Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.
Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.
Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.
Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.
Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.
Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.
Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.
Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.
Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel paling ikonis di Singapura.
Hati Arsha meradang ketika melihat Liam tampak bahagia dikelilingi teman-teman sesama pengusaha muda lainnya.
Bisa-bisanya pria itu tidak merasakan sedih sedikitpun setelah kandasnya hubungan mereka begitu saja.
Liam dan pria lainnya tertawa sambil minum-minum, menggoda wanita yang di sewa Liam untuk melupakan penatnya dunia tempat mereka berlomba mengais rezeki.
Entah apa yang merasuki Arsha hingga memaksa untuk datang ke Singapura, menyiksa diri sendiri melihat kebahagiaan yang akan disongsong Liam.
“Brengsek!” umpat Arsha, mencengkram gelas yang masih berisi minuman memabukan.
“Ca, kita pulang aja yuk!” bujuk Rachelia Audryna, sahabat terbaik Arsha yang selalu setia meski seabsurd apapun tingkah gadis itu.
“Sakit hati gue ... sakit banget, Rachel ...,” Arsha meracau, raut wajahnya tampak nelangsa.
“Udahlah, Ca ... mungkin dia memang brengsek, Tuhan lagi ngejauhin dia dari lo dan pasti udah menyiapkan yang terbaik buat lo ... .”
Rachel berusaha menenangkan, sejujurnya ia pun merasakan sakit seperti yang sedang dirasakan Arsha saat ini.
Sebagai sahabat Rachel tau percis bagaimana hubungan Arsha dengan Liam selama tiga tahun terakhir.
“Kita balik ke kamar, yuk!” ajak Rachel namun Arsha menggelengkan kepala, menolak.
“Lo duluan aja, gue di sini sebentar lagi.”
“Tapi udah ya minumnya, jangan minum lagi nanti lo mabuk ... gue juga udah pening nih kepala mau langsung tidur.”
Arsha mengangguk membalas ucapan Rachel, di usapnya kepala Arsha penuh prihatin kemudian turun dari kursi bar.
Nightclub dan hotel tempat mereka menginap berada dalam satu gedung yang sama sehingga Rachel tidak khawatir akan terjadi sesuatu dengan Arsha.
Hanya tinggal masuk ke dalam lift kemudian menekan tombol, maka Arsha akan langsung berada di lantai di mana kamar mereka berada.
Sejujurnya Rachel ragu sewaktu Arsha membooking kamar di hotel tempat berlangsungnya pernikahan Liam dengan Lizzy.
Terbayang dibenak Rachel bila Arsha akan memporak-porandakan pesta tersebut merubah pesta impian setiap gadis menjadi pesta terburuk yang pernah ada.
Akan tetapi kini Arsha telah dewasa, umurnya sudah menginjak dua puluh lima tahun jadi sepertinya tidak mungkin Arsha masih berani berbuat nekat.
Rachel melangkah gontai menuju lift yang merupakan pintu keluar nightclub tersebut, pandangannya sedikit kabur akibat terlalu banyak minum.
Beginilah bila lahir dari keluarga yang mengharamkan minuman beralkohol, ketika hanya sedikit saja menikmati tequilla yang manis itu, tubuh Rachel menolaknya.
Ia masih sadar ketika pintu lift terbuka, menampilkan sosok pria yang sangat dikenalinya.
“Rachel!” panggil sang pria tampan bertubuh atletis yang tinggi menjulang membuat Rachel mendongak.
“Bang Kama!!” Rachel memekik sambil membulatkan matanya.
“Ngapain di sini?” tanya Kama, ekspresi wajahnya tampak tidak bersahabat.
Bagaimana tidak, ia melihat sepupunya berada di nightclub terlebih nightclub tersebut berada di Negara lain bukan di Negaranya sendiri.
“Bang Kama ngapain di sini?” tanya Rachel takut-takut.
Sepupunya itu berdomisili di Vietnam, memegang salah satu perusahan sang Ayah di sana. Rachel tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Kama di Nightclub Singapura.
“Ada undangan Bachelor Party dari klien Abang, kamu belum jawab pertanyaan Abang,” tuntut pria yang memakai kemeja hitam dengan tangan dilinting hingga sikut.
