“Apa kamu benar-benar mencintai Kejora?” Untuk pertama kalinya Arjuna menggunakan nada rendah ketika berbicara dengan Marvin.Lelaki itu pun tersenyum. “Kenapa kamu masih mengkhawatirkan Kejora?” Alih-alih menjawab, Marvin malah bertanya dengan maksud meledek menghasilkan dengkusan kesal dari Arjuna.“Sebetulnya apa yang sedang kamu rencanakan? Kamu melamar Elma, berjanji akan menikahinya tapi hati kamu belum bisa melepaskan Kejora ... jika kamu benar-benar mencintai Kejora, seharusnya kamu bisa memperjuangkan cintamu.” Marvin malah memberi saran, sejujurnya ia gemas dengan sikap pengecut sepupunya itu.Arjuna bungkam, menatap pantai kosong di depannya.Bagi Arjuna tidak semudah itu ia bisa memperjuangkan cintanya kepada Kejora.Ada nyawa Elma yang harus ia selamatkan demi persahabatan dan rasa cintanya untuk wanita itu di masa lalu.“Aku mencintainya, jadi tidak perlu mengkhawatirkan Kejora dan berhenti mengganggu gadisku!” tegas Marvin kemudian beranjak berdiri dari pasir.Setelah
Edith : Terimakasih atas makan malam kemarin, aku akan pulang besok. Bisakah kita bertemu sebelum aku kembali?King : Baiklah, akan aku hubungi kamu nanti.Dada Kalila bergemuruh hebat membaca pesan antara King dengan mantannya.Pria itu lupa mengunci layar ponsel sebelum pergi ke kamar mandi.Kalila menggeram kesal karena seingatnya King tidak mengatakan apapun mengenai makan malam bersama wanita lain.Kalila bukan kekasih posesif yang harus mengetahui apa yang dilakukan King setiap waktu.Ia juga sibuk dan waktu luang yang ia miliki hanya ketika sudah berada di rumah.Walau King sering tiba-tiba datang ke rumah jika tidak sempat menjemputnya di kantor, tapi yang mereka lakukan kemudian adalah tidur.Hanya tidur di atas ranjang yang sama sambil berpelukan.Tugas mereka di kantor sangat menyita waktu dan tenaga jadi tidak heran jika Kalila maupun King tidak terlalu sibuk mengurusi kegiatan satu sama lain.Tapi melihat pesan di ponsel King membuat Kalila bertanya-tanya jika mungkin saj
“Aku dengar kamu bertunangan dengan Tuan muda Alterio.” Elvano membuka suara setelah keheningan beberapa lama menemani perjalanan mereka.Pria yang saat ini duduk di samping Kalila karena telah memiliki kedudukan yang sama di anak perusahaan Gunadhya terdengar santai nada bicaranya.Axel yang duduk di samping supir menjadi bertanya-tanya ada hubungan apa antara Kalila dengan pria tampan itu.Kalila menoleh lalu tersenyum sebagai jawaban. “Aku dengar istrimu sedang mengandung,” balas Kalila menghasilkan tawa pelan Elvano.Senyum Elvano masih mampu membuat Kalila terpana hingga tanpa sadar beberapa saat terpaku menatap senyum itu hingga pudar dengan sendirinya karena yang bersangkutan menyadari jika sedang ditatap sedemikian intens.“Ya, sebentar lagi aku akan menjadi Ayah.” “Selamat.” Kalila mengulurkan tangannya.“Selamat juga untukmu.” Bibir Elvano tersenyum tapi tidak dengan matanya.Tidak berapa lama mereka sampai di gedung Pengadilan, banyak media sudah berkumpul untuk mencari in
Kalila bersandar pada pintu yang baru saja ia tutup, jantungnya masih berdebar kencang.Elvano, pria yang mungkin masih meninggalkan cinta di hati Kalila.Kalila pikir hati dan pikirannya hanya untuk King seorang tapi nyatanya Elvano sulit dilupakan.Terlebih Elvano adalah pria baik yang tidak memiliki sejarah kelam bersama banyak wanita.Sementara tunangan Kalila beberapa hari terakhir intens bertemu dengan sang mantan kekasih, anak seorang senator dari Negri Paman Sam.Meski wanita itu sudah memiliki suami tapi tidak menutup kemungkinan untuk mengenang masa lalu bersama King selama di Berlin.Hanya untuk memenuhi rasa penasaran karena ketika pacaran mereka belum sampai pada tahap naik ke atas ranjang.Sering kali terjadi pada banyak orang yang sudah menikah tapi jika itu dilakukan tunangannya, Kalila tidak akan pernah memaafkan King dan akan memilih mundur.Karena karakter tidak akan berubah, King mungkin akan melakukannya lagi bersama wanita atau mantan kekasih lainnya setelah mere
