengan mendengar kesungguhanmu,” kata sang Kakek sambil menepuk pundak King.Tentu Andra sudah mengerti dengan apa yang sedang terjadi.“Kebetulan Kakek adalah pihak yang benar jadi aku hanya meminta mereka melakukan yang seharusnya,” tukas King merendah.Padahal kenyataannya tidak semudah seperti yang King ucapkan.“Thanks, Bro!” Kama berseru bahagia bukan main. Dua malam ia meninggalkan istrinya di rumah bagaikan dua tahun lamanya dan berkat King sekarang ia bisa langsung pulang ke Indonesia.“Anytime, Bro!” balas King dan keduanya bersalaman kemudia
“Marviiiiinnn!” Kejora menjerit setelah mendapatkan kecupan di sudut bibir dari lelaki itu.Ia paling tidak suka jika Marvin mengecupnya jika tidak ada Arjuna.“Kenapa? Biasanya kamu tidak pernah menolak.” Marvin merasa tidak berdosa.Menatap langit-langit kamar, berbaring terlentang di atas ranjang Kejora dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.Bibir Kejora mencebik sebal, ia yakin Marvin tau jawabannya tapi pria itu pura-pura bodoh.Memilih mengabaikan sang teman tapi mesra yang kini sedang menguasai ranjangnya, Kejora kembali fokus pada tugas kuliah yang akan dikumpulkan esok hari.“Baby ... Arjunamu pulang ... .” Marvin memberi tau setelah tadi melompat dari atas ranjang untuk kemudian berdiri di sisi bingkai jendela mengintip ke luar.“Bersama tunangannya,” sambung Marvin membuat Kejora berlari secepat kilat menuju jendela.Marvin tersenyum tipis meningkahi refleks Kejora itu kemudian mengerutkan kening saat melihat raut wajah Kejora berubah sendu.Rasa sakit itu kembali
“Marvin?” Kejora mendongak, tubuhnya tidak bergerak karena lelaki itu memeluk erat.“Hem?” Marvin menjawab parau masih dengan mata terpejam.“Bangun! Kita akan kesiangan,” kata Kejora tapi sepertinya tidak sungguh-sungguh karena ia pun malah mengusel masuk kian dalam ke pelukan Marvin.“Kita bolos saja,” balas Marvin lalu mengecup kening Kejora.“Tapi aku sudah mengerjakan tugas.” Marvin terkekeh pelan membuat Kejora mengerutkan kening kembali mendongak menatap Marvin heran. “Ini hari sabtu Kejora.” Marvin menjawab kebingungan Kejora.Ya Tuhan, ia sampai lupa. Pantas saja Marvin terlihat santai tidak mengerjakan tugas, Kejora pikir sebelum ke rumahnya lelaki itu sudah mengerjakan tugas kuliah.“Ah kamu menyebalkan, kenapa tadi malam tidak memberitauku kalau hari ini libur?” kesal Kejora seraya memukul dada Marvin.“Agar kamu mengerjakan tugas, baby!” Marvin menangkap tangan Kejora yang kemudian ia lingkarkan ke tubuhnya.“Peluk aku ... kita tidur lagi,” gumam Marvin yang masih sanga