Share

Tuan, Anda berdarah!

'Tetap pergi atau batalkan?' Gundah Shaw dalam hati. Tujuan utama pergi mencari panasea dan mengajak Bold adalah agar bisa kembali ke barat daya dan mengambil tas pemberian Daniel, tapi sekarang tas itu sudah kembali padanya.

"Jadi, kalian akan langsung pergi?" Spencer meletakkan sebuah keranjang penuh apel merah yang sudah dicuci. Ia masukkan apel itu ke dalam dua wadah.

"Benar, Kek. Kami akan langsung pergi ... biar tidak kesorean nanti pulangnya, soalnya ini sudah mau siang." Shaw menjawab. Merapikan pakaiannya. 'Pergi sajalah ... aku sudah terlanjur bilang, Bailey pun pasti sudah mengatakan itu pada orangtuanya.'

"Ya sudah, berhati-hatilah. Ini ada apel yang sudah masak. Kakek memetiknya pagi-pagi sekali hari ini," ujar Spencer. Memberikan sekantung apel merah pada Bailey dan Edvard.

"Terima kasih, Kek." jawab Bailey dan Edvard.

Kuda berpacu menjauh, membelah jenggala. Menuju distrik Aloclya.

Shaw menengok ke arah kiri saat sampai di hamparan padang rumput; melihat rute jalan yang dilaluinya saat pelarian bersama Daniel. Tampak beberapa bangunan telah selesai direnovasi, juga orang-orang yang sibuk melakukan pekerjaan mereka di bangunan lainnya.

"Ada apa?" Bailey membuka suara. Melirik ke belakang sekilas.

"Tidak, hanya melihat perbaikan bangunan di sana itu," tunjuk Shaw ke arah barat.

"Ramai?" tanya Bailey lagi. Shaw mengangguk.

"Ayah memerintahkan untuk membuka lebih banyak lowongan dan merekrut lebih banyak orang, katanya agar renovasi lebih cepat selesai." Bailey menjelaskan tanpa menoleh. Fokus pada kuda dan jalanan.

Birai setebal 50 cm berdiri kokoh di kedua sisi jembatan yang melengkung di sungai perbatasan. Abu-abu gelap warnanya menyempurnakan pemandangan. Berbaur dengan jernihnya air sungai, hitam batu, cokelat batang pepohonan, hijau daun dan terangnya cahaya yang menyelusup malu-malu. Jenggala asri ini akan lebih berwarna saat musim semi dan musim gugur.

"Rasanya hutan ini semakin indah saja," Shaw berkomentar. Di depan, kekehan terdengar dari Bailey. Merasa lucu akan Shaw yang seperti seorang pengunjung sedang berkeliling.

Bangunan rumah-rumah bak istana dengan halaman seperti taman yang luas nan indah tersuguhkan di depan mata begitu melewati hutan. Sungguh berbanding terbalik dengan distrik acilav yang sederhana.

Asrama pasukan elite Zanwan terletak tak jauh dari mansion Hunt. Terpisah oleh hampar pekarangan, dinding pagar, dan jalanan. Mansion Hunt sendiri memiliki halaman yang luas seperti taman seribu bunga. Ini dikarenakan nyonya besar--Jillian suka sekali tanam-menanam, terutama bunga.

Keluarga pemimpin Zanwan seharusnya tinggal di mansion tertua di Zanwan, sebuah bangunan menyerupai kastil dengan hamparan padang rumput yang luas. Letaknya di dekat bukit utara. Namun, Ascal dan Jillian sepakat menolak. Keduanya memilih tinggal di rumah yang mereka bangun dari uang mereka berdua. Memilih dekat dengan asrama pasukan elite Zanwan karena pada saat itu Ascal sering bolak-balik ke sana ... entah untuk melihat prajurit berlatih atau latihan sendiri.

Dahulu pula pemimpin di Zanwan dipanggil dengan sebutan Yang Mulia ... panggilan khas untuk seorang raja. Namun, sejak Ascal dilantik, panggilan itu dihapuskan. Banyak suara yang tidak setuju dan sempat terjadi perdebatan panas di ruang rapat, namun Ascal mengabaikan semuanya.

