KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 35[ Oh iya, Mbak, tapi sepertinya suamiku lagi meeting, kalau sama temen suamiku gimana?][ Ok! Aku tunggu!][ Nggak pake lama ][ Setengah jam lagi aku tunggu di gerbang!][ Telat lima menit aku marah!!!!]Rentetan pesan Mbak Susi hanya aku baca. Semoga suka dengan teman suamiku ya, Mbak.Nah, itu dia Bapak keluar."Pak, mau jemput Seno ya?" tanyaku."Iya, kenapa?" "Titip pesen bilangin sama Mbah Dibyo buat jemput Mbak Susi ya, nanti Mbak Susi tunggu di gerbang kampus.""Mbah Dibyo tukang becak temen Bapak? Kenapa nggak sekalian dijemput Bapak aja?" "Mbak Susi nggak mau. Ini nanti tolong kasih Mbah Dibyo ya Pak, biar Mbak Susi nggak usah bayar." Kuberikan lima lembar uang berwarna merah pada Bapak."Banyak amat, Va? Kan cuma deket, paling juga sepuluh ribu biasanya." "Nggak apa-apa Pak," jawabku. Mbah Dibyo itu sudah sepuh, bahkan lebih tua dari suamiku tapi masih harus menghidupi tiga orang cucunya yang yatim piatu. Anak dan menantunya meninggal dalam k
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 36"Nggak kok, mungkin suamimu salah lihat kali ya, Va, orang kita baik-baik aja. Kita kan saudara, bener kan Va?" Mbak Susi tak mau mengakui perbuatannya tadi bahkan kini dia merangkulku."Kanda, kenapa ada disini?" Aku mengalihkan perhatian suamiku yang masih berusaha mendapat jawaban dariku."Tadi Kanda telepon ke ponsel Dinda tapi Seno yang menjawab, terus bilang Dinda ada di rumah sakit, Kanda takut Dinda kenapa-kenapa jadi Kanda langsung kesini." "Aku nggak apa-apa, Riko tadi kejang terus dibawa ke rumah sakit sama Bapak. Ayo, lihat keadaan Riko." Aku mengajak suamiku untuk masuk melihat keadaan Riko.Suamiku menggandeng tanganku, sementara Mbak Susi mengikuti dari belakang."Loh, Mas Mantu kok ada disini?" tanya Ibu. Kemudian aku menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Sekitar sepuluh menit berada di ruang Riko, kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu."Bude, Seva pulang dulu ya, besok insyaallah kesini lagi," pamitku."Aku ikut pulang!" Mbak Susi
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 37Dia memakai rok yang sangat pendek, atasan blazer tapi tidak dikancing dengan baju dalaman yang sangat ketat sehingga membuat dua buah bagian atasnya sangat ketara. Tak lupa kacamata hitam bertengger di kepalanya. Aku dan Riska saling pandang.Mau apa Siska datang kesini?"Permisi, apa Mas Bambangnya ada?" tanya Siska pada kami tapi pandangannya terus menelisik ke dalam rumah."Tante siapa?" Riska yang belum tau siapa Siska, malah memanggilnya tante.Siska langsung menoleh pada Riska kemudian menatapnya tajam."Tante? Sejak kapan aku punya keponakan pembantu macam kamu?" Dih, Siska malah mengira Riska pembantu."Pembantu? Mending jadi pembantu tapi sopan, lah situ tante-tante tapi pamer barang udah kadaluarsa!""Maksud kamu apa yang kedaluwarsa?""Tuh" Riska menunjuk dua buah bagian yang menyembul, yang sengaja Siska pamerkan. "Kalau bukan barang kadaluarsa pasti udah di jaga nggak mungkin diumbar kayak gitu! Jangan-jangan malah beracun! Huek!" "Kamu?!"
