Share

Wasiat

Aku menekuri gundukan tanah merah yang masih basah dan bertaburkan bunga mawar yang didalamnya berbaring jasad Nenek hasma itu. Bulir bening menetes membasahi tanganku.

Bayangan Nenek Hasma yang selalu murah senyum dan harus tinggal sendiri di hari tuanya itu membuatku sedih.

Masih teringat dengan jelas saat beberapa waktu lalu ia memintaku untuk tinggal bersamanya, tetapi kutolak dengan halus. Aku mendongak dan memejamkan mata, seandainya aku tahu dia akan pergi secepat ini pasti permintaannya akan kuturuti.

Di depanku juga ada Tri--pembantu Nenek Hasma. Wajahnya sembab, kesedihan tidak dapat ia sembunyikan di raut wajah ayunya itu.

Dia bilang, Nenek Hasma sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri, begitu juga dengan Nenek Hasma, Tri yang berwajah cantik itu sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Keduanya saling menyayangi. Wajar jika Tri merasa begitu kehilangan.

Sebuah tangan mendarat di pundakku. Aku menoleh, Mas Ramzi tersenyum padaku. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status