Bab 26Pagi hari setelah Nayla sarapan bersama keluarga Mika. Mereka berdua berencana mau jalan jalan ke pantai selatan. Banyak Pantai yang ada di Yogyakarta yang bisa dikunjungi. Salah satunya mereka akan mengunjungi Pantai Parangtritis dan Pantai Depok, karena Bu Rina sudah pesan minta dibelikan ikan segar. Jadinya mereka akan mampir ke Pantai Depok juga.Fatih berpesan pada Mika akan menyusul mereka setelah menjemput sahabat baiknya selama kuliah. Meskipun teman kuliah dengan jurusan berbeda Fatih dan sahabatnya sangat akrab karena mereka tinggal satu kos dan teman aktif organisasi. Berhubung sedang ada waktu longgar sahabatnya ingin main lagi ke rumahnya dan jalan-jalan untuk refreshing, sekalian ke resepsi pernikahan temannya yang juga berasal dari Bandung."Mas Fatih, kenalin ini teman aku kuliah. Cantik, kan?" Bibir Mika tersungging saat memperkenalkan Nayla ke Fatih."Nayla, Mas bisa panggil saya Nay." Dengan sedikit tersipu Nayla memperkenalkan diri ke Fatih."Aslinya Nay ngg
Bab 26B"Nay, ...." Mika menepuk-nepuk bahu Nayla"Apa, Mi?" Nayla masih tidak mengubah pandangannya dari laut."Itu Nay. Mas Fatih jalan sama siapa coba?""Siapa memang?"Nay membalikkan badannya." Itu....kan...Pak..." Mika menutup mulutnya dengan tangan kanan."Astaghfirullah. Kok Mas Fatih bisa bareng Pak Aryo, Mi?" Nayla kaget bukan main. Tubuhnya mematung di tempat.Nayla rasanya ingin menghilang saja dari situ karena harus ketemu dengan sosok yang ingin dihindari di saat ingin menyegarkan pikirannya."Mika, Nay, kenalin ini sahabat Mas waktu kuliah di Bandung dulu." Fatih mengenalkan Aryo ke Mika dan Nayla."Apa?! Mika dan Nay menjawab kompak dan saling pandang satu sama lain."Kenapa Mas Fatih nggak cerita, kalau kenal dengan Pak Aryo?""Haaah, Pak Aryo. Memang siapa dia?""Ini lho Mas, Pak Aryo dosenku sama Nay di kampus." Mika berusaha keras menjelaskan ke kakaknya."Lhah, namamu kok jadi Aryo, biasanya juga sukanya dipanggil Endra?" tanya Fatih ke Aryo penasaran.Sementara i
Bab 26C"Jadi, saya harus manggil Mas juga?" Nayla tidak bisa menahan tawanya. Aryo yang melihatnya mulai gemas."Iyalah, memangnya saya bapak kamu. Pokoknya di luar kampus jangan panggil Pak." Aryo terkesan memaksakan kehendak."Ya deh, tapi saya manggil begitu jangan diketawain, ya. Nggak terbiasa kalau Mas Aryo." Nayla tersenyum malu menenggelamkan wajahnya di lutut."Yang penting panggilnya jangan Pak." Aryo menegaskan dengan suara bariton ke Nayla."Iya iya Pak, eh Mas Aryo." Nayla geli sendiri memanggil dosennya dengan sebutan Mas."Nah gitu kali, biar lebih akrab." Aryo mengulum senyum. Ia merasakan bahagia luar biasa bisa ketemu orang yang dicarinya."Nay," suara Aryo menggantung, membuat Nayla menolehkan wajahnya ke samping."Iya, Mas?" Nayla menatap sebentar karena penasaran. Setelahnya ia menundukkan wajahnya kembali."Saya mau serius sama kamu, Nay." Gantian Aryo yang menatap Nay dengan serius. Sementara itu, saat Nay menoleh kembali tatapan mereka bertemu, Nay segera mema
Bab 27ANay dan Aryo segera menuju warung makan di pinggir pantai. Mika dan Fatih sudah memesan makanan terlebih dahulu. Alhasil, kedatangan mereka tinggal menyantap sajian di meja."Sudah beres masalahnya, Yo?" tanya Fatih seraya mengerlingkan sebelah mata ke Aryo."Alhamdulillah. Berkat pertolongan Allah lewat kamu kan yang ngasih ide buat main ke sini." Aryo tak berhenti tersenyum sejak jalan dari arah pantai hingga duduk di warung makan, sedangkan Nay wajahnya masih memanas."Nay, kamu ceria amat. Diapain sama Pak Aryo?" Mika penasaran apa yang terjadi melihat Nay sudah sumingrah."Ga usah ditanya Mi, anaknya sudah merona tuh mukanya." Fatih sengaja menggoda Nayla. Namun yang digodain hanya senyum malu-malu.Mereka berempat makan sambil menikmati ombak pantai. Obrolannya tak jauh dari masa-masa kuliah Fatih dan Aryo dulu karena mereka teman satu kos sekaligus organisasi di kampus."Mi, kayaknya Mas nebeng pulang pakai motormu deh. Ini ada pesan Budhe sebentar lagi nyampai rumah, n
