Dua kali selama dua malam berturut-turut Kama mencium Arsha dan setiap paginya pria itu pergi begitu saja tanpa pamit.Oke, Kama memang harus bekerja tapi apa tidak bisa membangunkannya terlebih dahulu untuk bernasa-basi sebelum pergi bekerja.Tidak tau kah Kama kalau Arsha merasa kehilangan ketika bangun paginya padahal malamnya betapa hangat pelukan pria itu.Sekaligus merasa terhina karena setelah pria itu puas menikmati bibirnya, kemudian pergi seakan tidak terjadi sesuatu di antara mereka.“Makasih kek, muji Kek ... Arsha you are a good kisser, gitu!” Arsha bermonolog.Mendengus sebal, Arsha menurunkan satu kakinya dari tempat tidur untuk mencari ponsel yang ia lupa diletakan di mana.“Arsha.” Suara sang Mommy menghentikan niatnya.“Mommy,” balas Arsha tanpa suara.Berturut-turut Daddy kemudian Om Rendra dan Tante Aura masuk ke dalam ruang rawat Arsha.“Gimana hari ini? Udah baikan?” Tante Aura yang selalu cantik pun bertanya demikian.“Udah baikan Tante, hari ini kata Dokter uda
“Dad, Aarash mau nikah ...,” ujar si sulung ketika baru saja memasuki ruang makan.Mommy meletakan mangkuk berisi sop kemudian menatap Aarash yang sudah duduk di sebrangnya dengan sorot mata penuh tanya.Mommy mengerjap sambil menahan nafas, ia tidak sedang bermimpi, kan?” Araav yang sudah duduk lebih dulu di salah satu kursi pada meja itu juga mendongak dari tab yang sedang digenggamnya mencari keyakinan dari raut wajah sang Kakak.“Kapan?” tanya sang Papa santai, kemudian menyimpan ponselnya si atas meja, menyerongkan sedikit tubuhnya untuk bisa memfokuskan diri pada Aarash.Si sulung mengembuskan nafas berat. “Aarash serius, Dad ...,” ujarnya kemudian.“Daddy juga serius nanyanya, kapan kamu mau nikah? Udah ada ceweknya?” Sang Daddy bertanya memastikan.“Ya udah lah, Dad ... .” Aarash berdecak seraya merotasi bola matanya.“Siapa? Cantik enggak?” giliran Mommy yang bertanya seraya memberikan piring yang sudah ia isi dengan nasi kepada sang suami tercinta beserta kedua anak kembarn
Wangi musk bercampur woody dan citrus merangsak masuk ke dalam indra penciuman Arsha sebagai tanda jika si pria yang ketampanannya sangat kurangajar itu sedang berjalan mendekat ke arahnya.Dari jauh Kama meringis menahan gemas melihat Arsha mengerucutkan bibirnya setiap kali menghisap sisa mie yang tertinggal dari sendok.Tidak bisa Kama lupakan bagaimana manisnya bibir itu ketika ia kecup beberapa malam lalu dan jujur, Kama ketagihan bahkan saat ini ia merasa sakaw ingin menikmati lagi bibir Arsha.“Ada yang mau aku omongin,” Kama berujar, berbasa-basi sebelum meminta maaf karena tidak menjemput Arsha dan mengabarinya mengenai busines trip.Tapi bawaan dingin yang sudah melekat pada diri Kama membuat ucapannya tadi terdengar dingin dan datar di telinga Arsha.Dalam hati Arsha mendengus sebal, “Udah salah tapi enggak ada lembut-lembutnya.”“Arsha! Kamu denger aku, kan?” panggil Kama setelah beberapa lama Arsha tidak menjawab.Arsha mendongak, menatap tajam netra pekat Kama. “Ngomong!
