Share

Bab 3. Tolong Sentuh Aku

"Aaaa!" Elara menjerit begitu kencang, dan refleks semakin merapatkan kedua telapak tangannya untuk menutup kedua tangannya.

Sementara itu, pria yang sedang berbaring di atas ranjang dengan hanya mengenakan celana boxer itu, terlihat sangat terkejut mendengar teriakan Elara.

Ia sontak melihat ke tempat Elara berdiri saat ini, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis asing yang sudah berada di dalam kamarnya. Dengan terburu-buru, pria itu pun bergegas turun dari ranjang dan mengambil bathrobe yang tergantung tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Setelah selesai mengenakan bathrobe-nya, pria asing itu pun segera berjalan mendekat ke arah Elara dengan sorot mata yang begitu tajam dan sangatlah menakutkan.

Brakk!

"Hey, siapa kamu?" bentak pria itu setelah sebelumnya ia menggebrak pintu yang sedang Elara gunakan untuk bersandar saat ini.

Elara benar-benar merasa sangat ketakutan sekarang. Bahkan ingin rasanya ia bisa menghilang secara tiba-tiba dari hadapan pria itu, karena Elara benar-benar merasa sangat malu dengan tindakannya yang sudah lancang masuk ke kamar pria itu tanpa izin.

"Ma …. Maafkan aku, Tuan. Aku …. Aku …. Arrghh."

Baru saja Elara ingin mengatakan permintaan maafnya, tiba-tiba saja tubuhnya kembali mengerang. Efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Revand rupanya tak bisa hilang begitu saja. Sekujur tubuh Elara merasa semakin kegerahan. Beberapa kali ia bahkan mengipasi tubuhnya dengan kedua tangannya, tetapi hal itu sama sekali tak ada pengaruhnya, sebab tubuh Elara masih terus saja menggeliat kepanasan.

"Oh My God, apa yang terjadi pada tubuhku sebenarnya?" Elara mengerang, merasakan siksaan yang teramat besar mendera tubuhnya.

"Berani-beraninya kamu masuk ke kamarku tanpa izin? Pergi kamu!" sentak pria itu kasar.

"Tuan, aku tidak sengaja. Aku ...."

"Arrggh!"

Gadis cantik nan seksi itu terus saja meliukkan tubuhnya dengan begitu erotis. Bahkan ia terlihat terus saja menggesekkan kedua kakinya sendiri, untuk mengurangi rasa aneh yang terus saja menyiksanya. Meskipun ia tahu, jika rasa itu tak akan mungkin bisa menghilang begitu saja.

Elara membutuhkan seseorang untuk menyentuhnya, sebab tadi ia merasa begitu lega setelah Revand menjamah area kulit luarnya.

Pria asing yang sedang berdiri di hadapan Elara pun merasa sangat keheranan dengan apa yang dilakukan oleh gadis di hadapannya ini. Jujur saja jantungnya berdegup sangat kencang saat ini, karena dia sedang melihat gadis cantik nan seksi yang begitu menggoda di hadapannya.

Bahkan pria itu baru menyadari, jika Elara ternyata hanya mengenakan mini dress yang menutupi setengah dari pahanya saja. Mini dress dengan belahan dada rendah itu pun sukses membuat kedua mata pria itu membulat. Karena ia bisa melihat dua gundukan dengan size yang cukup besar, tampak menyembul dan nyaris memperlihatkan puncaknya dari balik belahan dada yang sangat rendah.

Dengan susah payah, pria itu meneguk salivanya sendiri. Sebab dalam kondisi kamarnya yang remang-remang seperti sekarang ini, ia masih bisa melihat dengan jelas, bagaimana gadis di hadapannya itu sangatlah cantik dan seksi, hingga mampu membuat bagian bawah tubuhnya menegang.

"Sialan! Kenapa gadis itu bisa sangat menggoda?" geramnya kesal.

Pria itu bahkan mulai memiliki fantasi liar terhadap gadis cantik di hadapannya ini. Dia menatap pada kedua telapak tangannya yang besar itu, dan berkhayal bahwa mungkin kedua telapak tangannya itu tak akan muat untuk menangkup kedua dada Elara yang memang memiliki size jumbo.

Grepp!

