Bu Mutia menarik kursi plastik warna biru dan meletakkan di depan dipan tempat ibu dan mas Darsa duduk, sementara Lili duduk di sebelah kanan neneknya. Baru mas Darsa akan bicara muncul juga Utari, istrinya dari sebelah dengan baskom sedang berisi jagung rebus yang asapnya masih mengepul. Tadi ia sudah diberitahu suaminya jika akan bicara dengan adik iparnya itu mengenai niat baik mantan pak Cipto. Sementara dua hari yang lalu mbak Utari juga bertemu pak Rasyid, pensiunan tentara itu juga menyampaikan niat yang baik untuk adik iparnya dan sudah mbak Utari sampaikan pada bu Lili juga, namun bu Lili hanya menanggapi dengan senyum. Entahlah nanti siapa yang akan di pilih bu Mutia, atau mungkin hanya sendiri saja hingga semakin menua.Biasanya orang tua yang akan membujuk anak gadisnya untuk menerima perjodohan, namun untuk bu Mutia, putrinyalah yang membujuknya untuk berjodoh kembali dengan mantan suaminya. Hampir tiap malam Lili, berbicara dari hati ke hati bersama ibunya sebelum tidur
Dirham mengecup berulang perut Kumala yang semakin membola, kehamilan istrinya sudah memasuki bulan keempat. Rasa mual dan pusing sudah mulai hilang, hanya sesekali saja datang bila ada bau parfum yang menyengat. Bahkan Dirham juga sudah mengganti wangi parfumnnya yang lebih kalem.Putra pertama mereka juga semakin pintar dan tak rewel. Selalu anteng di tangan baby sitter yang menjaganya. Dirham memutuskan menambah seorang pekerja di rumahnya, khusus untuk menjaga putra pertamanya itu. Namun sudah sebulan ini Davin dan baby sitternya lebih banyak tidur di rumah Kirana.“Sementara Davin sama aku aja, Mala, rumah jadi rame, kalau ada dia nih, berasa punya anak aku sama mas Kahlil.” Ucap Kirana pada Kumala saat akan menjemput keponakannya itu. Awalnya agak berat hati Kumala melepaskan putranya tinggal bersama ipar dan mertuanya, namun kasih sayang yang diberikan oleh Kirana dan suaminya tujukkan untuk Davin juga meluluhkan hati Kumala. Bahkan mertuanya juga senang jadi tak perlu bolak ba
Alhamdulillah, sudah seminggu ini bu Mutia dan pak Cipto sudah resmi kembali menjadi suami istri. Setelah kedatangan pak Cipto minggu lalu di rumah mantan mertuanya. Niatnya yang ingin melamar kembali mantan istrinya itu, malah hari minggunya mas Darsa langsung menikahkan keduanya. Nikah secara agama dulu, biar keduanya bisa bebas kemana-mana berdua. Lili dan mbak Utari yang sigap mengurus konsumsi untuk pernikahan keduanya.Nikah secara agama namun semua keluarga di beritahu, termasuk saudara perempuan pak Cipto. Tujuan mas Darsa segera menikahkan mereka, tentunya untuk menghindari fitnah dan omongan tetangga. Dan malam seninnya pak Cipto langsung kembali lagi ke Surabaya, jika biasanya ia hanya akan pulang sendiri sambil membawa bayangan bu Mutia di benaknya, minggu lalu pak Cipto sudah berhasil membawa mantan isrtrinya itu kembali ke rumah besar mereka. Dan Lili begitu bahagia dengan pernikahan kembali kedua orang tuanya. Namun saat kedua orang tuanya pamit untuk pulang, Lili malah
Perut Kumala yang membola indah, membuatnya nampak semakin cantik dan berisi. Badan berisi itu semakin seksi saja di mata suaminya. Entah dengan kehamilan keduanya ini, bila di kehamilan pertamanya dulu, ia sempat berjauhan dengan Dirham, karna kesalahan fatal yang dibuat suaminya, namun di kehamilan kedua ini, keduanya seakan enggan berjauhan, sejak masalah dengan Lili kemarin itu selesai, ditambah Davian yang sekarang banyak tinggal dengan mbak Kirana, membuat Kumala jadi ikut-ikutan nempel mulu sama suaminya, jika lelakinya itu sedang di rumah.Dirham juga jadi susah mengendalikan diri sekarang. Perasaan cinta dan bahagia yang semakin membuncah dengan penerimaan Kumala padanya, malah membuatnya menjadi takut, sebab gairah yang sering minta di salurkan pada tubuh istrinya yang sedang hamil besar. Jengkelnya Dirham karna Kumala tak berusaha menolak keinginannya. Pria ini takut terjadi apa-apa dengan kandungan istrinya, sebab tuntunan birahinya kadang bergejolak dan kadang sedikit nak