Andra menatap tajam ke arah sang cucu yang baru saja ia pergoki sedang bebuat dosa.Walau jauh dilubuk hatinya yang terdalam, Andra memaklumi apa yang dilakukan Kama karena dimasa lampau ia pun pernah melakukan kenakalan tersebut tapi sebagai Kakek dan yang paling dituakan dalam keluarga Gunadhya, ia harus menegur dan memberikan nasihat baik kepada keturunannya.Seperti biasa, di depan Andra—Kama tampak tenang. Tubuh tegapnya menegak sempurna, menatap sang Kakek meski Andra meyakini jika sorot mata cucunya tidak setegas biasa.Ada malu berbalut rasa bersalah di sana. “Kamu enggak bisa menikahi Arsha hanya karena perasaan bersalah yang telah merenggut kesuciannya, akan seperti apa jadinya jika pernikahan berlandaskan perasaan bersalah?” Andra berusaha membuka pikiran Kama setelah cucunya menceritakan semua yang terjadi, berawal dari pertemuannya dengan Arsha hingga apa yang ia lakukan bersama Arsha beberapa menit lalu.Kama memang menyesalinya tapi ia juga mengungkapkan kepada sang K
“Gimana?” Andra bertanya pada sang istri yang telah merebahkan tubuh di sampingnya.Andra simpan Macbook ke atas nakas, tidak lupa melepas kacamata yang ia simpan di tempat yang sama.Pria tua itu telah selesai melihat data statistik pertumbuhan perusahaan yang ia rintis di Vietnam. Sangat puas karena Kama dan Kalila menjalankannya dengan sangat baik sehingga perusahaan tersebut maju pesat.“Apanya yang gimana?” Rena mengembalikan pertanyaan sang suami, masih belum mengerti maksud dari pria yang selalu tampan dalam pandangan matanya.Andra tersenyum lembut, masih bersandar pada headboard. Diusapnya kepala Rena penuh sayang.“Menurut Mama, gimana calon istrinya Kama?” Andra memperjelas pertanyaannya.“Polos ... kaya anak kecil! Padahal kata Aura, umurnya udah dua puluh lima tahun ... tadi malah Mama sempet ngetes, takutnya perempuan itu bukan calon istri Kama yang dimaksud Aura.” Andra tertawa pelan, tangan yang telah keriput itu belum bosan mengelus kepala sang istri.“Ya kalau buka
“Hari ini Arsha ada acara kemana?” Sang Nenek bertanya lembut setelah menghabiskan sarapan paginya.“Enggak ada Nek, semenjak kecelakaan kemarin Caca janji enggak akan keluar rumah lagi,” jawab Arsha sambil tersenyum ironi.“Kenapa? Memang Arsha enggak bosen di rumah terus?” Arsha hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rena yang diartikan ‘Ya’ oleh sang Nenek.“Gimana kalau kita bikin kue?” cetus Rena penuh semangat.Arsha meringis, sepertinya sang Nenek sedang mengetesnya. Tapi Arsha menggunakan dapur hanya untuk masak mie instan saja, ia tidak diberkati keahlian memasak makanan lainnya atau membuat kue.“Tapi Caca enggak bisa bikin kue, Nek ... masak juga enggak bisa,” Arsha melirih, memilih berkata jujur dan menerima kenyataan dari sekarang dari pada berpura-pura dan setelah menikah dengan Kama nanti harus mendapat omongan tidak enak dari keluarga Gunadhya karena mereka menyesal telah memiliki menantu yang tidak memasak.Mengembuskan napas pelan. “Pasrah deh gue,” kata Arsha di dalam
Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel
Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.Splash!!!Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga tahun ini bersamamu, pergi kau ke neraka!” teriak Arsha yang telah berdiri di depan meja Liam.Setelah puas memaki, Arsha melempar gelas ke arah Liam namun dengan mudah pria itu menghindar.Semua mata para pengusaha muda yang duduk mengelilingi Liam membulat sempurna melihat drama yang disajikan wanita cantik nan mungil yang sedang berang.Kama membuka satu kancing kemejanya, sensasi panas mulai menjalar dari dalam tubuh.Matanya menatap Arsha dari atas hingga bawah, entah kenapa beberapa bagian tubuhnya yang menonjol dan padat di tempat seharusnya membuat Kama bergairah.Belum pernah ia merasakan hasrat sebesar ini ketika melihat seorang gadis meski Kama akui, gadis yang sedang emosi terhada