PLAKBerhasil menerobos para pengawal di pintu ruang perawatan Sean, Helena yang seperti kerasukan langsung melayangkan tamparan keras pada Luna yang sejak tadi belum sempat sarapan.Luna yang awalnya berdiri langsung tersungkur ke lantai sambil memegangi wajahnya yang terasa panas.Daren membantunya berdiri sementara Vania dengan marah menghadapi Helena.“Ini sudah yang kesekian kalinya Tante menampar Luna, apakah Tante belum puas ha?”“Aku tidak pernah puas sebelum dia benar-benar meninggalkan Sean.”Helena mengatupkan giginya saat dia mengatakan itu, dia sangat geram karena Vania justru membela Luna.“Luna sudah meninggalkan Sean, tapi Sean sendiri yang tidak bisa meninggalkan Luna, apakah itu masih salah Luna?”“Vania, bagaimana kamu bisa melebih-lebihkan jalang itu?”“Dia bukan jalang, jadi stop mengatai Luna seperti itu.”Vania sampai meledak-ledak karena terlalu emosi pada Helena.Luna yang sudah bisa berdiri dengan benar, akhirnya menarik lengan Vania mundur.“Van, sudahlah! T
Tapi belum sempat dia berbicara apapun, Aura datang merusak momen mereka.“Sean!”Dia langsung memeluk Sean begitu tiba. Aura sengaja untuk membuat Luna marah.Benar saja, hati Luna seperti dicubit dengan sangat keras saat melihat Aura memeluk Sean dengan gayanya yang manja seolah dia masih terbawa peran Jeff dan Deena dalam film terbaru mereka.Luna sampai berdehem dan melirik ke arah Sean dengan tatapan tidak senang. Mereka baru saja akan membicarakan konsekuensi hubungan mereka, dan sekarang Aura jutru seenaknya memeluk Sean seperti itu di depannya.Sean merasa canggung dalam situasi itu dan dia menolak pelukan dari Aura.“Lepaskan Aura, perutku masih sakit.”“Memangnya apa yang terjadi denganmu Sean? kenapa bisa berakhir di rumah sakit seperti ini?”“Aku tidak bisa menceritakannya sekarang Aura, aku butuh istirahat.”“Ya Aura, Sean butuh istirahat, jadi dia tidak perlu mendongeng untukmu sekarang kan?” Daren ikut menimpalinya dengan nada tidak senang ia tunjukkan pada Aura.“Hmm,
“Luna!”“Sean!”Panggil mereka secara bersamaan dan itu membuat suasana lebih canggung.“Baiklah kamu dulu.” Luna mengalah.Sean menggeleng, “Tidak, kamu lebih dulu.”“Bukankah kamu yang lebih dulu?” Kali ini Luna tidak mau kalah.“Hmm, ladies first.”Luna mendesah dan ia kembali mengalah, tapi ia justru sangat deg-degan.“Umm, Sean. Kamu ingin aku menepati janjiku bukan? Tapi kenapa kamu akan tetap bertunangan dengan Aura?”Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Luna, dia tiba-tiba sangat lega.“Memangnya kenapa? bukannya aku sudah bilang itu hanya pertunjukan?”“Aku tahu, tapi...”“Kamu tetap cemburu?” Sela Sean cepat.Luna mengangguk malu-malu dan berkata, “Maksudku bukankah aku terlihat menyedihkan? Kamu memintaku kembali dan disisi lain kamu bertunangan dengan perempuan lain.”“Hmm, lalu apa maumu? Luna, jangan bilang kamu tidak ingin kembali padaku.”Luna menggeleng keras.“Aku mau Sean, tapi aku ingin kamu mengurus pertunanganmu dulu sebelum memintaku kembali.”“Tidak,
Sean bangkit dari kursi rodanya.Luna yang masih tertegun dengan perkataan Sean refleks membantunya berdiri dan dia mengomel setelahnya, “Sean, kamu baru saja siuman karena luka di perutmu, bagaimana bisa kamu menjadi sangat keras kepala dan memaksakan berdiri?”Sean tersenyum santai dengan kedua tangannya memegangi lengan Luna sebelum dia memeluknya. Sean sangat mencintai Luna dan dia sangat bahagia begitu tahu Luna masih peduli dan menyelamatkannya kemarin, itu momen yang tidak bisa dia lupakan begitu saja.“Luna, biarlah seperti ini dulu. Aku besok akan menjalani drama pertunanganku dengan Aura dan pulang ke rumah. Itu artinya aku tidak akan bisa melihatmu beberapa hari. Kamu tahu sendiri mamaku seperti apa.”Sean berkata denga suara teredam karena memeluk Luna dengan erat seolah dia tidak rela melepaskan Luna barang sedikitpun.Luna menghela nafas di pelukan Sean, hatinya tiba-tiba dirundung kesedihan luar biasa mengingat Sean besok akan bertunangan dengan Aura. Meski dia mengangg
