Drrt drrtPonsel Anjas mengamuk, pria itu spontan meraihnya dan bergerak refleks menekan icon hijau saat melihat nama 'my princess' yang tertera pada layar."Ya, Nye?!""Mas, siapa itu di samping kamu?""Hai, Nye Aku Yasmin!" sapa sang gadis yang sengaja merapat agar bisa mencuri lihat siapa yang sedang menghubungi Anjas menjelang tengah malam."Oh, sori aku ganggu, ya udah ... bye!" Lagi-lagi telpon diputus secara sepihak oleh Anye dua kali dalam satu malam yang sama. Anjas hanya bisa menghela napas kemudian bergerak cepat menjauhi Yasmin.Dia butuh space untuk bicara berdua saja dengan gadisnya.Segera Anjas mendial balik nomor Anyelir yang baru saja mematikan sambungan.'Please Anye, angkat telponnya!' jerit hati Anjas yang telah mencoba menghubungi Anye untuk yang ketiga kalinya.Anye sendiri hanya menatap ponselnya yang bergetar di atas nakas. Gadis itu didera kegalauan, haruskah mengangkatnya atau lanjut mengabaikannya hingga pemuda itu menyerah.Anye membuka satu persatu ka
"Jangan matikan! Anye pakai gaunnya sekarang, Mas merem aja sebentar, " titahnya sebelum bergerak lucu dengan selimut membalut tubuh ke arah gaun yang tergeletak tak berdaya di pinggir ranjangnya."Merem dulu Maas!" titahnya lagi pada Anjas yang memilih memalingkan wajah ke sembarang arah daripada tergoda mengintip di balik mata yang dipaksa menutup sementara."Taraaa .... kamu suka lihat aku yang sekarang?" tanya Anye malu-malu sembari memamerkan gaun satin dengan belahan tinggi dan aksen brukat di beberapa sisi.Anjas menghela napas dan memasang tatapan tajam pada sosok yang seolah tak menyadari letak kesalahannya di mana selama ini."Nye, itu sama aja seperti berpakaian tapi telanjang, Mas gak melarang kamu memakainya di depan suami kamu nanti dan yakinkan gak ada satu laki-laki pun selain suami kamu yang boleh melihat kamu mengenakan gaun yang seperti ini!" Anjas terpantik untuk mengomentari gaun yang dipamerkan sang adik.Anye menangkupkan kedua tangannya ke area sensitif pada
"Hanya Tuhan yang bisa membolak balikan hati hamba-hambaNya dan aku selalu berserah selama ini." Mita mengeratkan pelukannya, ia sangat membutuhkan pelukan hangat sang suami. " Sungguh aku pasrah jika ternyata kita harus berpisah. Namun, kenyataan yang disampaikan oleh Rajendra menepis segala keresahan itu. Tiga dokumen yang kubaca tadi membuncahkan rasa bahagiaku karena dengan demikian tidak ada lagi alasan kita untuk mengakhiri pernikahan ini, sebaliknya ikatan ini semestinya lah semakin dikokohkan sesuai hukum yang berlaku. Tapi apa yang papa lakukan sungguh mengecewakan hatiku, mendorongku terjatuh ke dasar palung terdalam, membuatku bagai tiada arti ... tiada pantas untukmu di mata papa. Itulah yang membuatku ingin segera menjauh saja, karena buat apa aku bertahan di sana jika kita hanya akan jadi sepasang orang asing yang menjaga marwah tanpa punya kesempatan memperjuangkan cinta kita." Mita membuang tatapannya ke sembarang arah, berjuang menahan air mata yang sudah aka
"Mah, Papa cinta sama Mama.Papa mohon berjanjilah jangan pernah meninggalkan Papa apapun yang mungkin akan Mama ketahui nanti." Lukman menatap wajah istri yang telah berhasil memenangkan hatinya. Lukman mengakui telah jatuh cinta pada sosok sang istri meski mereka dulu menikah karena dijodohkan oleh orang tua.Keindahan paras, tutur kata dan perilaku Rosana telah berhasil menawan hatinya, walau pada kenyataannya pria itu pernah mengkhianati sang istri di masa lalu.Rosana tertegun, namun tak berani mengorek lebih jauh tentang apa yang terjadi, walau sungguh rasa penasaran itu mendera perasaannya. ***Arya telah diizinkan untuk lanjut rawat jalan, itu artinya dia telah diperbolehkan untuk pulang. Bersyukur di malam naas Mita akan dibawa pulang paksa ke mansion, Arya masih berada di sisinya. Para pengawal yang diperintahkan oleh Lukman pun terpaksa pulang dengan tangan kosong."Papa tolong jangan usik kehidupan Mita. Papa sudah menorehkan luka di hatinya. Biarkan ia menyembuhkan
