“Kamu sebenarnya juga merindukanku kan?”Tanya Jeremy sangat pelan tapi justru seolah menusuk gendang telinga Luna hingga pertanyaan itu membuat Luna semakin tenggelam dan tidak berani menatap mata biru pekat milik Jeremy yang dibingkai dengan cekung yang dalam.Tapi, Jeremy memaksanya menatap dengan mencengkeram dagu Luna kuat agar mengangkat kepalanya.“Jawab aku, Luna!”Luna memejamkan matanya saat jantungnya berdegup sangat kencang karena ketakutan.Jeremy mendesis geram dan dia semakin mencengkeram erat dagu Luna yang saat ini tengah meringis kesakitan.“Jeremy, lepas! Kamu bilang kita sudah berdamai. Lagipula bagaimana kalau Xander bangun?”Luna bersusah payah saat mengatakan itu sambil menahan sakit di dagunya.Tapi Jeremy menatapnya dengan sangat dingin seolah dia bisa membekukan Luna kapan saja hanya dengan tatapannya.Detik kemudian, Jeremy melepas cengkeraman di dagu Luna dan tiba-tiba menggendong Luna keluar kamar Xander setelah menekan bel di sisi ranjang Xander, memanggi
Luna menyeka air matanya dan dia bangkit, ikut duduk di samping Jeremy dengan tatapan menuntut sebuah penjelasan.“Ketika Shera tahu hubungan kita dan kau hamil anakku, dia menyuruhku untuk meninggalkanmu dan menggugurkan janin itu. Aku tidak berdaya saat itu karena Je Star Hotel ada di ambang kehancuran dan Shera memanfaatkan semuanya.Dia juga yang membocorkan semua aib kita ke media dan dia terus menekanku untuk meninggalkanmu, apalagi kekuatan keluarga Wilson saat itu berada di puncak, jadi mudah saja bagi mereka untuk menghancurkan semua yang aku bangun hanya dengan jentikkan jari.”Luna menatap Jeremy dengan air mata yang berubah seperti kran dengan hati yang campur aduk.Benarkah semua itu yang terjadi di masa lalu? Apakah itu hanya trik Jeremy saja untuk membuat hatinya luluh dan kembali padanya?Kepala Luna sangat sakit seperti baru saja ditinju oleh tangan seorang petinju profesional.“Luna, maafkan aku!”Jeremy mengulurkan tangannya dan dia meraih tangan Luna sebelum menciu
Jeremy menggeram dan dia terpaksa menuruti Aura. Ya, dia melakukannya karena dia tentu saja butuh bantuan Aura untuk menjauhkan Sean dari Luna.“Ya.”“Hmm, apa tidak ada informasi lain yang harus aku dengar selain nasihat yang membosankan itu?”“Luna sekarang menginap di villaku.”“Apa?” Aura berubah bersemangat dan dia menambahkan, “Maksudku apa kamu ada fotonya? Sean akan lebih percaya jika dia melihatnya sendiri.”“Aku akan mengirimnya.”Jeremy mematikan teleponnya dan dia menyambar laptopnya yang merupakan monitor dari CCTV kamar utama, dia mengambil gambar Luna yang sedang tertidur dan mengirimkannya ke Aura.Di rumah Sean.Aura hampir melompat kegirangan begitu menerima foto dari Jeremy. Dia kembali ke kamar Sean dan tentu saja memperlihatkan foto itu padanya.“Sean, lihatlah ini!”Sean yang sangat malas karena Aura beberapa hari ini selalu ada di dekatnya, hanya menjawab dengan gumaman pendek.Dan...Sean membelalak tak percaya begitu melihat foto Luna yang tertidur di ranjang
Sean berdecak kessal sebelum dia mematikan sambungan teleponnya.Di sisinya, Aura sangat senang melihat Sean patah hati Luna bersama Jeremy, jadi dia berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang hubungan Luna dan Sean.“Sean, kenapa kamu begitu khawatir? Bukankah kamu senang akhirnya mantan asistenmu itu kembali pada kekasihnya lagi?”Sean memelototi Aura.“Luna tidak akan kembali pada Jeremy,” tegas Sean.Aura diam-diam menaikkan salah satu alisnya dan dia tersenyum penuh kemenangan, namun detik berikutnya dia mengubah ekspresinya seperti perempuan yang polos.“Kamu tampak sangat peduli dengan mantan asisten kamu itu, apa memang benar kamu ada hubungan spesial dengannya?”Sean menatap Aura dengan dingin.“Itu bukan urusanmu kan?”Aura menggertakkan giginya saat dia mencoba bersabar.“Sean, bagaimanapun kita pasangan bertunangan, apa pantas mengatakan seperti itu?”“Aura, tolong jangan melampaui batas! Aku ingin istirahat sekarang, jadi tinggalkan aku sendiri.”Aura sudah sangat kebakaran
