"Minum dulu, Mas. Tenanglah, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."Ibra meminum segelas air dingin yang disodorkan Ayra. Perlahan degup jantung yang tak beraturan karena kekesalan bisa dinetralisirkan. Apalagi saat melihat wajah cantik pujaan hatinya. "Terima kasih, Sayang. Kamu selalu bisa jadi rem amarahku," puji Ibra menatap bola mata kecoklatan milik Ayra. Mereka saling pandang. Ayra menampakkan senyum termanis. Cinta yang tersalurkan melalui tatapan mata. Membuat dua insan meredakan sejenak kekesalan yang dirasa. Sementara itu, dia perempuan di hadapan mereka memandang sinis. Sangat muak dengan drama menjijikan dari dua insan yang sedang dilanda kebucinan. Prok ... prok ...."Luar biasa. Begini ternyata cara perempuan murahan menggoda kakakku," umpatan halus dari bibir Mayang terlontar lagi. Dia bertepuk tangan sambil menampakkan senyum sinis. Benar-benar jijik dengan sikap kakaknya. "Mayang, jangan memulai pertengkaran lagi. Lebih baik, kamu bawa Fiona perg
"Tidak, Sayang. Tenanglah. Jangan berpikir negatif. Nanti kamu tambah tua.""Enak saja, aku bakal selalu lebih muda dari kamu, Mas. Jadi, gak bakal ada celah untuk kamu selingkuh. Soalnya aku masih cantik dan seksi.""Oh, secara tidak langsung kamu bilang aku tua?" tanya Ibra dengan nada pura-pura marah. "Hahaha, emang kamu udah tua, Mas. Tapi, itu yang bikin aku makin sayang. Sama yang tua lebih enak kayanya.""Dasar nakal," kekeh Ibra mencubit hidung Ayra."Kamu pikir aku makanan. Sampai dibilang enak? dasar bidadariku. Selalu lucu dan bikin aku selalu merasa jatuh cinta tiap menitnya.""Iya, dong. Ayra gitu."Ibra merangkul Ayra penuh rasa cinta. Kekesalan dan amarah di hatinya karena tingkah Fiona dan Mayang, mendadak hilang. Hanya ada rasa berbunga-bunga penuh cinta. "Sayang, persiapan pernikahan kita hampir berjalan sempurna. Nanti kita pergi bersama ke WO. Aku ingin membuat pesta semeriah mungkin.""Apa kamu gak malu, Mas? ini 'kan bukan pernikahan yang pertama buat kita.""K
KAI REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 26"Aku ibu kandungmu, Fiona. Mama sangat merindukanmu."Perempuan tua itu tak kuat lagi menahan rindu. Tanpa aba-aba langsung mendekati Fiona, duduk di samping, dan memeluknya. Fiona dan Fahri hanya bisa diam terperangah.Namun, sesaat kemudian Fiona tersadar dan ia langsung mendorong tubuh wanita seusia Ibrw tersebut hingga membuat wanita itu terjengkang dan hampir saja jatuh dari tempat duduknya saat ini. "Lepaskan aku! Aku bukan anakmu! Ibuku sudah mati dan sekarang aku hanya memiliki satu ayah yaitu Papi Ibra!" hardik Fiona sembari telunjuk tangannya mengarah ke wajah wanita yang memakai dress berwarna merah maroon itu. Reni menelan salivanya dengan susah payah. Ia yang awalnya kesal berusaha sekuat tenaga untuk memendamnya karena Reni gak mau kalau tujuannya datang ke rumah itu sampai gagal. Yah, tentu saja wanita licik seperti Reni tidak mungkin tidak ada tujuan ketika datang kembali ke rumah Ibra. Padahal dulu Reni sudah benar-benar me
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 27"Katakan apa maumu." Senyum manis Reni mebgembang sempurna mendebgar oenutursn Ibra. "Baiklah, kalau begitu dengarkan aku baik-baik. Nikahi aku dan berikan aku sebagian dari harta yang kau punya. Anggap saja itu warisan untuk putriku, Fiona." "Apa?! Kau sudah gila! Bagaimana bisa aku menikahimu sedangkan kau adalah mantan adik iparku?! Kurasa otakmu benar-benar sudah tidak waras, Reni!" murka Ibra pada Reni. Ia sedikit mendorong tubuh Reni untuk menjauh darinya. Karena Ibra jijik didekati oleh perempuan yang hobi bergonta-ganti pria itu. Ibra sangat tahu sepak terjangnya Reni. Dia memang hobi sekali bergonta-ganti pasangan yang tentu menurutnya lebih tampan dan mapan. Bila pasangan lamanya sudah tidak menarik dan menguntungkan legi maka Reni tsk akan segan-segan membuang pria-pria itu dari hidupnya. "Yah, aku gila! Aku gila karena nyatanya kau sangat mempesonaku Ibra. Kamu tambah tampan dan kamu bertambah kaya. Untuk sebab itu aku kembali
