Share

Bab 6. Selalu Mengingatmu

Berlin, Jerman.

Kini di sebuah club malam yang sangat ramai, lampu warna-warni terlihat sangat jelas memenuhi ruangan. Suara musik yang keras, menghantam indra pendengaran orang-orang yang ada disana.

Tepat di sebuah club malam berbintang, Arion baru saja mendudukkan bokongnya di salah satu sofa. Namun, seketika pria itu terperanjat kaget ketika seorang gadis cantik nan berpakaian setengah terbuka, langsung menghampiri dan duduk di pahanya.

"Aku sangat merindukanmu, baby," bisik Liza, dengan tangan yang sudah melingkar di leher Arion.

"Aku juga merindukanmu, baby," bisik Arion, yang kini mulai ikut melingkarkan tangannya pada pinggang ramping milik Liza.

Pria itu tersenyum menatap wajah cantik kekasihnya yang lama tidak dia lihat. Liza menangkup kedua pipi Arion, lalu dengan lembut ia mengelus pipi kekasihnya itu.

"Tapi kamu masih cinta padaku kan, Sayang?" tanya Liza tanpa ragu, dan membuat Arion lekas menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja aku masih sangat mencintaimu, baby."

Liza tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada wajah Arion. Perlahan ia mulai memejamkan mata bersamaan dengan Arion yang turut memejamkan matanya secara perlahan.

Arion merasakan jika Liza mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Tangan Liza kini bahkan berpindah ke belakang kepala Arion, menekan kepala pria itu agar mau membalas ciuman dirinya.

"Liza agresif sekali," batin Arion saat perlahan ia membuka mata dan melihat wajah Liza yaang begitu berhasrat menciumnya.

Aliran darahnya berdesir cepat, membuat Arion turut membalas ciuman yang diberikan oleh Liza, tapi dengan mata yang terbuka. Dia menatap wajah Liza yang seperti tengah menahan sesuatu.

Namun, entah kenapa ia mulai merasa aneh kepada dirinya sendiri. Ia sama sekali tidak merasakan nafsu, walau Liza sudah mencium dirinya berkali-kali bahkan dengan pakaian seksi yang dia kenakan saat ini. Bahkan belahan dada gadis itu sangat terlihat jelas, tetapi tidak membuat Arion merasa terangsang saat melihatnya.

Ia masih berusaha untuk membalas ciuman dari Liza, walau sulit rasanya mengingat bahwa dirinya benar-benar tidak merasa terangsang.

Entah kenapa, pikiran Arion kali ini justru tertuju kepada gadis yang beberapa hari lalu ia temui di Jakarta dan menjadi rekan one night stand nya.

Ya, siapa lagi jika bukan Elara.

Arion masih bisa membayangkan setiap lekuk tubuh gadis itu, bahkan ia seolah masih bisa merasakan bagaimana rasa tubuh nikmat milik Elara.

"Apakah Aku bisa merasakannya lagi?" batin Arion yang meronta tanpa sadar, saat ia terus mengingat permainan panasnya bersama dengan Elara tempo hari.

Terlebih lagi dirinya lah yang sudah mengambil keperawanan Elara, membuat Arion merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Hal itu tidak akan bisa membuat Arion lupa pada saat malam yang indah tersebut.

Berbeda dengan Liza, dimana Arion mendapatkannya dalam keadaan yang sudah tidak virgin. Namun bukan berati hal itu membuat Arion langsung membuang Liza begitu saja.

Walau Arion saat ini menikmati permainannya bersama dengan Liza, ia berusaha untuk tetap terlihat berhasrat. Hanya saja, wajah dan bayangan Elara terus menghantui pikirannya. Membuatnya kadang merasa tidak konsentrasi, sebab baginya Elara adalah sosok gadis yang berbeda dari yang lainnya.

Liza masih saja melumat bibir Arion penuh nafsu, sementara pria itu tak terlalu membalasnya dan hanya memberikan ciuman hambar.

Perlahan Liza mulai membuka matanya. Ia melepaskan ciumannya sembari menatap wajah Arion yang kini tengah menatapnya juga. Liza tahu, jika Arion kali ini tidak menyukai permainan yang ingin dia buat.

