"Aku pernah tidur bersama dengan Bu Aisyah. Dia ngingo dan memanggil-manggil nama itu. Sangking paniknya beliau, aku sempat terbangun dari tidur pendekku," ucapku mencoba mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu."Coba kamu ceritakan informasi apa yang kamu terima darinya pada saat itu," desak Bu Wati. "Kalau sudah dapat informasi detail. Bisa kita menarik benang merahnya.""Sebenarnya Sudrajat itu belum meninggal. Dia itu masih hidup dan sehat wal afiat," jelasku terhenti. Aku menatap sorot mata Bu Larasati. Retinanya mendung ketika aku berkata seperti itu."Sungguh?!" tanya Bu Larasati dan Bu Wati serentak dengan mulut menganga. Kelopak matanya tidak berkedip sangking terkejutnya."Ya," jawabku pelan."Terus apakah kamu pernah bersua dengan Sudrajat?" tanya Bu Larasati lirih. Dia masih merindukan kehangatan tubuh suaminya yang direbut paksa oleh Bu Aisyah dari pelukannya. "Ya," jawabku kembali."Apakah kamu mengetahui keberadaannya?" cecar Bu Larasati kembali. Manik matanya mela
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 64: Di jebakTernyata Rusly dan Bu Wati sedang berdebat di plataran parkiran. Aku memasang kaca mata lalu memperhatikan pergelutan yang ada. Kutajamkan pendengaran untuk mengetahui apa yang dipermasalahkan."Aku sudah memberikan informasi kepadamu. Malah kamu tidak memberikan feedback kepadaku sesuai yang kita janjikan lewat sambungan telepon," seru Bu Wati dengan nada emosi. Siapa pun itu orangnya, pasti kecewa kalau diphpin. Itulah yang dialami Bu Wati pada saat ini makanya dia tersulut emosi."Tenang! Aku akan memberikan apa yang kamu mau. Pokoknya kita harus tetap kompak dan kerja sama untuk menggagalkan rencana Nesya dan Bu Larasati. Yakin dan percayalah kepadaku," ucap Rusly mencoba meyakinkan Bu Wati. Namun, beliau masih merasa kesal. "Jangan seperti itulah wajahmu! Aku jadi tidak enak dan merasa bersalah kalau kamu menyajikan raut wajah yang masam."'Aku harus memutar haluan. Sepertinya Wati mata-mata Rusly dan Bu Aisyah. Aku tidak menyan
"Maafkan aku," ucapku dengan nada tidak teratur. Aku langsung menjaga jarak dan merapikan handuk kimono yang mau lepas. "Aa-aku tidak sengaja ... kepalaku sedikit pusing membuat tubuhku lemas," ucapku ngaur tidak tahu ke mana arahnya."Santai saja!" jawabnya datar sambil menundukkan pandangannya."Bagus sekali actingmu, Nesya," ucap Bu Aisyah dengan sorot mata menyalang. Aku tidak tahu kenapa beliau ada di ruang ini. "Ma-maksudmu apa, Ibu?!" balasku tidak terima kalau diriku dituduh yang tidak-tidak."Aku sudah mengetahui semua dan kamu itu hanya pura-pura mau mencari informasi tentang Sudrajat. Ternyata kamu ingin mencicipi tubuh six pax nya dengan dalih tubuhmu lemah karena kekurangan ion," serunya memojokkanku yang tidak-tidak. Aku mengulas senyum smirk agar tidak kelihatan lemah di depannya. "Terserah mau berkata apa dan menilaiku seperti apa!" jawabku datar dan polos."Ya ... itu memang hakku. Jangan merasa senang dulu! Aku sudah mempunyai bukti kalau kamu telah merayu dan menggo
"Ya. Aku masih menunggu iktikad baiknya," balasnya tidak mengambil keputusan yang tergopoh-gopoh.Aku sangat salut atas keputusan yang diambil beliau. Walaupun dirinya sudah dinyatakan meninggal, tetapi hatinya masih dingin dan tidak langsung tersulut emosi.Bu Aisyah diam sejuta bahasa. Dia merenung dengan bulir bening yang sudah sebak di pipi. Menyesal ... itulah yang dapat dia lakukan pada saat ini. Mau mengadu kepada sang ibu tercinta, sudah tidak ada lagi. Dulu selagi ibunya hidup. Apapun itu yang dia mau dan meskipun itu salah. Dia lakukan dan paksa agar keinginannya terkabul.Ternyata tidak selamanya hidup ini sesuka hati dan di atas. Terkadang kita dibenturkan dengan keadaan yang jauh menyimpang dari apa yang diharapakan. Terkadang jalan yang ditempuh sangat mulus dan tanpa ada sama sekali lubang dan tikungan. Kehidupan inilah yang membuat manusia tidak sadar akan hidup yang tidak kekal selamanya."Maafkan aku yang sudah mengikuti apa mauku. Aku mengakui salah dan murni ini un
