Bab 51 Maaf"Halo. Halo?!" Panggilan boarding menggema di depan gate keberangkatan maskapai Korean Air. Aryo sontak terpaku setelah mendapat telepon dari mantan mahasiswanya. Ia masih mencerna ulang kalimat terkahir."Nay dan bayinya sedang kritis.""Bayi? Kritis? Apa yang terjadi sebenarnya." Berbagai spekulasi muncul di otaknya yang sedang kalut. Bisa jadi itu akal-akalan Andra dengan Nay supaya ia kembali memaafkan perbuatan keduanya.TingNotifikasi pesan masuk di ponsel Aryo. Kiriman foto yang membuat Aryo membelalakkan mata. Terlihat Nay sedang terbujur di brankar dengan mata terpejam. Jarum infus terpasang di punggung tangannya. Botol infus berwarna merah darah membuat Aryo tertegun."Nay benar masuk rumah sakit?" tanyanya pada diri sendiri."Sebaiknya anda merancang kalimat maaf untuk Nay. Saya yakin Nay akan kecewa saat terbangun dan kembali kesadarannya."Pesan teks yang diterima setelah foto Nayla membuat Aryo meraih tas punggungnya. Ia berlari mencari arah pintu keluar. G
Bab 52 DinginAryo diizinkan masuk oleh dokter setelah mengatakan bahwa dirinya suami pasien. Sementara itu, Andra mengalah dan memilih menunggu di luar ruangan. Aryo melangkah pelan memasuki ruangan beraroma obat itu. Melihat istrinya terbujur di brankar dengan pakaian ala pasien rumah sakit membuat Aryo tersentil hatinya. Mata terpejam Nayla membuat laki-laki itu tampak bersalah yang teramat sangat.Aryo mendekati tubuh istrinya. Ia menggenggam jemari yang tidak tertancap jarum infus di punggung tangannya."Nay, Sayang. Maafkan aku! Aku bersalah padamu." Usapan demi usapan Aryo berikan di tangan wanita yang belum ada 24jam menerima perilaku brutalnya. Dada Aryo nyeri, pun pelupuk matanya tidak sanggup menampung cairan bening yang mengumpul di sana. Penyesalan memang datangnya terakhir. Kini, ia benar-benar menyesal. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana ia harus mengatakan pada Nayla kalau bayi mereka tidak ada. Harusnya ia bisa berpikir dengan kepala dingin. Berpikir dalam keadaan
Bab 53 Bodyguard.Dua hari dirawat di rumah sakit, Nay sudah mulai membaik. Bahkan nafsu makannya pun meningkat. Bukan karena ia ditunggui oleh Aryo, melainkan setiao jam makan ada Andra yang wajib datang menemani. Sepertinya Nay memang sengaja bersekongkol dengan Andra untuk membuat suaminya kesal dan mau balik ke Indonesia. Namun bukan Aryo kalau menyerah begitu saja. Laki-laki yang berprofesi dosen itu pantang menyerah. Ia siap menemani kemanapun istrinya pergi layakmya seorang bodyguard."Nay, kapan mau berangkat ke kampus? Apa perlu aku jemput lagi seperti biasa?" tanya Andra dengan suara sengaja keras agar Aryo mendengarnya."Besok kemungkinan aku sudah masuk, Mas. Aku ada janji konsultasi untuk tugas yang terlewat. Boleh deh besok jemput, bantu aku ke kampus.""Ckk. Nay, di sini masih ada suamimu siap jadi bodyguard. Nggak perlu merepotkan Andra. Kasian dia nanti kuliahnya keteteran." Aryo mencoba merayu istrinya dengan halus. Seperti pesan dokter, psikis istrinya harus dijaga
Bab 54 Ciuman Setelah dinyatakan dokter Nay membaik, Aryo membawanya pulang ke asrama. Sebenarnya, laki-laki tidak boleh menginap di sana. Namun, karena Nay baru saja sakit dan Aryo merupakan suaminya maka ia diizinkan tinggal paling lama satu minggu. Hati Aryo terlampau senang. Binar di wajahnya terlihat jelas. Ia terngiang-ngiang niatnya melepas kerinduan di rumah sakit tetapi mendapat warning dari Nayla. Itu artinya mereka bisa mengulanginya di asrama. Sampai di kamar, Aryo mendorong kursi roda mendekati ranjang. Dokter menyarankan Nay menggunakan kursi roda untuk tiga hari kedepan sampai tubuhnya pulih kembali. "Sini aku bantu!" Aryo mengangkat tubuh Nay, tetapi istrinya menolak. "Aku bisa sendiri, Mas." "Nggak, aku saja. Kamu nggak boleh bergerak lebih banyak. Kasian nanti kamu kecapekan." Aryo sudah mulai khawatir tingkat tinggi. Nay meyakini suaminya sebentar lagi pasti muncul sikap posesifnya. "Aku mandi dulu, Nay. Kamu rebahan saja yang nyaman ya." Nay mengangguk sera