Angin musim timur sudah mulai bertiup, membawa hujan semakin menjauh. Musim penghujan rupanya segera berakhir, meski sesekali masih turun membasahi bumi. Proyek perumahan yang Dirham kerjakan dan timnya, tinggal finishing saja. Alhamdulillah, meski dulu Lili sempat mengacaukan pengiriman bahan bangunan proyek itu namun pengerjaannya sudah hampir selesai, bahkan sebelum waktunya.Beberapa pemilik rumah nampak datang silih berganti, tentu untuk mengecekan kesiapan bangunan mereka, sudah bisa di tinggali atau belum.Dirham masih akan sesekali datang melihat proyek perumahan ini, sebab diriya juga sedang disibukkan dengan proyek pengaspalan jalan yang menghubungkan dua kabupaten. Proyek yang cukup besar feenya, dan tanggung jawab yang besar juga tentunya.Rezeki anak perempuannya ini, karna Dirham menduga setelah proyek perumahan kemarin selesai, mungkin pak Ronald memintanya akan stand by di kantor saja, namun nyatanya ia diminta lagi untuk turun tangan mengurus proyek baru ini. tentu bo
Memang sakitlah rasanya bila dikhianati oleh pasangan. Kumala sendiri pernah merasakannya, namun dia memilih pergi dalam diam, menahan sakit hatinya kala itu. Tak bisa dibayangkan bila dulu juga ia mengamuk dan menghajar Fiona.Ah, alam bekerja begitu adilnya. Dulu juga Kumala rasanya ingin menghajar perempuan itu, namun rasa malunya lebih tinggi. Dan hari ini, di hadapan suaminya dan dihadapan banyak orang, Fiona di pukuli dan dipermalukan oleh istri dari pria selingkuhannya. Rasa sakit hati Kumala pada perempuan itu sudah terbalas lewat tangan istri pak Adam.Sejenak Fiona menatap Kumala yang juga memandang datar kearahnya. Namun sedetik kemudian perempuan itu kembali tertunduk malu dan menahan sakit. Kali ini anak perempuan pak Adam yang menghajarnya habis-habisan, sebelum dua orang security datang melerai mereka dan mengamankan Fiona dari amuakn istri dan anak pak Adam.Mungkin sakit yang Fiona rasa bisa hilang dalam beberapa hari, namun malunya karna dihajar oleh istri dari kekas
Dirham bukan main paniknya, saat Kumala tak henti meringis, menahan sakit di perut. Kejadian yang tak sengaja mereka lihat tadi, justru membuat Kumala harus berakhir di rumah sakit, sebab selain rasa sakit akibat perutnya yang menegang, juga keluarnya darah dari jalan yang tiba-tiba saja mengalir di sela pahanya, saat perjalanan kembali ke rumah sakit.“Tidak apa-apa, tenang ya, mungkin dedeknya mau lahir duluan.” ucap dokter Dina menenangkan pasiennya. Kumala tak panik, hanya merasa sakit. namun Dirhamlah yang panik luar biasa. Bahkan rasa lapar yang atdi melilit perutnya, hilang entah kemana. Sepuluh bungkus ayam bakar yang dipesan tadi masih utuh di dalam mobil.“Sayang, gimana?” Dirham sudah berkeringat, bajunya sedikit basah, mungkin karna panik melanda membuat bulir air asin itu keluar bergerombol dari pori-pori kulitnya.“Sakit, Mas, tolong telepon ibu.” Pinta Kumala lemah. Di tangannya sudah terpasang jarum infus yang terhubung ke cairan infus dalam botol yang digantung pada t
Dirham tak henti mengecup pucuk Kepala Kumala yang tertutup hijab coklat. Istrinya belum pulih betul, ini hari kedua mereka di rumah sakit. tadi pagi Kumala sudah bisa duduk, masih terasa nyeri di bekas operasi dibawah perutnya. Keinginannya untuk melihat bayi perempuannya ditahan dulu.“Mas,” suara Kumala serak memanggil suaminya. “Kamu nggak tidur?” tanya Kumala, sebab dirasa bibir Dirham tak henti mengecupinya.“Maafkan, Mas,Sayang.” ucap Dirham, ada haru dalam nada suaranya. Kumala memeluk lengan besar lelakinya itu. Beribu penyesalan ia ungkapkan pada Kumala sejak kejadian lalu. Dan Kumala sudah memaafkan suaminya.“Jangan diingat lagi.” Kumala berkata bijak. Namun membuat Dirham semakin terharu. Dua kali sudah Kumala bertaruh nyawa di meja operasi, dengan tubuh yang tak utuh lagi, melahirkan dengan cara operasi seperti ini, memiliki resiko sendiri. Gampang lelah, sering tiba-tiba menggigil dan mungkin haid yang tak teratur. Belum lagi nyeri di perut tak akan sembuh total.“Mas c