Ketika pria itu sedang asyik dengan fantasinya sendiri, tiba-tiba semua khayalannya itu pun buyar. Pria itu membelalak penuh keterkejutan, karena saat ini ia merasakan bahwa Elara sedang memegangi pergelangan tangannya dan menatap ke arahnya dengan tatapan memelas dan meminta untuk dikasihani.

"Tuan, aku mohon, Tuan. Tolong aku! Aku nggak kuat lagi dengan siksaan di tubuhku ini. Huhuhu." Elara menangis tersedu-sedu, sebab tak kuat menahan siksaan di tubuhnya.

Tangan pria itu gemetar. Bagaimana tidak?

Kali ini ia tangannya sedang bersentuhan dengan dari seorang gadis cantik nan seksi yang tengah tersiksa di hadapannya ini. Meskipun pria itu jelas mengetahui, siksaan apa yang gadis itu maksudkan. Karena ia pun tak merasa asing dengan hal-hal semacam itu. Pria itu tahu dengan jelas, bahwa saat ini gadis cantik itu sedang berada dalam pengaruh obat perangsang.

"Tuan, tolong selamatkan aku," pinta Elara sekali lagi, dengan air mata yang terus bercucuran di wajahnya.

"Baiklah. A …. Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu?" Pria itu pun segera menganggukkan kepalanya dengan gugup.

"Tolong tenangkan aku, Tuan. Bagaimana pun caranya. Aku mohon! Aku benar-benar udah nggak kuat. Perasaan ini benar-benar menyiksa. Tubuhku terasa sangat panas, gelisah, dan aku selalu ingin disentuh."

"Arggh!" Clara benar-benar tak bisa mengendalikan tubuhnya yang semakin tersiksa.

Tanpa berpikir panjang lagi, Elara buru-buru melepaskan mini dress yang sedari tadi membalut tubuhnya. Kemudian ia melemparkan sehelai baju itu ke sembarang arah. Dengan hanya mengenakan sepasang pakaian dalam berwarna merah menyala, Elara berjalan mendekati pria asing yang masih terpaku dan menatapnya tak berkedip.

Pria itu benar-benar keruntuhan rejeki nomplok. Di saat ia sedang gelisah dan sendiri, tiba-tiba seorang gadis cantik nan seksi masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu, gadis tersebut meminta bantuan darinya. Dan kini, ia dapat melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang berjalan mendekatinya dengan hanya mengenakan dua helai kain yang menutupi bagian intimnya.

Glekk!

Dengan harus bersusah payah, pria tampan itu menelan salivanya yang tak mau berhenti keluar. Sebab ia sedang dihadapkan dengan pemandangan yang begitu indah di hadapannya. Gadis itu berjalan dengan begitu erotis untuk mendekat ke arahnya. Tubuhnya meliuk dengan sangat menggoda. Kedua kakinya saling bergesekan di pangkal pahanya, untuk meredakan kegelisahan yang mengganggu area segitiganya.

Kedua dada kencang dan padatnya juga terlihat saling berayun, karena penutup itu hanya melindungi bagian puncaknya saja dari tatapan nakal si pria asing. Begitu Elara tiba di hadapan pria asing itu, tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia langsung menyambar bibir ranum milik sang pria dan melumatnya dengan gerakan yang begitu dalam.

"Mmmhh, ahh," desah Elara di sela ciuman mereka.

Kedua tangan Elara menggantung di bahu sang pria, dengan bibir dan lidah yang terus bermain di area bibir lawan jenisnya. Setelah mendapatkan sedikit sentuhan, tubuh dan perasaan Elara merasa sedikit lebih lega. Namun, rasa aneh yang menjalari tubuhnya juga tak bisa hilang begitu saja, karena tubuhnya itu menginginkan sentuhan yang lebih jauh lagi.

Pria itu tak bisa berkutik saat Elara menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulutnya. Ia hanya bisa mematung tak percaya, kalau saat ini ia sedang dicium oleh seorang gadis asing yang begitu cantik dan teramat seksi.

"Mmhhh." Desah kecil itu juga keluar dari bibir sang pria.

Elara terus mengeksplore bagian dalam mulut pria itu dengan lidah dan bibirnya. Suara decakan terdengar cukup jelas, menandakan betapa rakusnya gadis itu menyesap dan membelit lidah sang pria.