"Kenapa kamu berbeda, Arion?" tanya Liza dengan perasaan kecewa, lalu menangkup kedua pipi kekasihnya itu kembali.

"Aku hanya sedikit lelah, baby," jawab Arion santai, yang justru membuat Liza mendengus kesal.

"Kamu jahat, Arion!" marah Liza.

Merasa sudah terabaikan, Liza pun segera mendorong tubuh Arion pelan. Sebelum akhirnya ia beranjak bangun dari paha Arion dan segera pergi dari hadapan kekasihnya tersebut.

"Liza, tunggu!"

Namun Liza sama sekali tak menoleh padanya. Arion kini menatap kepergian Liza dengan perasaan yang berbeda. Ya, baginya Liza adalah sosok gadis yang sangat cantik. Bahkan gadis itu sangat lihai membuat dirinya merasa tertarik. Namun, kali ini dia tetap merasakan perbedaan dan keanehan yang ada pada dirinya.

"Ah, sudahlah. Mungkin dia sedang butuh ketenangan saja," tepisnya.

Arion lalu menggelengkan kepalanya, menepis pikirannya dan berusaha melawan pikiran agar tidak terus mengingat tentang Elara. Ia ingin kembali fokus pada Liza. Hanya saja, bayangan Elara saat ini terus menghantui pikirannya.

"Huft!" Arion membuang nafasnya kasar, lalu mulai meneguk wine yang ada di sampingnya.

Tak ingin terlalu terkekang dengan masalah diantara dirinya dan Liza, dengan cepat Arion pun segera mengambil ponselnya di atas meja. Ia merebahkan sedikit tubuhnya di sofa, dan mulai menelusuri media sosialnya.

Ia hanya menscrol beranda saja, sebelum ada niatan untuk mencari nama Elara Margaretha di lama pencarian gugel.

Sambil menunggu, ia menatap di sekeliling tempat tersebut. Banyak pria dan wanita yang tengah melakukan aksi gelapnya disana, membuat Arion tertawa sinis sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa tidak membawanya ke kamar VIP saja, kan lebih leluasa?" gumam Arion saat melihat para pasangan yang tanpa malu melakukan hal tersebut di khayalak umum.

Pandangan pria itu pun kembali tertuju kepada ponselnya, dimana ia langsung melebarkan matanya ketika melihat foto-foto yang tertera di ponselnya saat ini.

Sangat terlihat jelas di sana, jika Elara adalah seorang model yang sangat terkenal, dan merupakan wanita dari kalangan atas. Arion menggelengkan kepalanya tak percaya, membuatnya menatap kaget ke ponselnya itu.

"Berarti aku telah melakukan one night stand itu bersama dengan seorang model terkenal?" lirih Arion terpaku.

Merasa tidak percaya, ia pun mulai mencari foto-foto Elara lagi. Tapi lama-kelamaan sudut bibirnya langsung terangkat saat melihat beberapa foto seksi Elara yang begitu menggodanya, menggelitik perasaan Arion begitu saja.

"Ah, gadis ini benar-benar sangat seksi dan indah. Tapi kenapa kamu harus di pertemukan denganku, Elara? Aku jadi tidak bisa lupa padamu," gumam Arion sembari menatap satu persatu foto Elara yang terpampang jelas di ponselnya itu.

Namanya yang sudah melesat tinggi, membuat fotonya di laman pencarian itu juga sangat banyak, bahkan dengan beberapa pose dan gaya model lainnya. Tatapan Arion kini kembali tertuju kepada foto Elara yang tengah berpose indah, membuat pria itu terus menatapnya dengan penuh rasa. Tak lupa ia juga menscreenshot foto Elara dan di simpannya di galeri ponselnya.

"Kamu sangat cantik dan seksi, Elara. Bahkan jauh lebih cantik daripada Liza yang asli Jerman," gumam Arion penuh takjub

Arion terus tersenyum melihat foto demi foto milik Elara. Ingin sekali rasanya ia untuk melihat gadis Itu kembali.