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 38Riska yang datang justru tertawa."Rasain tuh! Senjata makan tuan!" Riska dan kedua ART kemudian memegang kedua tangan Siska."Bawa keluar! Serahkan sama satpam! Pastikan dia tidak kembali lagi kesini!" Mereka kemudian menyeret Siska keluar. Satpam membuka pintu gerbang, menyeret Siska yang terus memberontak kemudian menutup kembali gerbangnya."Itu kenapa Siska bisa kaya gitu ya?" tanyaku."Ada yang tidak beres dengannya," jawab suamiku."Memang! Dia tadinya mau jahat sama suami kamu Va, untung saja tadi aku lihat." "Jahat gimana?" Aku mengajak Riska untuk duduk disamping kolam renang agar obrolan lebih santai."Jadi, waktu tadi Bibi nyiapin minuman, Siska datang terus minta cangkir khusus sama Bibi. Begitu Bibi pergi Siska menabur sesuatu ke minumn suamimu. Nah, begitu Siska pergi aku buang minuman yang ada di cangkir Siska terus aku ganti sama minuman suamimu. Jadilah seperti tadi … " Syukurlah Riska menyelamatkan suamiku dari jahatnya Siska."Tumben,
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 39"Maksudnya gimana Mbak?" "Ya kamu sana ikut mobil Bapakmu, biar aku yang naik mobil ini!" "Sama suamiku, gitu?""Iya! Udah ya, bye!" Mbak Susi langsung masuk dan menutup pintu mobil. Sekarang tinggal aku berdiri mematung di samping mobil. "Itu maksudnya Susi apa ,Va?" Ibu yang melihat langsung turun dari mobil dan menghampiriku, diikuti oleh Bude Ratmi."Nggak tau, Bu," jawabku. Selang beberapa waktu suamiku juga Pak Agus turun dari mobil menyisakan Mbak Susi sendirian di dalam. "Kok pada turun semua sih?" Mbak Susi keluar dengan menghentakan kakinya."Susi, Seva nggak ikut pulang, mereka mau balik ke rumah mereka sendiri jadi tujuan mereka nggak sama dengan kita" Ibu masih berkata pelan dengan Mbak Susi. "Pokoknya Susi ikut mereka! Titik!" Mbak Susi masih saja ngeyel mau ikut dengan kami."Masuk mobil itu! Cepat!" Bude Ratmi menyuruh Mbak Susi untuk masuk mobil Bapak."Nggak!" Bantah Mbak Susi. "O, emang kamu bocah susah banget diatur!" Bude Ratmi k
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 40"Ayolah, nggak usah munafik!" Pak Bagas justru memegang tanganku. "Dinda … ada apa ini?""Kanda …"Segera aku menepis tangan Pak Bagas dan berjalan ke arah suamiku."Ayo pulang!" Suamiku menggandeng tanganku dan berjalan dengan cepat. "Gus, urus dia!" perintah suamiku pada Pak Agus, entah mau diapakan Pak Bagas nantinya.Hanya ada keheningan di dalam mobil. Aku tak berani untuk memulai obrolan terlebih dahulu. Apa suamiku marah? Apa suamiku salah paham?"Kanda … apa Kanda marah?" tanyaku saat sudah sampai di rumah."Tentu saja marah! Kenapa Dinda mau-maunya dipegang tangannya sama dia?! Apa Dinda punya hubungan dengan laki-laki itu?" Ya Tuhan, suamiku sudah salah paham. Ini pertama kali suamiku berkata dengan nada tinggi padaku. Aku nggak salah Kanda … Bulir bening jatuh di pipi, rasanya sesak, sedih. "Dinda … Sayang, hei, Kanda cuma bercanda. Jangan menangis." Suamiku kini duduk di sampingku dan meraih kepalaku."Aku nggak salah," ucapku di sela isak
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 41"Ogah! Aku nggak mau potong rambut!" Tolakku pada Riska. Lagian aneh-aneh aja tuh anak."Kalau gitu, suamimu suruh make over lagi!" Nah kan malah jadi bawa-bawa suamiku juga. Ada benarnya juga ucapan Riska, rambut Kanda perlu dirapikan lagi sama rambut nakal di wajahnya juga sudah mulai tumbuh liar. Suka geli aku tuh kalau lagi itu."Bentar aku telepon suamiku dulu." Segera aku menghubungi nomor suamiku dan mengutarakan maksudku. Untung saja suamiku setuju."Ok Ris, kita ke salon sekarang, suamiku langsung kesana." Riska langsung tersenyum dan bersiap untuk berangkat.***"Bu, Seva pergi dulu ya," pamitku pada Ibu."Nanti kesini lagi 'kan?" tanya Ibu."Nggak Bu, nanti habis dari salon sekalian pulang." "Aku ikut!" Eh kok ada suara Mbak Susi, dari tadi memangnya dia dimana."Loh Mbak, kapan datang? Kok Seva baru lihat?" Tanyaku basa-basi."Baru aja ini Va, lagi ngrengek minta duit beli kuota padahal baru tiga hari yang lalu minta eh sekarang minta lagi."
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 42Drrt Drrrt DrrrtTumben nomor rumah menelpon. Ada apa ya?'Halo, Assalamualaikum''Waalaikumsalam, Nyonya … cepat pulang, Tuan jatuh di kamar mandi!' Apa?! Ya Tuhan, Kanda …"Ris … buruan pulang!" Aku berlari menuju parkiran mobil. Pikiranku kacau, kalau saja aku bisa meminta, aku ingin bisa dalam sekali hentakkan langsung pulang ke rumah."Ada apa?" tanya Riska saat sudah di dalam mobil."Suamiku jatuh di kamar mandi. Buruan jalan!" "I—ya iya!" Mobil Riska sudah melesat dari parkiran. Tuhan, lindungi suamiku, aku tak sanggup kehilangannya."Tambah lagi kecepatannya Ris!" "Va, sabar, ini udah ngebut." Air mata dari tadi sudah banjir di pipi, aku tak tau lagi harus seperti apa. Pikiran buruk sudah terlintas di benakku."Va, suamimu punya darah tinggi nggak?" tanya Riska."Nggak! Kenapa?""Kalau orang udah tua jatuh terus punya darah tinggi bisa fatal loh." Tambah panik lagi aku mendengar ucapan Riska. "Diam, Ris! Doain yang baik-baik kenapa?" Aku semak