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 65: Pengakuan Pak Sudrajat Lagi"Tolong lepaskan aku, Sudrajat! Aku tidak mau mendekam seumur hidup di balik jeruji besi ini!" teriak Bu Aisyah tidak terima. Dia terus meronta laksana anak remaja yang lagi kesurupan. Aku mohon lepaskan aku!" imbuhnya lirih dengan isak tangis yang tiada tara. Bulir bening dan keringat sebak membasahi pipi dan keningnya."Aku melakukan ini kepadamu bukan suatu tanpa alasan." Sudrajat berkata santai, tetapi sangat menyayat hati. Ekor matanya memperhatikan retina mantan istrinya. "Harapanku ... kamu bisa berubah dan menginstropeksi diri setelah mendekam di penjara ini," imbuhnya."Aku tahu aku salah! Aku mohon beri kesempatan kepadaku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki diri," pintanya dengan lemas. Tubuhnya yang kekar kini terjerembab lemah. Kedua kaki menjulur begitu saja. Rambutnya yang ikal kini sudah tidak rapi. Penghuni tahan yang satu kamar dengannya hanya mampu tersenyum melihatnya ulah Bu Aisyah."Kalau
"Baiklah, jika bapak tidak mau berkata dengan jujur." Aku menyuap soto Medan ke dalam mulutku. Aku merasa senang ketika bersua dengan Pak Sudrajat.Alunan musik mengiringi makan siang ini. Aku tetap berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Biarpun itu Bu Aisyah sudah di balik jeruji besi. Masih banyak lagi yang akan terlibat dalam skandal rumah tanggaku. Utamanya Rusly sebagai dalang semuanya."Oh ya, Pak. Hm –," ucapku grogi sehingga aku tidak berani melanjutkan pembicaraanku. Aku menggaruk leherku yang tidak gatal."Ada apa?" sapa Pak Sudrajat sembari menikmati nasi gorengnya. Tidak perlu buang-buang waktu. Nasinya sudah habis dilahap dengan cepat. Pak Sudrajat meneguk jus Martabe (markisa dan terong belanda)."Apakah bapak sudah pernah menjenguk Bu Aisyah di penjara?" tanyaku memberanikan diri. Walaupun ada rasa takut, aku memberanikan diri agar penasaranku terobati."Ya. Tadi pagi aku ke sana." "Sungguh, Pak?!" tanyaku spontan. Intonasi nadaku jauh lebih kuat dari biasanya
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 66: Jangan Sentuh Aku"Waktu besuk sudah selesai," ucap penjaga sipir. Aku menatap sorot mata pria itu. Berharap ada tambahan waktu. Namun, aturan tetap aturan. Tidak bisa diganggu gugat. Sebut saja namanya Leo. Leo menuntun Bu Aisyah agar berdiri dan melangkah menuju jeruji besi. Akan tetapi, beliau meronta dan tidak terima."Aku belum selesai bicara. Jangan paksa aku bersifat arogan di sini," berangnya tidak karuan. Dia terus meronta agar tidak dipaksa masuk ke dalam kamar."Kasihan juga Bu Aisyah. Pasti batinnya tersiksa akibat dia di jebloskan ke dalam penjara," ucapku sambil menggeleng kepala. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan. Apa yang kita semai pasti itu yang kita tuai. Maka dari itu, jangan sesekali berbuat khilaf dan dosa jika tidak mau menanggung akibatnya dihari senja kelak. Lebih baik kita terus berbuat baik walaupun kebaikan kita itu tidak pernah dibalas seseorang. Kita tidak tahu ke
Aku menggeliat sambil membentangkan tangan ke atas. Kusapu pandanganku ke arah samping kiri dan kanan. Aku terkejut melihat siapa yang tidur di sampingku. 'Tidak ...! Ini tidak mungkin. Apa Rusly benar-benar menjamahku dan dia meniduriku malam ini?' tanyaku dalam hati. Hatiku tersayat kalau benar-benar itu terjadi. Bulir bening sebak dari ekor retinaku. Aku langsung meraba pakaianku, ternyata sudah tidak ada. "Ini tidak mungkin?! Pasti mimpi!" racauku tidak terima apa yang baru saja dilakukan Rusly kepadaku. Tiba-tiba, tubuhnya menggeliat. Perlahan dia membuka matanya lalu mengusapnya. Rusly menguap dan langsung bangun."Terimakasih sayang sudah melayaniku malam ini sampai puas," ucapnya datar sembari mengulas senyum. Dia bangkit dan duduk tepat di sampingku. Rusly mengusap pucuk kepalaku dengan lembut.Aku sangat merindukan momen ini, tetapi ini tidak mungkin kuladeni. Aku dan dia sudah tidak ada lagi ikatan halal. "Ya Allah, maafkan aku yang sudah berzina," ucapku lirih. Tangisku p