"Ahh, entah kenapa aku benar-benar merasa sangat rindu dengan gadis itu," ucap Arion lirih.

Walau dia sudah memiliki seorang kekasih, namun kali ini gadis bernama Elara itu sudah berhasil mencuri pikiran dan hatinya dari Liza.

Lagi-lagi Arion terus menelusuri laman pencarian itu, dan bahkan sekarang ia juga berpindah di akun i*******m resmi milik Elara. Banyak sekali komen dan like yang sangat mengagung-agungkan Elara di sana.

Tanpa ragu, Arion menekan tombol follow, dan masih mencoba menstalking akun i*******m gadis itu, melihat highlight yang dia buat, serta story-story yang membuat Arion benar-benar sangat ingin bertemu dengannya. Sejalan pikirannya teringat kembali akan tubuh elok Elara yang benar membuat dirinya merasa dibutakan.

"Arghh! Elara, kamu benar-benar sudah membuatku gila," lirih Arion sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

Semua akun media sosial milik Elara sudah di dapatkan oleh pria itu. Namun, hal itu semakin membuat kerinduannya semakin bertambah besar, ingin sekali bertemu dengan Elara.

"Arion, apa yang terjadi padamu? Sepertinya kau terlihat pusing sekali," tanya seorang teman pria Arion yang sudah melihat gerak -gerik aktor tampan itu dari awal.

Arion pun mengulas senyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau tidak perlu tahu," jawab Arion ketus.

Pria itu terkekeh pelan, lalu ia melirik sekilas ke arah ponsel milik Arion.

"Wah, rupanya kau sedang melihat foto seksi milik Elara Margaretha? Apakah kau terangsang?" tebaknya yang seketika membuat Arion langsung menatap tajam ke arah temannya itu.

"Ah, dia memang sangat cantik, tubuhnya juga sangat seksi dan indah. Siapapun pria, pasti akan tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti Elara," puji pria itu tanpa sadar, yang membuat Arion menjadi kesal sendiri.

"Ternyata seorang aktor papan atas Jerman sepertimu juga mengenal model internasional seperti Elara ya? Tapi aku sangat yakin, jika wanita cantik dan seksi seperti dia pasti sudah tidur dengan banyak pria. Rasanya aku juga ingin menjadi salah satu pria yang berhasil menidurinya. Itu pun kalau dia mau denganku," lanjut pria itu dengan tawa di wajahnya.

Brakk!

Arion menggebrak meja dengan sangat kasar, merasakan gemuruh di dadanya yang kian kencang. Dengan cepat, pria itu segera memasukan ponsel ke saku bajunya dengan kasar. Pandangannya semakin tajam dan berkilat-kilat murka pada temannya itu.

"Jangan pernah menyebut Elara dengan panggilan seperti itu. Dia sama sekali tidak seperti yang kau pikirkan," geram Arion kesal, merasa tak terima jika Elara dituduh sudah tidur dengan banyak pria. Padahal ia tahu faktanya, jika dirinyalah pria pertama yang sudah meniduri Elara.

"Kau datang justru membuatku semakin kesal, dan bukannya malah menghiburku," lanjut Arion kesal.

Teman Arion itu seketika mengernyitkan dahinya dengan perasaan heran. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Arion, sehingga temannya itu bisa marah-marah seperti tadi.

"Arion, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu marah saat aku mengatakan hal itu tentang Elara?"

"Lupakan saja! Tapi lain kali kau harus menjaga ucapanmu tentang Elara."

"Hmm, baiklah kalau begitu. Oh iya, apakah wanita tadi tidak mau kau ambil?" tanya pria itu lagi, membuat Arion menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa?"

"Gadis yang tadi pergi."

Arion hanya berdecak kesal sambil memutar bola matanya malas.

"Ambil saja kalau kau mau," jawab Arion datar, lalu bergegas pergi dari hadapan pria tersebut. Ia pun juga tidak tahu, kenapa dirinya benar-benar merasa tidak peduli kepada Liza. Sebab pikirannya sekarang hanya tertuju kepada Elara.

Ya, Elara Margaretha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status