Anye hanya membaca pesan Denis dari notifikasi yang masuk. Ia sengaja tidak membuka pesan itu karena memang tidak ada niat hendak bertukar pesan dengan kekasihnya.Dia merasa tidak memiliki kewajiban melapor atau minta izin pada Denis untuk pergi ke bandara menjemput kakak sepupunya. Toh mereka hanya berpacaran kan? Bukan pasangan suami istri yang sah di mata agama dan negara. Well ... belum, karena sang opa menolak lamaran pemuda itu pada cucunya yang sudah ia jodohkan dengan cucu angkatnya. "Maaf Neng, apa sudah siap akan berangkat ke Bandara?" tanya Kang Dudung sembari menghampiri nona mudanya yang masih sibuk menonton tutorial cara membuat dodol aneka buah yang sangat disukai oleh sang kakak sepupu."Oh, eh ... iya, Kang. Ayuk! Khawatir pesawatnya malah tiba duluan. " Anye bergegas merapikan gaun sederhananya yang menempel manis membalut tubuhnya yang indah.Tak lupa ia menyambar sebuah sling bag dengan warna senada dengan sepatu sandal yang ia kenakan. Anye tak menunggu lama,
"Siniin kemeja kamu, Mas!" Anye dengan panik memakai kemeja Anjas menutupi dressnya. "Dress kamu kenapa?" Anjas bingung, sekarang ia yang dalam keadaan hanya mengenakan kaos tanpa lengan fullpressed body berwarna hitam. Syukurlah celana bahannya masih terpasang dengan rapi. "Aku gak pake underwear, Mas. Risih banget ntar payu****ku njeplak keliatan sama Mbok Darsih," jawabnya sambil tergesa menuju pintu. Cekrek "Ada apa ya, Mbok?" tanya Anye sembari memastikan kemejanya terkancing penuh dan terpasang rapi. "Nyonya Rosana minta saya ambil baju-baju kotornya Mas Anjas, Mbak. Biar dilaundri di sini semua saja katanya," jawab Mbok Darsih yang senyum-senyum melihat gaya berbusana cucu majikannya yang agak-agak absurd petang ini. 'Dress cantik dibalut kemeja kerja laki-laki, rasa-rasanya kok gak nyambung banget, hehehe' gelaknya dalam hati. "Oh, sudah saya kasi ke Dito tadi Mbok, sudah saya minta antarin sekalian ke bagian laundri, biar cepet dicuci dan setrika. Gak banya
"Kok lama, Mas?" Anye menyambut kedatangan Anjas dengan wajah sedikit cemberut. Namun begitu gadis yang sudah cantik dengan balutan gaun rumahan berwarna pink bermotif bunga-bunga kecil itu tetap menghambur ke arah sang kakak dan mencium tangannya penuh takzim. Dari kejauhan Rosana dan Lukman melihat keduanya dengan binar mata bahagia. Arya yang sempat melihat adegan cium tangan itu pun turut mengakui di dalam hati kalau putrinya dan sang keponakan yang juga putra sambungnya itu sangatlah serasi. "Mas ketemu Pak Danuarta. Kamu inget gak dulu Mas pernah cerita waktu kamu masih SMP kelas satu, ada bapak-bapak di masjid yang suka nyamperin Mas dan pengen jodohin putrinya sama Mas?" Wajah Anye cemberut seketika, ia mana mungkin lupa dengan kejadian yang sempat memicunya jadi rajin ikut Anjas pergi sholat ke masjid juga. Sampai kemudian Anjas dapati hadits tentang keutamaan seorang wanita sholat fardhu di rumah, dia lalu membujuk Anye untuk sholat di rumah saja. Jujur ia agak kewalah
Denis kesal pesannya tak kunjung dibalas oleh Anye. Dia lantas menghubungi Yasmin yang sebelumnya telah mengabari akan segera pulang karena agenda business tripnya telah selesai. "Kamu mau aku jemput besok pagi di bandara, Yas?" tanya Denis pada sang sepupu."Kalo kamunya gak merasa direpotin ya akunya sih seneng aja," jawab Yasmin sembari membereskan barang-barang yang akan ia bawa pulang."Oleh-oleh buat aku ada gak? Aku gak mau gantungan kunci lho ya! Minimal kaos kerenlah," Denis terkekeh sendiri menilai gaya memalaknya yang pakai acara tawar menawar segala.Di seberang sana Yasmin juga ikut tergelak rupanya. Tak perlu khawatir sebetulnya, karena Yasmin telah menyiapkan seabreg oleh-oleh khusus untuk sepupu tampannya yang satu itu. Dari aneka cemilan yang menggugah selera sampai ke miniatur icon kota dari beberapa negara yang ia kunjungi pun sudah ia persiapkan."Apa sih yang gak buat kamu? Bibir aku aja udah aku ikhlasin untuk kamu jadiin samsak." Yasmin meraba bibirnya, ia ja