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUSaat Ayra ingin kembali memasukkan makanan dan minuman tadi ke dalam mulutnya dan ia kembali fokus pada ponselnya. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan dirinya dan membuat Ayra membelalakkan mata. "Pergi dari kehidupan Ibra atau kalau kau menolak maka kau akan tahu akibatnya. Dan aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu!"Ayra membelalak mendengar ucapan dari seseorang itu. Ia pun melihat ke arah orang tersebut dan Ayra lekas memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ayra juga menghentikan tangan yang hendak menyuapkan jamur krispi ke dalam mulutnya. Ayra tersenyum sinis sembari memandang sinis juga pada perempuan yang ada di depannya. Karena Ayra sangat tahu orang itu adalah Mayang. "Lagi apa Tante di sini?" tanya Ayra tanpa sedikit pun merasa takut dengan ancaman Mayang barusan. "Bukan urusanmu! Yang jelas lakukan saja apa yan aku katakan barusan! Tinggalkan Ibra dan aku akan memberimu sejumlah uang yang kau mau. Sebutkan saja berapa ma
"Apa kamu bilang?! Siapa yang sombong? Yang jelas aku dan kamu itu berbeda kasta! Levelmu jauh di bawahku. Kamu hanya orang miskin yang halunya kebangetan." "Oh ya? Siapa yang nanya? Aku gak peduli tuh Tante mau kaya atau miskin sekalipun aku tidak peduli! Kenapa? Mahal ya harga diriku? Gak bisa ya kamu menebusnya? Oh jelas dong! Harga diri Ayra itu memang mahal! Bukan sembarang orang yang bisa menebusnya. Bahkan, misalkan Mas Ibra tidak mampu menebusnya sekalipun aku tidak masalah karena apa? Karena ada cinta di sini untuknya." Ayra menunjuk ke arah dadanya di mana hati itu berada. Wajah Mahang yang sudah memerah karena kesal nyatanya Ayra sangat susah sekali untuk dijatuhkan mentalnya. Entah terbuat dari apa mental perempuan itu sehingga ancaman demi ancaman tidak mempan untuknya. Sebaiknya Tante pulang gih daripada mempermalukan diri sendiri di sini. Lagian angin malam itu gak baik buat wanita seusia Tante …." Ayra sengaja menjeda ucapannya dan ia mendekatkan bibirnya ke telinga
"Hai Sayang, lama nunggunya?" sapa Ibra pada Ayra yang masih setia duduk dan menunggu di depan stand makanan dan minuman yang dipesannya tadi. "Ck! Lima menit lagi lumutan aku di sini, Mas!" sahut Ayra kesal. Sedangkan Ibra tergelak karena melihat wajah Ayra yang terlihat sangat menggemaskan. Ia pun mencubit kedua pipi wanita itu. "Ih Mas apaan sih. Ntar pipiku jadi gede-gede tau." "Biarin, biar enak kalau digigit berasa makan bakpao." "Yeee enak aja. Kalau digigit terus bolong ntar yang ada kamu nyari yang lain. Dih ogah! Enak di Mas gak enak di aku lah.""Hahahahah ada-ada saja kesayangannya Mas yang satu ini." Ibra mengelus dan mengacak sedikit pucuk rambut Ayra. Ia pun mengambil minuman yang masih Ayra pegang yang berwarna merah itu. Lantas Ibra menyeruputnya sedikit. Akan tetapi, sedetik kemudian Ibra seperti bergidik karena rasa minuman itu memang manis. "Astaga itu minuman apa? Kok manis banget?""Ini namanya boba. Memang tidak diperuntukkan untuk usianya Mas. Kan aku man
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU"Tapi aku gak yakin dia kapok, Mas.""Ya Sudah biarkan saja kalau Mayang macam-macam kamu tinggal hubungi Mas saja. Karena Mas akan selalu siap sedia selama 24 jam hanya untuk Ayyara Kartika tercinta.""Uluh-uluh, maca cih. Jadi terhura deh aku," jawab Ayra yang disambut gelak tawa oleh Ibra. Membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah mereka sembari mengernyitkan dahi. Mungkin saja mereka heran dengan Ibra yang sudah sedikit beruban di bagian rambutnya tapi masih jalan dengan Ayra yang masih sangat muda. Atay mereka malah mengira Aura dan Ibea itu adalah anak dan ayah. Entahlah, hanya mereka yang tahu dengan pemikiran mereka sendiri. Saat keduanya tertawa tiba-tiba Ibra terdiam. Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu pada Ayra tapi seperti ragu juga. "Mas, ada apa? Kok kayak yang lagi mikirin sesuatu? Kalau ada apa-apa kasih tau aja aku siapa tahu kan aku bisa bantu." Ayra bertanya dengan lembut sembari mengelus jemari Ibra yang ber