Bab 55 Pulang saja"Nay, ayo berangkat!" Setelah sarapan, Nay bersiap berangkat ke kampus masih dengan kursi roda."Nggak. Sudah aku bilang, aku bisa berangkat sendiri. Mas Aryo nggak perlu repot, di sini ada Mas Andra," pungkas Nay sambil menyambar tasnya yang ada di meja. Ia menggerakkan kursi rodanya ke luar kamar, sudah ada Andra yang menungguinya di luar."Nay, sudah aku bilang kalau aku nggak keberatan untuk...." Dering ponsel menghentikan ucapan Aryo. Gegas ia mengangkat panggilan dari atasannya di kampus."Halo Pak Aryo. Gimana persiapan visitasi lusa?""Iya, Pak. Saya PJ nya. Kebetulan ini saya sedang ada acara keluarga." Aryo mengernyitkan keningnya. Wajahnya mendadak muram, menyiratkan ada masalah kampus yang harus diatasi. Nay yang memperhatikannya justru menyelinap untuk kabur ke kampus. Ia meminta Andra mendorong kursinya untuk segera berangkat ke kampus."Semua saya serahkan pada Pak Aryo. Keberhasilannya tergantung Pak Aryo." Aryo berdecak, netranya mengedar ternyata
Bab 56 Aku Masih CintaDengan berat hati, Aryo meninggalkan Nay di kota Daejeon. Sebelum keberangkatannya menuju incheon, Aryo menyempatkan bertemu Andra."Ndra, tolong bantu saya menjaga Nayla. Saya tidak bisa membujuknya dengan paksaan. Kamu tahu sendiri psikisnya masih belum stabil. Saya harus menyelesaikan tugas di kampus." Keduanya bertemu di taman kamous setelah Aryo menghubungi Andra."Ya, Pak. Percayakan Nay sama saya! Saya akan menjaganya semampu saya tanpa melewati batasan. Tapi Pak Aryo perlu ingat. Jangan membuatnya terluka untuk kedua kali, atau saya akan merebutnya kembali," ancam Andra dengan raut muka serius. Dalam sebuah hubungan, harus ada saling percaya antara satu sama lain. Aryo kini percaya Nay tidak akan bertindak melewati batasan, pun Andra juga mampu menempatkan diri sebagai seorang teman yang melindungi. Ia sendiri harus bisa mengontrol emosinya supaya bisa berpikir dengan logika."Ya. Pasti! Saya akan membahagiakan Nay sesuai janji saya."Aryo kini berada d
Bab 57 Benci"Belum, Tik. Kamu belum bisa melupakan aku karena kamu masih terpaku dan nggak mau mencoba move on. Cobalah buka hatimu untuk pria lain!""Baiklah. Aku akan mencobanya. Tapi tolong jangan menolak jika aku membawakan sarapan atau makan siang, Yo. Setidaknya sampai Nayla pulang. Mamamu sudah kembali ke luar negeri. Kasian kalau beliau mengkhawatirkanmu."Aryo mengangguk setuju, demi menjaga perasaan sahabat masa kecilnya. Lagipula Nay pasti juga akan sependapat dengannya.Melihat wajah Tika yang sembab membuat Aryo mengurungkan niat menginterogasi wanita itu. Ia masih ragu, jika tuduhannya tentang siapa yang membuntuti Nay di Daejeon salah justru terhitung fitnah. Ia akan menanyai mamanya dulu setelah urusan kampus selesai. Jam kerja kampus hampir usai, Aryo melonggarkan kerah kemejanya. Ia merebahkan punggungnya di kursi putar. Sedikit pening terasa akibat lelah yang menumpuk. Perutnya pun terasa melilit karena makan siang yang terlewatkan."Halo, Ma. Lagi sibuk, nggak?"
Bab 58 KejutanTiga bulan kemudian, Nayla telah menyelesaikan dengan lancar program student exchange nya. Ia sudah menjalin komunikasi yang baik dengan suaminya meski hanya melalui telepon. Bahkan suaminya seringkali tidak kenal waktu menghubunginya. Nay sudah melarang Aryo menelpon di saat dirinya sedang di kampus. Alih-alih mendengar peringatan Nay, Aryo justru gencar mengirim pesan yang mengganggu. Alhasil Nay mematikan ponselnya dan hanya membalasnya saat waktu istirahat. Aryo pun memahaminya dan tidak merasa marah dengan tingkah istrinya.Setelah mempersiapkan kepulangan dibantu Andra, Nay ingin memberi kejutan pada suaminya. Setiap Aryo menanyakan kapan pulang, Nay selalu beralasan sebentar lagi. Besok kalau sudah siap akan diberitahu."Nay, kamu beneran nggak ngabarin Pak Aryo kalau mau pulang sekarang?" tanya Andra. Ia mengantar Nay sampai ke bandara Incheon. Ia tidak tega membiarkan Nay pulang sendirian setelah kondisi kesehatannya sempat tidak stabil."Iya. Nggak papa, Mas.