"๐˜๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ... ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ญ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ต, ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜จ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ. ๐˜‘๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜บ๐˜ข. ๐˜’๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข. ๐˜๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ช๐˜ญ, ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜”๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ, ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ." Bailey menuturkan suatu hari, kala Shaw bertanya padanya mengenai kastil dan panggilan yang dihapuskan.

Shaw hanya melihat sekilas mansion Hunt dari celah pagar besi yang tinggi lagi kokoh. Terlihat jelas hamparan taman bunga di halaman depannya.

Sementara kuda yang ditunggangi Shaw dan Bailey melambat; bersiap untuk berbelok masuk ke kawasan asrama prajurit elite Zanwan, Edvard menghentikan lajunya.

"Saya hanya mengantar sampai di sini, ya." Edvard berujar.

"Terima kasih, Tuan Dokter." Shaw menyahut.

"Hati-hati di jalan," sambung Bailey.

"Shaw, kalau mulai merasa tidak nyaman punggungnya, lepaskan bajunya beberapa saat sampai merasa lebih baik. Dan ingat, jangan memberi tekanan berlebih." Edvard mengingatkan.

"Roger, Kapten!" seru Shaw semangat. Mengangkat tangan membuat pose hormat. Edvard terkekeh dibuatnya.

"Baiklah, saya pergi dulu," pamit Edvard. Memperbaiki posisi tas di gendongannya. "Semoga sukses!" lanjutnya. Tersenyum. Menekuk siku, mengepalkan tangan ke atas lalu menariknya ke bawah.

Para prajurit yang sedang mengobrol, berlatih, dan melakukan aktivitas lainnya berangsur menegapkan daksa dan menundukkan pandangan seiring mata mereka menangkap kehadiran sang tuan muda.

"Woaahh ... luasnyaa ...." Shaw menatap takjub sekeliling. Suaranya yang jadi terdengar lebih kencang karena suasana hening, membuat beberapa prajurit sedikit mengangkat kepala mereka; mencuri pandang pada Shaw. 'Itukah anak yang dimaksud dalam kabar itu?' tanya mereka dalam hati.

Seorang prajurit yang sedang bertugas jaga berlari dari arah jam 9. Mendekati Shaw dan Bailey yang hendak turun dari kuda.

"Adakah sesuatu yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya. Menatap bumi.

"Aku mencari Bold. Di mana dia?" tanya Bailey. Turun dari kuda setelah Shaw.

"Tadi pagi saya melihat Bold di halaman belakang, Tuan. Mari saya antar ke ruangan untuk menunggu, biar saya panggilkan Bold sesudahnya," ujar sang prajurit.

"Terima kasih, tapi tidak usah. Kami akan menemuinya sendiri. Umm ... minta tolong bawa kuda ke tempat yang lebih teduh boleh?" Bailey melihat sekeliling. "Bawa ke mana saja asal tidak terlalu jauh," tambahnya.

"Seperti yang Anda katakan, Tuan Muda." Sang prajurit merespon. Shaw dan Bailey mengucapkan terima kasih juga pamit melanjutkan langkah menuju lorong. 'Betapa santunnya,' batin sang prajurit. Menatap punggung Shaw dan Bailey sepersekian detik, lalu menarik kekang kuda ke dekat pos jaganya.

Suara denting pedang memenuhi udara. Terlihat di lapangan yang luas di tengah bangunan asrama itu, para prajurit yang berlatih. Namun bising itu tak bertahan lama. Seperti di luar tadi, perlahan berangsur mereka menegapkan daksa dan menundukkan pandangan ketika mata menangkap kehadiran sang tuan muda.

"Tuan, Anda berdarah!" Shaw sedikit berteriak, berlari menghampiri seorang prajurit dengan kaos pendek berwarna hitam polos yang tergores tangan kirinya oleh pedang. Sayatan tipis sepanjang 7 cm itu terlihat jelas di sana.