“Xander sudah menunggumu di bawah, mandilah! Dan kita akan sarapan bersama.”Hati Luna tiba-tiba menjadi hangat mendengarnya.Hal itu bahkan pernah menjadi angan-angannya di masa lalu, tapi hari ini Jeremy benar-benar mewujudkannya, betapa senangnya?Luna mengangguk dengan penuh semangat dan dia tidak lupa berkata, “Terimakasih Jeremy.”Jeremy mengangguk dan dia tersenyum lembut, “Aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia sekarang.”Luna tersenyum getir mendengarnya. Dia bingung di dalam hatinya harus melabuhkan cintanya pada siapa sekarang. Sean atau Jeremy?Menepis pemikiran itu, Luna pergi mandi dan bersiap-siap. Dia akan bertemu Xander lagi hari ini, bahkan seterusnya. Itu hal yang sangat membahagiakannya.Begitu selesai mandi, Luna pergi ke walk in closet dan dia tercengang begitu mendapati banyak baju perempuan branded dengan harga selangit itu berderet rapi memenuhi lemari itu.Tak hanya baju, ada underwear yang masih baru dengan label merk yang masih menggantung, juga di samp
Mau tidak mau, Jeremy menghampiri Luna dan memeluknya dari belakang.Luna terkejut dan dia menoleh ke arah Jeremy.“Ada apa?”Jeremy menggeleng.“Xander sudah tidur?”Luna mengangguk dan bertanya, “Apa dia sudah makan?”“Pelayan tadi sudah memberinya makan saat menunggumu.”Luna mengangguk sekali lagi dan dia melepas pelukan Jeremy sebelum dia kembali duduk ke tempat semula.Tapi, Xander masih menyusu jadi Jeremy masih bisa melihatnya dengan sesuka hatinya saat dia ikut duduk di seberang Luna.“Luna, apa tidak sebaiknya kamu tinggal di sini?”Luna kaget luar biasa dan dia sampai memelototi Jeremy saat menoleh ke arahnya.“Itu tidak mungkin!” tegas Luna.“Kenapa? apa karena Sean?”Jeremy tersenyum tipis saat dia menatap Luna dengan tatapan mencemooh.Luna menggeleng.“Lalu?”“Kita bukan pasangan yang sah, jadi aku rasa tidak pantas saja kalau aku tinggal bersamamu.”“Aku bisa merubah statusmu menjadi pasangan sah bagiku jika kau mau.”Jeremy dengan santai berkata seperti itu sambil men
Gara-gara Jeremy menyebut-nyebut nama Louis, Luna jadi tidak bisa berhenti memikirkannya.Bayangan kenangan bersama Louis terus berputar di otaknya hingga membuatnya terasa sesak hingga bening hangat langsung membanjiri pipinya.“Kita sudah sampai!”Suara Jeremy menyentaknya kembali ke dunia nyata dan entah sejak kapan wajah Jeremy sudah sangat dekat dengan wajahnya bahkan hanya berjarak satu inci.Melihat Luna menangis, Jeremy mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya.“Maaf sudah membuatmu sedih.”Luna tercengang sekali lagi dengan sikap Jeremy.“Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” batin Luna.“Hey, apa yang kamu pikirkan? Ayo kita masuk!”Lagi-lagi Jeremy sudah menyeretnya keluar dari mobil dan bahkan tangannya bertengger posesive di pinggang Luna yang ramping seolah mereka pasangan yang paling sempurna.Luna risih dengan tindakan Jeremy itu dan dia segera menepisnya, tapi Jeremy justru sama sekali tidak berniat melepas.“Jeremy, tanganmu!” Luna mengingatkannya sambil berbis
“Aku sedang menstruasi.” Kilah Luna.“Oh, baiklah! Jadi aku akan memberitahumu setelah kau selesai karena aku menginginkanmu sebelum itu.”Jeremy sangat kesal saat mengatakan itu, dia sudah menginginkan Luna sejak dia kembali ke luar negeri dan dia belum bisa mendapatkannya hingga hari ini saat dia sudah berpura-pura sangat baik terhadap Luna.Berbeda dengan Luna yang diam-diam merasa sangat lega karena Jeremy langsung percaya dengan alasannya.“Aku pergi dulu!”Luna hanya mengangguk dan tidak berkata apapun juga tidak berniat bangkit dari duduknya sedikitpun meski hanya untuk mengantar Jeremy sampai depan.Dia masih syok karena Jeremy terang-terangan menginginkannya lagi. Ini benar-benar bahaya bagi Luna.Begitu Jeremy menutup pintu apartemen, Luna langsung menghela nafas dan dia menyandarkan punggungnya ke sofa dengan lega.Setelahnya, dia menghidupkan televisi untuk mencari tahu berita tentang Sean.Meski dia kecewa dengan Sean, tapi tetap saja dia merindukannya.Namun, tayangan ya