Kejantanan pria itu sudah bereaksi, hanya dengan ciuman bibir yang dilakukan oleh gadis cantik itu. Sebenarnya ia merasa enggan untuk membalas ciuman itu, tapi karena Elara terus memaksanya demi alasan untuk menolongnya, maka pria itu pun bersedia melakukan paksaan yang nikmat tersebut.

Salah satu tangan pria asing itu kemudian merengkuh pinggang Elara, dan tangan yang lain menekan tengkuk gadis itu, untuk membuat ciuman mereka terasa lebih dalam dan nikmat. Pria itu mengakui bahwa bibir Elara terasa sangat nikmat, dan bahkan sudah mampu membangkitkan hasratnya. Elara sendiri merasa begitu lega, ketika tubuhnya telah mendapatkan sebuah sentuhan. Akan tetapi, rasa aneh itu masih belum sepenuhnya hilang.

Di sela-sela ciuman mereka, dengan beraninya Elara menarik tali bathrobe yang sedang dikenakan oleh pria itu, hingga bathrobe itu pun terjatuh dan Elara bisa kembali melihat pria itu sedang bertelanjang dada.

Elara berdecak kagum, saat melihat tubuh atletis nan sixpack yang dimiliki oleh sang pria. Otot tubuhnya tercetak jelas, membuat Elara tak tahan untuk menyentuhnya.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" Pria itu menarik diri dari hadapan Elara, karena tak ingin jika gadis itu sampai menyentuh tubuhnya.

"Aku mohon, Tuan. Sentuhlah aku lebih jauh lagi. Aku hanya ingin jika rasa aneh yang menyiksa tubuhku ini segera menghilang. Kamu nggak tahu bagaimana rasanya, tapi rasa ini benar-benar menyiksa. Aku bisa saja mati dibuatnya." Elara kembali menangis di hadapan pria itu.

Pria asing itu pun merasa tak tega melihat gadis cantik di hadapannya ini menangis. Meskipun sebenarnya ia juga sangat berhasrat untuk menyentuh Elara, tetapi ia masih sadar bahwa dirinya sama sekali tak mengenal model cantik itu.

"Tapi kita nggak saling kenal," tolak pria itu, karena tak ingin jika Elara menyesal esok harinya.

"Aku nggak peduli, Tuan. Tolong sentuh aku sekarang aku," rengek Elara yang membuat pria itu tak bisa membantah lagi, karena ia merasa tak tega jika melihat seorang gadis menitikkan air mata di hadapannya.

"Baiklah. Aku akan membantumu," jawab pria itu pasrah.

"Tapi kamu jangan pernah menyesali semua ini," tandas pria itu lagi, yang sama sekali tak dihiraukan oleh Elara.

Setelah mendapat lampu hijau dari lawan jenisnya, Elara kembali menciumi pria itu dengan lebih bersemangat. Dia bahkan menciumi leher dan dada bidang milik sang pria, serta meninggalkan kissmark di sana. Pria itu melenguh, karena semakin tak kuasa menahan benda tegangnya yang terus mendesak, dan meminta untuk segera dibebaskan dari tempatnya.

Nafsu dan hasrat sudah menguasai keduanya. Mereka berciuman dengan sangat liar dan panas, sampai akhirnya sang pria menggendong Elara ke atas ranjang king sizenya. Kemudian ia merebahkan tubuh gadis itu di atas ranjang empuknya.

"Karena ini adalah permintaanmu, maka jangan salahkan aku atas apa yang telah terjadi." Pria itu tersenyum menyeringai.

Elara nampaknya sudah tak peduli sama sekali. Saat ini, yang ia inginkan hanyalah supaya siksaan itu bisa segera lenyap dari tubuhnya. Ia justru menarik tengkuk pria itu, dan membenamkannya di dada indah miliknya. Mendapatkan kesempatan emas itu, tentunya tak akan pernah disia-siakan oleh sang pria.

Dengan gerakan cepat ia melepaskan penutup tubuh Elara bagian atas. Betapa tercengangnya ia, ketika menyaksikan dua bukit yang begitu menantang untuk ia jamah. Tanpa memikirkan apapun lagi, pria itu segera membenamkan wajahnya di dada mulus milik Elara. Bahkan ia juga menciumi leher jenjang milik gadisnya, dan memberikan tanda kepemilikan di leher serta dada Elara yang sangat menggodanya.

