“Hari ini Arsha ada acara kemana?” Sang Nenek bertanya lembut setelah menghabiskan sarapan paginya.“Enggak ada Nek, semenjak kecelakaan kemarin Caca janji enggak akan keluar rumah lagi,” jawab Arsha sambil tersenyum ironi.“Kenapa? Memang Arsha enggak bosen di rumah terus?” Arsha hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rena yang diartikan ‘Ya’ oleh sang Nenek.“Gimana kalau kita bikin kue?” cetus Rena penuh semangat.Arsha meringis, sepertinya sang Nenek sedang mengetesnya. Tapi Arsha menggunakan dapur hanya untuk masak mie instan saja, ia tidak diberkati keahlian memasak makanan lainnya atau membuat kue.“Tapi Caca enggak bisa bikin kue, Nek ... masak juga enggak bisa,” Arsha melirih, memilih berkata jujur dan menerima kenyataan dari sekarang dari pada berpura-pura dan setelah menikah dengan Kama nanti harus mendapat omongan tidak enak dari keluarga Gunadhya karena mereka menyesal telah memiliki menantu yang tidak memasak.Mengembuskan napas pelan. “Pasrah deh gue,” kata Arsha di dalam
Acara belanja antara Rena dan Arsha begitu menyenangkan tanpa keonaran lain yang Arsha perbuat.Mereka bukan hanya membeli gaun tapi juga lengkap dengan tas dan sepatu.Setelah dirasa cukup, Rena membawa Arsha ke sebuah salon tempat para sosialita Vietnam memanjakan dirinya.Ternyata Rena mengenal pemilik salon tersebut yang tidak lain adalah istri dari seorang pengusaha yang merupakan klien dari suaminya.Rena juga begitu fasih berbincang menggunakan bahasa Vietnam, tampak akrab dengan wanita paruh baya yang cantik dengan model rambut menawan.Sebagai pemilik salon, wanita tersebut harus menjaga citra dirinya sebaik mungkin dan tampilannya merupakan wajah dari salon tersebut.Sewaktu Andra merintis perusahaannya di Vietnam, Rena selalu menemaninya, beliau belajar bahasa Vietnam agar bisa ikut organisasi yang dibentuk para istri pengusaha di sana untuk menunjang bisnis sang suami tercinta.Rena dan Arsha diantar langsung oleh pemilik salon menuju sebuah ruangan khusus spa, setelah itu
Lagu yang mengiri acara dansa tersebut akhirnya berhenti, Arsha mengembuskan napas setelah entah sejak kapan menahan napasnya.Tidak ada yang terjadi, sungguh melegakan bagi Arsha. Kama membawa Arsha mencari tempat untuk duduk dengan tangan sang wanita yang melingkar di lengannya.Beberapa pasang mata memandang heran ke arah Kama yang pernah digosipkan sebagai penyuka sesama jenis.Mereka cukup puas mendapati wanita yang sedang bersamanya saat ini sangat cantik, serasi dengan Kama yang tampan.“Bang?” “Hem?” Sungguh, Arsha benci jawaban Kama yang hanya bergumam seperti itu tapi tahan dulu.Jangan ada protes memprotes dalam proses penjajakan ini, mereka harus saling memaklumi.“Mereka kok ngeliatin kitanya gitu banget sih, Bang?” Arsha bertanya heran.“Ini kali pertama aku bersama seorang wanita datang ke sebuah pesta.” “Oh, itu kenapa dulu Abang disangka homreng, ya?” celetuk Arsha yang langsung mendapat lirikan tajam dari Kama.“Tau gosip itu dari mana, nih cewek?” batin Kama ber
Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel
Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.Splash!!!Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga tahun ini bersamamu, pergi kau ke neraka!” teriak Arsha yang telah berdiri di depan meja Liam.Setelah puas memaki, Arsha melempar gelas ke arah Liam namun dengan mudah pria itu menghindar.Semua mata para pengusaha muda yang duduk mengelilingi Liam membulat sempurna melihat drama yang disajikan wanita cantik nan mungil yang sedang berang.Kama membuka satu kancing kemejanya, sensasi panas mulai menjalar dari dalam tubuh.Matanya menatap Arsha dari atas hingga bawah, entah kenapa beberapa bagian tubuhnya yang menonjol dan padat di tempat seharusnya membuat Kama bergairah.Belum pernah ia merasakan hasrat sebesar ini ketika melihat seorang gadis meski Kama akui, gadis yang sedang emosi terhada
Kama terkejut ketika ia membuka mata dan langsung di suguhkan oleh pemandangan wajah cantik seorang gadis. Ingatannya ditarik mundur ke belakang secara paksa, mencari jawaban apa yang dilakukan gadis itu di atas ranjangnya.Kama baru ingat jika tadi malam ia mencurigai ada sesuatu dalam minuman yang diberikan teman sesama pengusaha pada pesta bujang Liam karena berdampak pada gairahnya yang sulit ia kendalikan.Lalu ia teringat bila gadis yang terlelap damai di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam, belum sempat Kama menelusuri ingatannya—Arsha mengerjap kemudian membuka mata membuat netra mereka bertemu.Alis Arsha bertaut membentuk kerutan di kening. Tampak jelas sebuah tanda tanya di wajahnya.Keduanya saling menatap cukup lama, sama-sama mencari ingatan mengenai apa yang terjadi tadi malam.Kama menatap datar ke arah Arsha, setelah melihat ekspresi tidak bersahabat di wajah cantik itu, seketika ia ingat alasan kenapa gadis di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam.Gad
Melihat Arsha menangis, Kama meraup wajahnya kasar, hembusan nafas terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya.Noda darah yang mewarnai seprei putih membuatnya semakin yakin bila ia telah merenggut kesucian perempuan itu.Menyesal pun tidak ada guna, tapi jelas ia harus bertanggung jawab.Menikahi perempuan itu? Yang benar saja, mereka tidak saling mencintai bahkan tidak saling mengenal.Kama tidak tau siapa perempuan itu sebenarnya, bagaimana keluarganya juga latar belakangnya.Walau bagaimanapun ia menyandang nama Gunadhya di belakang namanya terlebih demi apapun ia tidak sedang ingin terlibat hubungan dengan seorang wanita.Oke, setidaknya ia harus meminta maaf. Bagi pria sejati seharusnya itu tidak sulit.“Maaf,” ucap Kama tulus meski tenggorokannya tercekat.Suara parau itu kenapa malah terdengar sexy ditelinga Arsha?Satu kata dalam bahasa Indonesia meyakinkan Arsha bila pria itu berkebangsaan sama dengan dirinya.Arsha tidak menjawab, mengusap air mata kemudian berusaha berdir
“Dari mana lo?” Suara Rachel mengejutkan Arsha yang mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar.Arsha tersenyum memamerkan giginya yang putih bersih, kemudian merentangkan ke dua tangan memeluk Rachel yang hanya berbalut anduk putih.Meletakan dagu di pundak terbuka Rachel dan baru ia rasakan pengar luar biasa di kepalanya saat ini.Rasa sakit di kepala tidak begitu ia hiraukan ketika bangun tidur tadi karena terlampau terkejut melihat pria tampan berada dalam selimut yang sama dengannya di atas ranjang.“Lo kok bau sepupu gue?” tanya Rachel ketika menghirup aroma parfum Kama di tubuh sahabatnya.Arsha berpikir bila bau yang menguar dari tubuhnya memang berasal dari Kama namun menganggap bila banyak pria memakai parfum sejenis, bukan hanya sepupu Rachel saja.Tadi di dalam kamar mandi ia hanya melamun duduk di atas closet bukannya membersihkan tubuh dari sisa Kama, benaknya masih belum sempurna mencerna informasi yang ia dapatkan ketika bangun pagi ini.“Jangan bilang lo tidur sama cowok