“Anter temen yang patah hati, Bang ... mantannya lagi Bachelor Party di dalem ... tapi sekarang Rachel mau balik ke kamar kok, Bang ... jangan bilang Mama sama Papa ya, please!”
Rachel menyatukan kedua tangannya di depan wajah, memohon agar Kama tidak mengadukannya kepada Mama Rahma terutama Papa Kenzi yang merupakan Kakak dari Ibu sang sepupu.
Bila Papanya tau, ijin liburan keluar Negri tidak akan pernah ia dapatkan lagi.
Kama mendecakan lidah, ekspresinya tampak kesal namun tak ayal ia pun mengangguk mengiyakan.
Dalam Nightclub tersebut hanya satu orang yang mengadakan pesta bujang, tidak salah lagi bila mantan kekasih sahabatnya pasti adalah klien dari sepupunya.
Abaikan saja lah, saat ini kepala Rachel sangat pening, ia harus segera masuk ke dalam kamar kemudian tidur hingga besok siang bila perlu.
“Rachel ke kamar ya, Bang!” pamit Rachel sebelum Kama memarahinya.
Bergegas Rachel masuk ke dalam lift kemudian menekan panel tombol di dinding lift.
Sementara si putra pertama Rendra Gunadhya yang merupakan salah satu pengusaha terkaya di Indonesia, melangkah santai menuju meja yang ternyata sudah ada beberapa sahabatnya juga di sana.
Tampaknya para pengusaha muda tengah berkumpul pada pesta bujang Liam saat ini.
Kama menyapa beberapa yang ia kenal termasuk Liam lalu duduk di samping Boon-Mae—sahabatnya yang merupakan pengusaha muda dari Thailand.
“Sepertinya di sini hanya kamu yang belum menikah,” ujar Juan-si pengusaha muda asal Philipina kepada Kama.
Yang bersangkutan hanya tersenyum sebagai tanggapan, bagi Kama dengan kesibukannya yang tidak mengenal waktu tampaknya tidak mungkin untuk dirinya terlibat dalam mahligai pernikahan.
Perusahaan di Vietnam sedang maju pesat dipimpin olehnya dan sang adik kembar bernama Kalila, sungguh bukan pilihan yang tepat bila ia harus berkeluarga di saat ambisi dan kesuksesannya sedang berjalan beriringan.
Mengingat sang Bunda yang selalu kesepian ketika Ayahnya bekerja membuat Kama trauma untuk berumah tangga.
Ia tidak mau membuat wanita yang dicintainya kesepian seperti yang Bundanya alami namun hal tersebut menjadikan Kama dingin pada setiap wanita dan enggan memiliki hubungan serius dengan wanita manapun.
“Minum?” tawar Quan yang merupakan saingan bisnis Kama di Vietnam.
Meski Quan adalah warga negara asli Vietnam dan perusahaan Ayahnya sudah lebih dulu berjaya di sana, akan tetapi Kama mampu menyaingi dengan sangat mudah karena didampingi kembarannya Kalila-si pelobi ulung.
Seringai terbit di bibir Quan ketika Kama meraih gelas tersebut kemudian meminumnya hingga habis tidak bersisa.
Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.Splash!!!Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga tahun ini bersamamu, pergi kau ke neraka!” teriak Arsha yang telah berdiri di depan meja Liam.Setelah puas memaki, Arsha melempar gelas ke arah Liam namun dengan mudah pria itu menghindar.Semua mata para pengusaha muda yang duduk mengelilingi Liam membulat sempurna melihat drama yang disajikan wanita cantik nan mungil yang sedang berang.Kama membuka satu kancing kemejanya, sensasi panas mulai menjalar dari dalam tubuh.Matanya menatap Arsha dari atas hingga bawah, entah kenapa beberapa bagian tubuhnya yang menonjol dan padat di tempat seharusnya membuat Kama bergairah.Belum pernah ia merasakan hasrat sebesar ini ketika melihat seorang gadis meski Kama akui, gadis yang sedang emosi terhada
Kama terkejut ketika ia membuka mata dan langsung di suguhkan oleh pemandangan wajah cantik seorang gadis. Ingatannya ditarik mundur ke belakang secara paksa, mencari jawaban apa yang dilakukan gadis itu di atas ranjangnya.Kama baru ingat jika tadi malam ia mencurigai ada sesuatu dalam minuman yang diberikan teman sesama pengusaha pada pesta bujang Liam karena berdampak pada gairahnya yang sulit ia kendalikan.Lalu ia teringat bila gadis yang terlelap damai di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam, belum sempat Kama menelusuri ingatannya—Arsha mengerjap kemudian membuka mata membuat netra mereka bertemu.Alis Arsha bertaut membentuk kerutan di kening. Tampak jelas sebuah tanda tanya di wajahnya.Keduanya saling menatap cukup lama, sama-sama mencari ingatan mengenai apa yang terjadi tadi malam.Kama menatap datar ke arah Arsha, setelah melihat ekspresi tidak bersahabat di wajah cantik itu, seketika ia ingat alasan kenapa gadis di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam.Gad
Melihat Arsha menangis, Kama meraup wajahnya kasar, hembusan nafas terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya.Noda darah yang mewarnai seprei putih membuatnya semakin yakin bila ia telah merenggut kesucian perempuan itu.Menyesal pun tidak ada guna, tapi jelas ia harus bertanggung jawab.Menikahi perempuan itu? Yang benar saja, mereka tidak saling mencintai bahkan tidak saling mengenal.Kama tidak tau siapa perempuan itu sebenarnya, bagaimana keluarganya juga latar belakangnya.Walau bagaimanapun ia menyandang nama Gunadhya di belakang namanya terlebih demi apapun ia tidak sedang ingin terlibat hubungan dengan seorang wanita.Oke, setidaknya ia harus meminta maaf. Bagi pria sejati seharusnya itu tidak sulit.“Maaf,” ucap Kama tulus meski tenggorokannya tercekat.Suara parau itu kenapa malah terdengar sexy ditelinga Arsha?Satu kata dalam bahasa Indonesia meyakinkan Arsha bila pria itu berkebangsaan sama dengan dirinya.Arsha tidak menjawab, mengusap air mata kemudian berusaha berdir
“Dari mana lo?” Suara Rachel mengejutkan Arsha yang mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar.Arsha tersenyum memamerkan giginya yang putih bersih, kemudian merentangkan ke dua tangan memeluk Rachel yang hanya berbalut anduk putih.Meletakan dagu di pundak terbuka Rachel dan baru ia rasakan pengar luar biasa di kepalanya saat ini.Rasa sakit di kepala tidak begitu ia hiraukan ketika bangun tidur tadi karena terlampau terkejut melihat pria tampan berada dalam selimut yang sama dengannya di atas ranjang.“Lo kok bau sepupu gue?” tanya Rachel ketika menghirup aroma parfum Kama di tubuh sahabatnya.Arsha berpikir bila bau yang menguar dari tubuhnya memang berasal dari Kama namun menganggap bila banyak pria memakai parfum sejenis, bukan hanya sepupu Rachel saja.Tadi di dalam kamar mandi ia hanya melamun duduk di atas closet bukannya membersihkan tubuh dari sisa Kama, benaknya masih belum sempurna mencerna informasi yang ia dapatkan ketika bangun pagi ini.“Jangan bilang lo tidur sama cowok
