Bab 84PelakorKututup telpon kemudian aku tangkupkan kedua tangan ke dada. Rasanya tak percaya akan bisa sampai di titik ini."Kenapa, Dek?" tanya Mas Wawan yang menatapku penuh tanya.Adi, Bapak dan juga ibu, juga melempar pandangannya ke arahku."Jasmin, Mas!""Jasmin kenapa?""Dia mau ikut jualin baju aku! Dia mau ngambil foto disini. Mau lihat-lihat baju juga!""Alhamdulillah," ucap syukur bersamaan oleh semua yang ada di situ saat itu.Tidak pernah terbayangkan olehku akan semudah ini menjalankan usaha yang tadinya tak pernah menyangka akan sebesar ini.Kini aku mulai terjun di sosmed, banyak reseller yang ingin bekerja sama. Hingga aku kewalahan dalam hal menyiapkan barang."Mas, aku pulang dulu ya? Menyiapkan apa saja yang akan aku perlihatkan besok!" Aku segera berjalan pulang ke rumah. Disambut dengan pelukan hangat dari Hawa. Anak kecil itu selalu bisa membuatku tersenyum bahagia. Dengan tingkah polosnya itu.Pov Siska"Sayang, kamu punya hutang?" tanya pria tua itu."Iya,
Bab 85PengusiranPOV AUTHOR"Assalamualaikum," Terdengar salam dari luar. Nanda yang hendak mengambil air minum pun ia urungkan. Segera digendong Hawa lalu kemudian dia berjalan menghampiri sumber suara. "Waalaikumsalam, Jasmin." Teriak Nanda lalu merangkul keponakannya. Jasmin sekarang sudah berubah, dia jauh lebih baik dan tidak mengikuti jejak almarhum ibunya, memusuhi Nanda. Jasmin membalas pelukan sepupunya itu. Sembari mencium Hawa yang masih ada dalam gendongan Nanda. "Gimana kabarnya? Sehat?" tanya Nanda melonggarkan pelukannya. "Sehat, alhamdulilah. Mas Wanto sekeluarga juga sehat. Karyawannya pada libur, Mbak?" Jasmin menyapu keseluruhan ruangan hanya ada setumpuk kain dan juga deretan mesin jahit. "Iya, banyak pesenan. Setelah selesai aku kasih libur. Kasihan!" Jasmin dan Nanda terlihat sangat antusias. Kedatangan Jasmin ke Wonogiri tidak lain ingin membantu soal pemasaran baju milik Nanda. Terlihat sekali Jasmin memuji kualitas kain dan juga jahitan milik Nanda. Jasm
Bab 86KebakaranNia langsung mencatat alamat toko tersebut.Nanda dan juga Wawan pun langsung bergegas pergi. Karena stok kain di rumah sudah menipis.Hawa pun ditinggal dirumah, dititipkan kepada sang ibu mertua. Disepanjang jalan Nanda selalu berdoa agar segera dimudahkan dalam urusannya.Kali ini Tuhan sangat mempermudah dan memperlancar jalan raya yang biasanya sedikit macet di jam pulang sekolah.Langsung ditemukannya toko yang dimaksud. Tidak lama Nanda meminta sang karyawan mencarikan kain yang dimaksud. Alhamdulilah, kainnya dalam motif lebih banyak dan lebih murah.Karena toko berada cukup jauh. Dan memakan waktu cukup lama dalam perjalanan, jadi proses pembayaran dan juga pengiriman tidak bisa cepat seperti biasanya. Mungkin besok baru diantar karena tidak akan cukup waktu jika diantar sekarang.Nanda dan Wawan pun kembali ke Wonogiri. Dalam perjalanan mereka sengaja mampir sebentar di rumah makan untuk sekedar mengisi perut dan juga beristirahat sejenak. Tanpa terasa jam
BAB 87Amarah"Siapa, Mas?" tanya Nanda kembali dengan penuh penekanan.Wanita yang berjuang mati-matian demi rumah dan juga usahanya itu kini berselimut amarah dan juga dendam. Dia tidak akan membiarkan orang yang sudah membakar rumahnya itu bebas begitu saja.Suami dan juga Bapak mertuanya menatap langit-langit yang sudah tak tertutup lagi. Berfikir keras. Dalam hati bertanya, siapa yang ada dibalik semua ini?"Siska! Pasti siska, dia kan orang yang iri dan juga tidak suka denganku!" Tebak Nanda yang membuat semua orang terkejut. Selama ini Nanda tidak pernah suka berburuk sangka pada orang lain. Tapi tidak kali ini, mungkin sisa kesabarannya juga sudah terbakar bersama rumah dan juga usahanya."Jangan gitu lah, Dek. Gak baik, nanti kalau gak benar jadinya fitnah!""Siapa lagi, Mas?""Benar suamimu, Nan. Kamu harus lebih berhati-hati lagi. Takutnya kalau Siska tidak terbukti bersalah kamu bisa dijerat pasal pencemaran nama baik. Itu yang biasa bapak dengar di tipi-tipi." ucap Bapak