Bab 27B"Hubungan Andra dengan Cindy sudah serius kayaknya Nay. Mereka berdua bertemu orang tua Cindy beberapa hari yang lalu."Jantung Nay berdetak kembali, setelah beberapa saat yang lalu debarannya mulai normal. Ia tak menyangka laki-laki di sampingnya akan mengungkit nama seseorang yang sudah memporak-porandakan hatinya. Entah sebab apa, hatinya berdenyut nyeri kembali jika teringat tentang Andra. Namun sebisa mungkin Nay membuang-buang jauh rasa sakit itu. Ia ingat tujuan ke Yogya untuk refreshing dari masalah yang sedang menimpanya."Hmm, kenapa Pak Aryo ngomongin itu. Mau membuat saya sedih lagi?" Aryo merasa bersalah tiba-tiba melihat Nay berubah ketus. Kenyataannya Nay sudah memanggilnya lagi dengan Pak seperti memberikan jarak kembali."Maaf, Nay. Saya hanya ingin memastikan perasaanmu saja." Aryo mulai hati-hati melontarkan kata, supaya tidak menyakiti hati Nayla. Nayla hanya bisa menarik napas panjang dan menghembuskan pelan sambil menatap luar jendela kembali. Aryo jelas
Bab 28A"Nay, Nay bangun, sudah sampai ini.""Mas Aryo bangunin pakai air nih, nggak asyik, muka saya basah tau." Nay sudah menggerutu."Iya iya maaf. Yuk turun!""Astaga Nay! Ngapain lama-lama di mobil. Hai, belum halal tau."Nay seperti tak asing dengan suara orang itu. Ternyata Riyan sudah ada di rumah Mika."Ngapain kamu di sini, Yan?" tanya Nay penuh selidik."Emang nggak boleh, ya?" sahut Riyan sambil menyengir kuda. Seringain muncul di wajah Riyan yang ingin menggoda Nay karena jalan berdua dengan dosennya."Takut ketahuan ya, beduaan sama...." Riyan memajukan dagunya mengarah pada Aryo yang menyunggingkan senyuman."Penasaran aja ke sini nggak bilang-bilang.""Emang situ juga bilang-bilang ya, dicari-cari tahu sama Pak Dosen. Kayak orang bingung nyari-nyari. Eh, tahunya disini jalan berdua, hufh." Riyan berpura-pura kesal.Nay lantas menoleh ke samping seraya mengernyitkan dahi. Namun yang ditoleh justru tak acuh melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil."Yang benar saja,
Bab 28B"Pak Aryo terlihat dewasa, pasti tidak main-main dengan ucapannya. Beliau benar-benar mengajakku menikah. Semoga aku siap mengimbangi pemikirannya," batin Nayla."Bulan depan insyaalloh melamar ke rumah Nay, ya," jawab Aryo mantab." Cie, buru-buru amat nih. Takut direbut orang ya?" Fatih mulai melancarkan godaannya lagi."Iyalah, ngapain juga lama-lama ya Nay?" Nayla mencoba mengurangi rasa canggung dihadapan mereka."Pak Aryo yang buru-buru, saya sih enggak. Maunya kuliah lulus dulu trus cari kerja," ungkap Nay mengelak."Nay, sepihak dong dengan saya," seru Aryo tak terima. Gelak tawa pun mewarnai obrolan mereka kembali. Sampai akhirnya Bu Tina dan Pak Hasto menghentikannya untuk makan sore. Nayla ingin berpamitan pulang ke Solo sebelum balik ke Bandung. Alhasil Bu Rina menyuruhnya makan terlebih dahulu sebelum diantar Fatih ke stasiun. Aryo sempag menolak, karena setelah ini mereka mampir ke resepsi Alfian dan Sarah dulu. Namun Fatih tetap memaksa keduanya makan dulu, bisa
Bab 28C"Saya Aryo. Rumah Bapak di mana? Biar nanti saya antar pulang.""Tidak perlu, Nak. Saya hanya butuh istirahat sebentar saja. Saya masih kuat," tolaknya. Aryo hanya mengedikkan bahu mencari cara membujuknya."Bapak.""Panggil saja Pak Rusdi.""Oh ya Pak Rusdi kerja di sini?""Iya.""Maaf, kalau boleh tahu kerja apa?" Aryo sebenarnya hanya berbasa-basi tanya. Kalau dilihat dari pakaian yang dikenakan Pak Rusdi pastinya bukan staf kantor KAI."Serabutan, Nak. Kadang bersih-bersih, juga bantu angkat-angkat barang penumpang.""Porter?" sahut Aryo penuh empati. Seusia Pak Rusdi masih giat bekerja penuh tenaga fisik adalah hal luar biasa baginya. Apalagi beliau kerja kasar, beda jauh dengan papanya yang duduk-duduk di kantor memutar otak."Ya, begitulah.""Punya putra?""Anak saya kuliah. Istri saya seorang penjahit baju borongan."Entah kenapa hati Aryo mengembang mengetahui seorang Bapak bekerja keras seperti itu bisa menguliahkan anaknya."Kuliah di mana, Pak?""Di Bandung.""Oya?