Kakek Andra tersenyum menatap calon cucu menantunya disertai gelengan kepala samar.Ketika sidang kemarin, keunggulan berada dipihak lawan tapi ajaibnya pagi ini sidang langsung mendapat keputusan akhir dengan membacakan seluruh bukti beserta pasal-pasal yang menguatkan kemenangan pihak Gunadhya.Siapa lagi dalang dibalik semua ini bila bukan King? “Kamu tidak perlu melakukan ini, Nak ... kami sudah menerimamu menjadi calon mantu hanya dengan mendengar kesungguhanmu,” kata sang Kakek sambil menepuk pundak King.Tentu Andra sudah mengerti dengan apa yang sedang terjadi.“Kebetulan Kakek adalah pihak yang benar jadi aku hanya meminta mereka melakukan yang seharusnya,” tukas King merendah.Padahal kenyataannya tidak semudah seperti yang King ucapkan.“Thanks, Bro!” Kama berseru bahagia bukan main. Dua malam ia meninggalkan istrinya di rumah bagaikan dua tahun lamanya dan berkat King sekarang ia bisa langsung pulang ke Indonesia.“Anytime, Bro!” balas King dan keduanya bersalaman kemudia
“Marviiiiinnn!” Kejora menjerit setelah mendapatkan kecupan di sudut bibir dari lelaki itu.Ia paling tidak suka jika Marvin mengecupnya jika tidak ada Arjuna.“Kenapa? Biasanya kamu tidak pernah menolak.” Marvin merasa tidak berdosa.Menatap langit-langit kamar, berbaring terlentang di atas ranjang Kejora dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.Bibir Kejora mencebik sebal, ia yakin Marvin tau jawabannya tapi pria itu pura-pura bodoh.Memilih mengabaikan sang teman tapi mesra yang kini sedang menguasai ranjangnya, Kejora kembali fokus pada tugas kuliah yang akan dikumpulkan esok hari.“Baby ... Arjunamu pulang ... .” Marvin memberi tau setelah tadi melompat dari atas ranjang untuk kemudian berdiri di sisi bingkai jendela mengintip ke luar.“Bersama tunangannya,” sambung Marvin membuat Kejora berlari secepat kilat menuju jendela.Marvin tersenyum tipis meningkahi refleks Kejora itu kemudian mengerutkan kening saat melihat raut wajah Kejora berubah sendu.Rasa sakit itu kembali
“Marvin?” Kejora mendongak, tubuhnya tidak bergerak karena lelaki itu memeluk erat.“Hem?” Marvin menjawab parau masih dengan mata terpejam.“Bangun! Kita akan kesiangan,” kata Kejora tapi sepertinya tidak sungguh-sungguh karena ia pun malah mengusel masuk kian dalam ke pelukan Marvin.“Kita bolos saja,” balas Marvin lalu mengecup kening Kejora.“Tapi aku sudah mengerjakan tugas.” Marvin terkekeh pelan membuat Kejora mengerutkan kening kembali mendongak menatap Marvin heran. “Ini hari sabtu Kejora.” Marvin menjawab kebingungan Kejora.Ya Tuhan, ia sampai lupa. Pantas saja Marvin terlihat santai tidak mengerjakan tugas, Kejora pikir sebelum ke rumahnya lelaki itu sudah mengerjakan tugas kuliah.“Ah kamu menyebalkan, kenapa tadi malam tidak memberitauku kalau hari ini libur?” kesal Kejora seraya memukul dada Marvin.“Agar kamu mengerjakan tugas, baby!” Marvin menangkap tangan Kejora yang kemudian ia lingkarkan ke tubuhnya.“Peluk aku ... kita tidur lagi,” gumam Marvin yang masih sanga
Pesta pernikahan terindah adalah impian setiap wanita karena berharap hanya akan dilakukan sekali seumur hidup.Sama halnya dengan Kalila yang hanya ingin menikah sekali saja dengan pria yang ia cintai dan tentu mencintainya juga.Lalu pesta pernikahan bagaimana yang diinginkan Kalila? Karena King tidak terlalu peduli dengan pesta, yang ia fokuskan adalah malam pertama.Jadi King menyerahkan semua kepada Kalila meski sesekali memberi saran jika sang tunangan cantiknya sedang kebingungan harus memilih salah satu diantara banyaknya pilihan dari mulai undangan, gaun, catering, dekorasi hingga cat kuku yang akan mempercantik Kalila pada pesta pernikahan nanti.Pesta tersebut tidak berlangsung di Indonesia melainkan di kota Paris, kota indah yang selalu menjadi destinasi wisata setiap pasangan yang saling mencintai.Sebuah gedung telah mereka sewa, balkon luas yang bisa menampung seratus orang dan menghadap menara Eifel akan menjadi tempat resepsi Kalila dan King.Gedung dengan gaya abad