BAB 88Menerka-nerkaSebenarnya jika uang itu sudah berkurang tak masalah bagi Nanda. Tapi ternyata tidak hanya berkurang tapi juga tandas tak tersisa."Hutang yang mana lagi, Bu?" tanya Nanda pelan penuh kehati-hatian. Ada rasa tak nyaman menanyakan hal yang dianggapnya bukan ranahnya. Tapi bagaimanapun itu uang bernilai sangat banyak. Yang awalnya Nanda pikir jika dibelikan sapi atau kambing semua bisa mendapatkan hasilnya.Semua orang terdiam tak ada yang bisa menjelaskan. Tapi Nanda dan juga Wawan hanya bisa menghela nafas dengan berat. Harus kemana dan bagaimana agar bisa kembali berdiri. Belum lagi orderan dari pak lurah yang sebentar lagi harus sudah selesai. Uang pun sudah ditangan tapi barang belum ada yang selesai.Nanda dan suami harus extra tenaga dan pikiran memulai usaha lagi dari awal.Wawan kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berada di teras depan.Pergi melihat rumah dan sesekali membersihkan puing-puingnya."Mas, Sudah sore. Kita istirahat, besok lagi kita
Bab 89Rayuan SiskaAdi seperti biasa terlihat sibuk menyiapkan segala macam keperluan kerjanya. Hari ini hari Sabtu, biasanya dia libur. Tapi karena ada sesuatu hal yang harus ia kerjakan di kantor jadi dia harus berangkat. "Pak, saya berangkat kerja dulu. Tapi sepertinya nanti saya terlambat pulang ke rumah.""Ya ,sudah. Hati-hati," Pinta Bapak yang sambil berlalu. Hari ini bapak rencana akan mulai bekerja kembali. Badannya yang sudah mulai enakan dan sudah lebih sehat. Terlalu lama dirumah juga gak bagus. Karena kebutuhan juga semakin banyak. Sekarang Wawan sekeluarga juga tinggal dirumah itu. Harus ada uang lebih untuk berjaga-jaga.Dalam perjalanan ke kantor. Ponsel Adi yang disimpan dalam tas terus saja berdering. Ada telepon masuk. Entah dari siapa?Motor sengaja dihentikan ditepi jalan. Agar bisa tenang menerima telepon. Dan juga lebih aman jika motor dalam keadaan berhenti."Halo," jawab Adi sembari membuka kaca helm nya."Halo, Mas. Kita bisa ketemu gak? Ada yang pengen a
BAB 90Bu siti"Siapa wanita itu, Pak?"Nanda menerka-nerka siapa wanita yang telah membayar orang untuk membakar rumahnya? Sungguh keterlaluan jika benar itu Siska. Tapi benarkah Siska?Semua karyawan Nanda berpamitan. Karena mereka bilang akan menghadiri acara lain. Padahal mereka sudah merencanakan akan pergi kerumah Nia. Akan membicarakan bagaimana membantu Nanda."Apakah itu Siska?" Nanda kembali bertanya karena sudah tidak sabar lagi mendengar jawaban dari pak lurah."Saya kurang tau, Nan. Yang penting dia seorang wanita. Menggunakan masker dan juga helm berwarna hitam. Dia juga menggunakan kacamata hitam. Ciri-ciri itu yang disampaikan pada saya,"Nanda dan juga Wawan membuang napas dengan kasar. Mereka sudah tidak tau harus bagaimana lagi.Kring …. Kring ...kring.Suara ponsel milik Nanda berbunyi. Dari nomor yang tidak dikenal. Nanda pun tak berniat mengangkatnya. Dia lagi tidak ingin berbicara apapun."Siapa, Nan? Kok gak diangkat?" tanya Ibu mertua yang sedang duduk bersam
BAB 91Harapan"Bu, kalau boleh tau nama ibu siapa?" tanya Nanda sampai lupa berkenalan."Saya ibu Siti Maryam. Kalian sendiri siapa? Darimana asalnya? Kok bisa sampai ke rumah ibu bagaimana ceritanya? Maaf, gara-gara tadi sampai saya belum sempat menanyakan tujuan kalian," ucap Bu Siti dengan lembut."Iya, Bu. Gak papa. Saya Nanda, Bu. Ini suami saya. Saya ke sini atas informasi dari Pak Lurah, Pak Adam.""Ow, nak Adam. Iya rumah sepupunya di ujung jalan. Ibu banyak dibantu olehnya."Nanda dan Wawan kemudian menjelaskan perihal kebakaran di rumahnya. Dan juga menjelaskan begitu banyak pesanan yang belum dikerjakan. Sedangkan Bu Siti mempunyai beberapa mesin jahit dan juga alat-alatnya lengkap. Meskipun mesin jahit sudah terlihat tidak baru lagi. Tapi fungsinya masih bagus. Karena dirawat Bu Siti dengan baik.Begitu bahagianya Bu Siti mendengar bahwa Nanda dan juga Wawan berniat meminjam mesin jahit dan juga peralatan lainnya untuk mengerjakan pesanan baju yang terlanjur di terima. B