Arsha duduk di balkon kamarnya, menatap ke arah rumah sang Oma.Meraih ponselnya, Arsha menekan nomor Ibu angkat sang Mommy.Bisa Arsha lihat Omanya sedang menonton televisi di lantai dua, wanita tua itu meraih ponsel dari atas meja.“Hallo ... .” Suara Oma terdengar dingin.“Oma udah minum vitamin sebelum tidur?” tanya Arsha.“Kamu telepon cuma mau nanya itu?” Alih-alih menjawab, sang Oma malah sewot mempertanyaan maksud Arsha melakukan panggilan telepon.“Iya,” jawab Arsha dengan riang.“Udah, Oma udah minum vitamin ... kenapa kamu belum tidur?” Ibu Aneu menurunkan nada suaranya.“Oma lupa tutup gorden ... Caca bisa liat Oma dari sini ... Oma jangan pake baju seksi gitu donk kalau lagi di rumah, ya minimal bulu keteknya di ptong dulu sebelum pake daster lengan pendek, biar enggak melambai-lambai gitu, Oma ... .” “Cacaaaaaaa!!!!!!” Sang Oma berteriak membuat Arsha harus menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian sambungan telepon pun terputus.Tampak Sang Oma menutup gorden dengan h
“Aarash enggak setuju Dad ... belum tentu Caca mau, Daddy sendiri dulu waktu dijodohin sama Mommy nolak mentah-mentah,” ujar Aarash tidak setuju tatkala mendengar sang adik akan dijodohkan.“Tapi Mommy sama Daddy lama-lama saling mencintai,” tukas Mommy, tangannya memijat lembut kepala Aarav di atas pangkuan.“Tapi ‘kan belum tentu Caca seperti kisah Mommy sama Daddy, apa lagi Bang Kama tuh dingin banget sama cewek, Mom ...,” timpal Aarav.“Daddy khawatir, beberapa hari kemarin Caca ngurung diri di kamarnya setelah pulang dari Singapura ... kalau tau Caca ke Singapura untuk ngelabrak Liam, enggak akan pernah Daddy ijinin dia pergi.” Akbi tampak menyesal, seharusnya ia menentang habis-habisan hubungan Caca dengan Liam.Di masa lampau ia dan klien bisnisnya pernah mengucap janji untuk menjodohkan anak-anak mereka.Tapi seiring berjalannya waktu, tampaknya Rendra yang merupakan klien bisnisnya dan anak dari salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sudah lupa dengan janji tersebut.Maka
“Pake baju ini, Ca ... potongannya bagus ... lo jadi keliatan tinggi trus punggung lo yang mulus juga jadi ke ekspose,” kata Rachel tangannya mengangkat sebuah gaun model mini dress atasan brukat dengan bagian rok mengembang karena terdapat tile yang banyak di bagian dalam rok.Rancangan sang Mommy memang selalu yang terbaik akan tetapi pakaian tersebut kurang nyaman dan bukan mencerminkan dirinya sama sekali.“Cariin yang gue banget donk, itu ‘kan buat ke pesta ...,” tolak Arsha secara halus.Rachel tampak berpikir, menopang dagunya dengan tangan seraya memindai banyak pakaian di weardrobe sang sahabat.“Cowok yang mau di jodohin sama lo tuh orangnya kaya gimana sih?” Rachel penasaran.“Gue enggak tau sama sekali ... gue enggak tau yang mana orangnya, gue juga enggak tau tipenya kaya gimana ... ini baru mau ketemu, by the way ... kalau enggak salah denger di Singapura bisa operasi selaput dara ya? Kalau di rumah sakit Kakek lo, bisa enggak ya?” Arsha ingat bila Edward-Kakeknya Rache
Menyesal adalah satu kata yang bercokol di dalam hati Kama beberapa bulan terakhir.Niat untuk melepaskan rindu dengan sang adik tercinta yang sedang menuntut ilmu di Jerman sekaligus bertemu dengan kedua orang tuanya yang ketika itu berkunjung ke sana malah membuat Kama berakhir dengan sebuah kata mengerikan yaitu perjodohan.Demi apapun Kama bisa mencari sendiri pasangan hidupnya hanya saja saat ini ia belum bisa melakukan itu.Pasalnya ia masih harus membawa perusahaan yang dirintis para pendahulunya menjadi semakin maju dan berkembang.Kama menyukai hubungan dengan klien yang menguntungkan dan menghasilkan banyak uang untuk kesejahteraan para karyawan, keluarga juga dirinya sendiri daripada hubungan rumit dengan seorang wanita meski dalam suatu ikatan pernikahan.Kama sudah dewasa untuk tau bagaimana repotnya berhubungan dengan makhluk bernama wanita apalagi harus hidup bersama hingga maut memisahkan.Selain itu Kama hanya tidak ingin pernikahan mereka diwarnai pertengkaran karena