Aksi Shaw sontak menjadi perhatian prajurit lain, termasuk Bailey yang segera menghampiri.

"Shaw, ingat kata Kakek. Kau harus berhati-hati." Bailey mengingatkan. Menghela napas kecil.

"Sebentar," jawab Shaw singkat. Mengeluarkan sebuah kain berwarna hijau tua yang terlipat persegi dari sakunya. "Berikan tangan Anda, Tuan."

"T-tidak apa, ini hanya luka kecil." Sang prajurit menarik tangan kirinya ke belakang; berusaha menyembunyikan.

Tak mengindahkan, Shaw menarik tangan kiri sang prajurit lalu mengikatkan kain menutupi lukanya.

"Luka sekecil apapun bisa jadi masalah dan penyebab luka lain yang lebih serius jika dibiarkan berlama-lama ... terlebih jika terkena udara bebas." Shaw berujar. Menalikan ujung kain sekali lagi. "Nah, sudah," imbuhnya. Menepuk tangan sekali dan mengangkat wajah menatap sang prajurit. "Nanti segera obati kalau sudah selesai berlatih, ya- ...."

Sang prajurit terbengong-bengong, kemudian mengangguk pelan.

"B-baik, terima kasih ...," tukasnya. Kehabisan kata-kata. Sampai Shaw dan Bailey berlalu menjauh, sang prajurit tak mengatakan apapun lagi. Hanya menatap punggung dua bocah lelaki itu.

"Apakah dia anak yang dibicarakan itu?" Prajurit lain bertanya dengan suara pelan.

"Kurasa iya. Buktinya dia terlihat bersama Tuan Muda," respon prajurit lain.

Image Bailey yang terkenal dingin dan tak mudah didekati apalagi diajak berteman sudah menyebar luas, menjadi rahasia umum di kalangan penduduk Aloclya. Melihat Bailey berjalan dan pergi bersama orang lain sebayanya adalah sesuatu yang langka.

"Baik sekali dia," sahut prajurit yang lain lagi. Lalu suasana kembali seperti semula; para prajurit meneruskan latihannya.

"Itu Bold!" Bailey melempar pandangan pada seseorang yang berlatih pedang di tanah lapang, di halaman belakang asrama yang sepi.

"Ruciragati sekali gerakannya ... tajam pandangan lagi tenang. Pantas saja dia menjadi yang terbaik di Zanwan." Shaw berkomentar. Terkesima melihat gerakan pedang Bold yang lembut namun tegas.

"Benar. Dia menghanyutkan sekaligus mematikan." Bailey mengangguk setuju.

Bold, begitu ia biasa dipanggil. Adalah seorang yang jagur, seniman bela diri dan prajurit terbaik di zanwan. Ia bergabung ke dalam pasukan elite 7 tahun lalu, saat usianya 16 tahun. Setelah melewati proses seleksi yang ketat dan berat.

Merasa diperhatikan, Bold menoleh. Mendapati Shaw dan Bailey berajalan mendekat. Mengenali kedua bocah itu, Bold menundukkan pandangan. Bukan karena Shaw, tetapi Bailey.

"Angkat kepalamu, Bold." Bailey memerintah.

"Bold! Bagaimana kabarmu?" Pertanyaan dengan nada riang dari Shaw menyambut di detik Bold mengangkat kepala.

"Kabarku baik. Bagaimana denganmu? Kudengar kau terluka parah." Bold menatap tanpa ekspresi.

"Kabarku juga baik!" Shaw menjawab seraya tersenyum cerah.

"Shaw, beritahukan." Bailey menatap Shaw seraya memberi anggukan. Shaw menatap Bailey sekilas dan balas mengangguk, lalu menatap Bold yang masih menampilkan wajah tanpa ekspresi.

"Bold, aku ingin memintamu untuk menemani perjalananku mencari panasea ke luar desa. Maukah? Iya? Mau, 'kan?" Shaw mengedip-ngedipkan matanya memohon, menyatukan kedua tangan di depan dada dan memasang wajah imut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status