Lagu yang mengiri acara dansa tersebut akhirnya berhenti, Arsha mengembuskan napas setelah entah sejak kapan menahan napasnya.Tidak ada yang terjadi, sungguh melegakan bagi Arsha. Kama membawa Arsha mencari tempat untuk duduk dengan tangan sang wanita yang melingkar di lengannya.Beberapa pasang mata memandang heran ke arah Kama yang pernah digosipkan sebagai penyuka sesama jenis.Mereka cukup puas mendapati wanita yang sedang bersamanya saat ini sangat cantik, serasi dengan Kama yang tampan.“Bang?” “Hem?” Sungguh, Arsha benci jawaban Kama yang hanya bergumam seperti itu tapi tahan dulu.Jangan ada protes memprotes dalam proses penjajakan ini, mereka harus saling memaklumi.“Mereka kok ngeliatin kitanya gitu banget sih, Bang?” Arsha bertanya heran.“Ini kali pertama aku bersama seorang wanita datang ke sebuah pesta.” “Oh, itu kenapa dulu Abang disangka homreng, ya?” celetuk Arsha yang langsung mendapat lirikan tajam dari Kama.“Tau gosip itu dari mana, nih cewek?” batin Kama ber
Arsha beserta Kakek dan Neneknya masih sempat sarapan bersama Kama dan Kalila pagi itu sebelum kepulangan mereka ke Indonesia.“Jadi kapan kamu akan melamar Arsha?” Andra bertanya di sela sarapan paginya.Arsha mendongak. “Enggak jadi Kek, Abang enggak akan ngelamar Caca ... Caca enggak mau nikah sama Abang.” Itu Arsha yang menjawab membuat semua orang di meja makan itu terkejut menatap Arsha dengan kening mengkerut.Apalagi Kama yang memberikan tatapan nyalang. “Maaf ya Kek ... Nek ... tapi Caca mau nikah sama cowok yang bener-bener sayang sama Caca, yang mau nerima kekurangan Caca bukan karena merasa bersalah,” ungkap Arsha, nada suaranya rendah bahkan terdengar getir.Masih sakit hati karena tadi malam Kama malah menyudutkannya.Ini harus ia lakukan demi menghindari neraka dalam rumah tangganya nanti.“Fine!! Aku enggak akan nikahin kamu! Puas? Kamu dari kemarin ngomong gitu terus, kalau memang kamu enggak mau nikah sama aku enggak usah cari-cari alasan kaya gitu! Bukan aku enggak
Seorang gadis melambai dari kejauhan, senyumnya selalu membuat hati Aarash bergetar, semakin bergetar seiring langkahnya yang kian mendekat.“Udah lama?” Rachel bertanya sambil menarik kursi di depan Aarash.“Baru aja,” jawab Aarash berdusta, padahal hampir satu jam ia menunggu dan sudah pergi jika saja Rachel tidak memberi kabar akan datang terlambat.“Tadi salah satu pegawai aku ijin pulang cepat karena anaknya sakit, mau enggak mau aku harus gantiin kerjaan mereka,” Rachel memberi alasan setelah menjatuhkan bokongnya di kursi.“Enggak apa-apa ... tadi aku udah mau jemput—“ “Kalu kamu jemput nanti kamu bolak-balik kesini, enggak efisien ...,” sela Rachel sebelum Aarash menyelesaikan kalimatnya.Aarash tersenyum lembut, berubah canggung ketika Rachel menatapnya lekat.“Tumben ngajak ketemu, ada apa?” sang wanita pun bertanya.“Bukannya akhir-akhir ini kita sering ketemu?” kata Aarash balik bertanya.“Nah, itu ... sebetulnya ada apa?” Rachel mengulang pertanyaannya.“Kamu ngerasa eng