Elara menggelinjang, ketika ia merasakan sentuhan yang terasa nyaman dari bibir pria itu, tepat di puncak dadanya. Dia bahkan terus menekan kepala sang pria, supaya menciuminya lebih dalam lagi.

Puas bermain dengan puncak bukit indah milik Elara, pria tersebut bergerak turun. Tatapannya terhenti pada kain segitiga berwarna merah yang membuat birahinya terbakar. Tanpa menunggu waktu lagi, pria itu pun segera menarik kain segitiga tersebut dan membuangnya ke segala arah.

Lagi-lagi kedua matanya terbeliak, kala ia melihat betapa indahnya benda kenyal berwarna kemerahan itu di bawah tubuh Elara. Pria itu menelan ludahnya dengan kasar, dan karena tak bisa lagi menahan rasa penasarannya akan benda itu. Segera ia mulai melakukan pemanasan, yang semakin membuatnya tak tahan untuk segera membenamkan miliknya pada milik si gadis cantik. Setelah pemanasan selesai, pria itu pun bersiap-siap untuk memasuki Elara, dengan membuka kedua kaki gadis itu lebar-lebar, dan memposisikan miliknya.

"Shit! Kenapa susah sekali?" batin pria itu geram, ketika ia tak kunjung bisa memasuki milik Elara yang sempit.

"Apa jangan-jangan …. Dia masih perawan?" Pria itu bermonolog pada dirinya sendiri, dan berniat untuk menghentikan aksinya itu.

Namun, ketika melihat bahwa pria itu berhenti, Elara justru menjerit dan melarangnya supaya tak berhenti. Sebab ketika pria itu nyaris memasukinya, saat itulah siksaan pada tubuh Elara bisa mereda.

Awalnya pria itu tak ingin melanjutkan aksinya, karena takut jika Elara menyesal esok harinya. Akan tetapi, karena Elara terus memaksanya, maka dengan senang hati ia pun memaksakan miliknya untuk masuk kembali.

Blesss.

"Aaaaa" Lagi-lagi Elara menjerit.

Bersamaan dengan itu, pria itu pun akhirnya bisa membobol dinding pertahanan yang Eara jaga mati-matian selama ini. Elara terus menjerit kesakitan dan sesekali meracau, ketika pria itu menghentaknya dengan berbagai ritme gerakan.

Pergulatan panas pun terjadi dengan begitu dahsyat malam itu, karena ternyata pria itu sangatlah hebat di atas ranjang. Sedangkan pria itu tak hentinya memuji Elara, karena gadis itu terasa begitu nikmat dan berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya. Setelah bermain sekitar dua jam, akhirnya mereka pun sama-sama terkulai lemas setelah mencapai puncak kenikmatan.

"Aww." Elara terbangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Apa yang terjadi?"

Gadis itu menatap ke sekeliling tempatnya berada saat ini. Ia merasa sangat asing dengan tempat ini, dan Elara yakin jika tempat ini bukanlah rumahnya ataupun kamar tidurnya.

"Ada dimana aku?" tanyanya lagi dengan raut wajah penuh kebingungan.

Elara pun mencoba untuk bangun dan menoleh ke sampingnya. Seketika matanya terbelalak, bahkan mungkin nyaris lepas dari tempatnya, dan darahnya serasa berhenti berdesir saat itu. Bagaimana tidak?

Kali ini Elara melihat seorang pria yang sedang tertidur pulas dengan mengenakan selimut yang sama dengannya. Pria itu tidur sambil menghadap pada Elara dan juga tengah memeluk pinggang rampingnya. Namun, bukan karena hal itu saja yang membuat Elara merasa sangat terkejut. Melainkan, karena ia sangat familiar dengan wajah pria yang saat ini sedang berada di balik satu selimut yang sama dengannya itu.

"Arion ... Kyle?"

Elara sampai terbata mengucap nama pria yang selama ini menjadi idola. Ya, pria yang semalam telah bergulat dengannya ternyata adalah Arion Kyle, seorang aktor Jerman blasteran Korea, yang saat ini sedang mengadakan tour dan jumpa fans di Indonesia. Pasti bisa dibayangkan betapa tampannya pria itu.

Sungguh, Elara sama sekali tak pernah menyangka bahwa ia akan bisa tidur dalam satu ranjang yang sama dengan idolanya itu.