“Sean Aaron masih hidup, kau mengecewakanku Jack.”Tak peduli status Jack ketua gangster di ibu kota ini, Jeremy sama sekali tidak takut memarahinya.“Tapi anak buahku sudah berhasil membuat Sean Aaron tertusuk dua pisau di perutnya.”“Hanya itu? Dan dia tidak mati. Aku ingin dia mati Jack, harusnya kamu paham.” “Seseorang menyelamatkannya di saat yang tepat.”Jeremy menyipitkan matanya dan bertanya dengan tidak sabar, “Siapa yang berani menyelamatkannya?”“Menurut pengawasanku, seorang perempuan cantik datang menyelamatkannya di saat menit-menit terakhir harusnya dia sudah mati.”“Perempuan cantik? Kirim video pengawasanmu padaku.”“Ya.”Jeremy dengan marah menutup teleponnya dan beberapa detik berikutnya dia menerima pesan video dari Jack.Wajah Luna terpampang dengan jelas di video itu dan ekspresi Jeremy berubah sangat mengerikan.Dia dengan murka mengetik pesan pada Jack.[Target kamu selanjutnya adalah perempuan itu. Culik dia dan bawa dia padaku.][Kali ini a
“Jangan lakukan itu, Sean!” “Kenapa?” Sean sudah memiringkan wajahnya dan dia mencium bibir Luna sekilas. Luna membuang muka ke arah lain dan berkata, “Kamu harus tetap bertunangan dengan Aura.” “Bukannya kamu cemburu, hmm.” Sean terus-terusan menyerang Luna dan kali ini ciumannya lebih dalam, hanya sekian menit karena tersadarkan oleh tangisan Xander yang saat ini tubuhnya sudah dipenuhi tumpahan bedak. Luna segera mendorong dada Sean dan dia beralih ke Xander. “Ya ampun Sayang, kenapa kamu menumpahkannya?” Luna membersihkan tubuh Xander dan menciuminya sambil tersenyum getir. “Maafkan Mommy, ayo pakai baju dulu.” Luna membantu Xander memakai baju dengan telaten meski saat ini Xander menolaknya. Sean yang sambil berpakaian diam-diam melihat adegan itu dan hatinya menjadi hangat. Bersamaan itu dia mengerutuki Jeremy dalam hatinya. “Dasar bodoh! Menyia-nyiakan perempuan sesempurna Luna? Tidak ada laki-laki sebodoh Jeremy Allen.” Selesai membuat Xander lebih rapi dengan baju
“Hey, jangan melamun. Ayo masuk!” Vania merangkul pundak Luna dan mengajaknya masuk. “By the way Lun, aku punya dua tiket jalan-jalan ke Bali. Papa memberikannya padaku minggu lalu. Kamu mau?” “Bali? Itu artinya sudah keluar dari kota Jakarta. Apa jika terjadi sesuatu padaku, kalung ini akan tetap berfungsi?” Luna membatin dalam hati sambil menurunkan pandangannya menuju kalung yang ia pakai sekarang. “Kamu mau tidak?” ulang Vania. Luna refleks menggeleng. Kata Sean yang menusuk perutnya kemarin adalah anak buah Jeremy, sementara dia yang sudah membantu Sean ke rumah sakit sampai sekarang telah sembuh. Itu artinya bukankah Jeremy akan menargetkan dirinya sebagai incarannya sekarang? Jadi Luna harus ekstra hati-hati. Kalaupun dia harus pergi, tidak boleh terlalu jauh dari lokasi Sean saat ini, agar kalung couple mereka tetap terhubung. “Hmm, aku pikir kamu mau. Memangnya kamu tidak bosan?” “Bosan tidak bosan, tapi aku harus bisa menjaga diriku sendiri Van. Jeremy masih ada di
“Aku rasa selama beberapa hari ke depan, kamu jangan menonton TV atau bermain sosial media dulu kalau tidak mau sakit jantung.” Vania kembali mengingatkan saat mereka kembali ke rumahnya. Luna yang saat ini turun dari mobil Vania, memutar bola matanya ke arahnya. “Kamu pikir sejak fans Sean menyerangku, aku berani membuka sosial media?” Vania tertawa dan berkata, “Itu salahmu karena mencintai superstar seperti Sean.” Luna tersenyum getir dan membenarkannya. Dia melangkah masuk ke rumah Vania dan mencari Xander terlebih dahulu sebelum ikut merapikan barang-barangnya bersama Vania. “Aku ajak Xander ya Van.” Vania yang sedang memasukkan barang-barangnya, mengangguk dan tersenyum. “Lagipula kita hanya akan ke hotel milik Papaku, tidak jauh-jauh dari sini.” Luna mengangguk, dia sedikit lega Vania tidak jadi mengajaknya ke Bali. Mereka kemudian berangkat setelah makan siang dan itu tidak luput dari pengawasan Jack. Masih dipercaya oleh Jeremy membuat Jack ingin memberikan hasil pe