“Memangnya Aarash ada masalah keluarga apa sih?” Kenzi bertanya dengan tatapannya lurus ke arah televisi.Rachel mengembuskan napas, menyandar pada sofa sambil merebahkan kepalanya di pundak sang Mama yang sedang sibuk membalas chat di grup arisan sosialitanya.“Kalau Rachel cerita, janji ya Mama sama Papa jangan cerita sama om Rendra dan Tante Aura ... biar mereka tau sendiri aja.” Rachel memberi syarat.Kening kedua orang tua Rachel berkerut namun masih belum mengalihkan perhatian mata mereka pada sang anak.Rachel sebenarnya ragu untuk mengatakan perihal sahabat dengan sepupunya itu pada Rahma dan Kenzi karena bila menceritakan tentang Arsha dan Kama, itu berarti Rachel juga harus menceritakan maksud dan kedatangannya ke Singapura dan dirinya yang mengunjungi klub malam.Tapi ia ingin membantu Arsha dan Kama, Rachel tidak ingin Arsha bersikap bodoh dengan menolak perjodohan itu apalagi kepulangan Arsha ke Indonesia membuat Rachel curiga jika hubungan Arsha dengan Kama tidak berjala
Kama menatap layar ponselnya setelah sang Ayah tidak bersuara lagi, pria paruh baya itu tampak berang entah karena apa.Hanya memintanya pulang sekarang tanpa mengatakan alasan dibalik perintah anehnya itu.Di sini sudah menunjukan jam sembilan malam, tidak mungkin ia pulang saat ini juga.Meski memiliki privat jet, Kama tidak bisa seenaknya terbangkan kapanpun ia mau.Ia harus menghubungi pilot dan awak kabin juga menjadwalkan penerbangan pada bagian kontrol bandara.Kama berdecak. “Ada apa sih sebenarnya,” gumamnya setelah berpikir cukup lama.“Kenapa?” suara sang adik mengejutkan Kama, membuatnya menoleh dengan tatapan Jengkel.“Arsha lagi?” tebak sang adik yang sudah bisa menilai jika setelah Kama bertemu Arsha, hidup sang Kakak penuh dengan kejengkelan.Kama mengenggelengkan kepala, ia belum yakin seratus persen dengan apa yang sebenarnya terjadi.Pria itu kemudian melanjutkan niatnya yang tadi terhenti ketika mendapat telepon dari sang Ayah yaitu membuat kopi.“Tadi Ayah telepon
Bee memeluk suami tercinta dari belakang, semenjak masuk ke dalam kamar dan memutuskan untuk tidur, Bee tau jika suaminya belum terlelap meski tubuh tegap itu membelakanginya.“Kama pasti bertanggung jawab, Yank ... jangan kuatir, mereka keluarga baik-baik ... Rendra sampai telepon duluan karena dia juga merasakan bagaimana kalau berada di posisi kita, mereka punya dua anak perempuan lagi, kan?” Akbi membalikan tubuhnya, merengkuh tubuh mungil sang istri dalam pelukan.“Arsha dapet karma dari aku ... dulu aku merawanin Anggit dan enggak nikahin dia,” Akbi melirih.Bee menaikan sedikit tubuhnya yang disangga oleh satu lengan, dengan posisi miring seperti itu ia bisa menatap suaminya dengan sorot mata tajam.“Jangan bilang sekarang kamu mau nikahin Anggit!” ancam Bee galak.Akbi terkekeh, membawa lagi Bee dalam pelukannya.“Enggak mungkin lah, Baby ... aku lagi introspeksi diri aja, bukan menyesal trus mau nikahin Anggit tapi menyesal karena telah melakukan hal bodoh itu,” terangnya ke
Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel
Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.Splash!!!Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga tahun ini bersamamu, pergi kau ke neraka!” teriak Arsha yang telah berdiri di depan meja Liam.Setelah puas memaki, Arsha melempar gelas ke arah Liam namun dengan mudah pria itu menghindar.Semua mata para pengusaha muda yang duduk mengelilingi Liam membulat sempurna melihat drama yang disajikan wanita cantik nan mungil yang sedang berang.Kama membuka satu kancing kemejanya, sensasi panas mulai menjalar dari dalam tubuh.Matanya menatap Arsha dari atas hingga bawah, entah kenapa beberapa bagian tubuhnya yang menonjol dan padat di tempat seharusnya membuat Kama bergairah.Belum pernah ia merasakan hasrat sebesar ini ketika melihat seorang gadis meski Kama akui, gadis yang sedang emosi terhada