Ingin sekali rasanya Elara memekik dan memeluk Arion saat itu juga. Namun, seketika ia menghentikan aksi bahagianya itu, ketika Elara menyadari bahwa saat ini dia dan Arion ....

Sama-sama tak mengenakan pakaian.

"Oh My God, apa yang terjadi?" jerit Elara.

Ia segera memeriksa di balik selimut, dan benar saja. Saat ini ia tak mengenakan sehelai benang pun. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Elara berusaha mengingat kejadian yang telah terjadi semalam, tetapi ia sama sekali tak mengingatnya. Ia hanya ingat ketika Revand membawanya ke dalam kamar hotel dan hendak menyentuhnya. Elara marah dan memukul pria itu dengan vas, dan setelah itu ia benar-benar lupa akan apa yang telah terjadi.

"Revand sialan! Pasti dia sudah memasukkan obat jahanam itu ke minumanku. Shit!" Elara memaki-maki.

Pandangannya kembali beralih pada Arion. Demi apapun, idolanya itu memang sangat tampan. Wajar saja, jika hanya dengan melihat fotonya saja sudah membuat Elara tergila-gila.

Namun, begitu teringat apa yang sudah terjadi, Elara jadi berpikir ulang untuk mengagumi Arion. Dia yakin bahwa pria itu sebenarnya juga mengenal dirinya yang berprofesi sebagai seorang model, dan Elara merasa pasti bahwa Arion juga sengaja melakukan semua ini, karena menginginkan tubuh indahnya, selayaknya yang telah Revand lakukan.

"Hey, bangun kamu! Dasar pria kurang ajar." Dengan kasar, Elara mengguncangkan tubuh Arion dan ingin memarahinya habis-habisan.

Perlahan-lahan, Arion mulai membuka kedua matanya. Mata indah itu langsung disapa dengan wajah merah padam yang menunjukkan betapa marahnya Elara saat ini.

"Hey, kamu sudah bangun?" Arion tersenyum kecil.

Sungguh, ekspresi wajah Arion yang seakan tak menunjukkan kesalahan itu, semakin membuat Elara merasa geram. Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera menampar pria yang selama ini sudah ia idolakan sejak lama.

Plakk!

Arion sama sekali tak membalas atau pun menunjukkan kemarahannya. Ia hanya memegangi pipinya yang terasa panas, sambil tersenyum kecil dan menatap remeh pada Elara.

"Kenapa?" tanyanya lirih.

"Kamu? Berani-beraninya kamu melakukan semua ini padaku, hah? Aku kira kamu itu aktor baik dibalik wajah tampanmu seperti yang aku lihat di mana-mana. Tapi ternyata apa? Kamu itu nggak lebih dari seorang predator yang sengaja menjebak seorang gadis seperti aku kan?" Elara mulai meluapkan amarahnya.

"Kamu pasti sengaja memanfaatkan kesempatan, karena aku nggak bisa ingat apapun tentang hal semalam. Kamu pasti sengaja meniduriku karena kamu memang menginginkan tubuhku kan? Ngaku kamu!"

"Kamu pasti sering melihatku di dunia maya, dan kamu jadi punya niat untuk mencicipi tubuhku, seperti pria-pria hidung belang yang lain. Kamu pasti sudah menodaiku. Benar seperti itu kan?" Elara melontarkan tuduhan bertubi-tubi kepada Arion.

Namun, aktor sekaligus penyanyi asal Korea itu malah terlihat santai dan tak tersinggung sedikit pun dengan ucapan Elara. Ia bahkan mengangkat sebelah bibirnya, hingga menyunggingkan senyum sinis yang mampu menusuk hati Elara seketika itu juga.

"Aku berniat menodaimu? Yang benar saja. Apa kamu tidak ingat, siapa yang menerobos masuk ke dalam kamarku dan memaksa meminta bantuanku untuk menyentuh tubuhmu itu? Hmm, apa kamu tidak ingat?"

Deggh!

Pertanyaan Arion itu sukses membuat tubuh Elara membeku, sebab ia memang benar-benar tak ingat akan apa yang telah terjadi padanya tadi malam.

Mungkinkah jika dirinya yang telah lebih dulu datang dan memaksa Arion untuk menyentuhnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status